KOMPAS/ARSIP WAHYOO---Peter Shearer Setiawan, pendiri usaha rintisan Wahyoo.
Belasan tahun lalu, Peter Shearer Setiawan bergantung pada warteg saat keuangannya masih mepet. Setelah keuangannya membaik, dia membantu warteg agar semakin berkelas di mata pelanggannya melalui usaha rintisan Wahyoo.
Apalah arti sebuah kemapanan kalau hanya berdampak pada segelintir orang. Demikian pertanyaan yang terngiang-ngiang di kepala Peter Shearer Setiawan (37), pendiri Wahyoo, usaha rintisan untuk membantu jejaring warung makan tradisional naik level.
Peter meninggalkan zona nyaman dengan banting setir dari perusahaan teknologi dan gim ke kewirausahaan sosial. Sesuatu yang tidak mudah pada awalnya. Akan tetapi, dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, hal itu mulai menunjukkan perkembangan signifikan. ”Ada pengorbanan ketika meninggalkan zona nyaman di usaha rintisan yang sudah mapan. Semua harus mulai dari nol lagi,” ucap Peter, Selasa (14/7/2020).
Titik balik pemikirannya terjadi pada 2017. Dalam suatu kesempatan ketika bersama sang sopir berkunjung ke salah satu warteg, ia melihat kondisi warteg tidak jauh berbeda dari belasan tahun lalu. Masih sumpek, tidak higienis, dan belum tertata dengan baik.
PETER SHEARER UNTUK KOMPAS---Pendiri Wahyoo sekaligus inisiator #RantangHati Peter Shearer (kiri) bersama pemilik warung tegal yang mengikuti gerakan sosial #RantangHati untuk membantu warga yang terdampak pandemi Covid-19.
Peter lantas berpikir cara untuk membantu warteg naik kelas dengan memanfaatkan perkembangan teknologi digital. Apalagi ada rasa utang budi karena warteg sudah banyak menolongnya belasan tahun lalu saat ia belum memiliki apa-apa.
Saat itu gajinya masih Rp 1.800.000. Tentu saja banyak pertimbangan dan wajib seirit mungkin dalam pengeluaran. Alhasil saban hari mengisi perut di warteg menjadi pilihan karena harganya terjangkau. Banyak pengalaman membekas, mulai dari dempet-dempatan di warteg hingga ada rambut dan kerikil saat melahap makanan.
Semua pengalaman itu menguatkan tekadnya untuk membantu warteg naik kelas. Dalam artian berbenah dan lebih tertata supaya menghilangkan kesan tidak higienis dan sumpek.
Berbekal latar belakang pendidikan di bidang periklanan dan pengalaman di industri pemasaran digital, lahirlah Wahyoo. Menurut dia, Wahyoo berasal dari kata Wahyu yang berarti petunjuk dari langit. Di sisi lain Wahyoo jika disebut akan berbunyi wahyu dan familiar di telinga sebagian besar pemilik warteg yang berasal dari Jawa.
WAHYOO UNTUK KOMPAS---Penyaluran bantuan Rantang Hati kepada warga terdampak pagebluk. Rantang Hati inisiasi Wahyoo bekerja sama dengan JNE, bertujuan membantu warga sekaligus menggerakkan ekonomi warung makan.
Wahyoo diwujudkan dalam logo berwarna kuning dengan tambahan garis melengkung sehingga membentuk senyuman. ”Warna kuning artinya sinar cerah. Dipadukan dengan senyuman sehingga membawa kebahagiaan. Kebahagiaan itu menaikkan level warteg,” ujarnya.
Tiga tahun berjalan sudah, ada ribuan warung makan tradisional berjejaring dengan Wahyoo. Warung-warung itu tersebar di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Akan tetapi, bukan hal yang mudah meyakinkan pemilik warung untuk bergabung dalam jejaring. Sebab, model bisnis melalui platform digital belum begitu familiar.
Usaha tidak kenal lelah Peter mulai menampakkan hasil. Pemilik warung merasakan manfaat berbelanja kebutuhan pokok melalui platform digital Wahyoo. Belum lagi belajar mengatur keuangan, program pelatihan warung bersih, dan bedah warung.
Peter mengakui masih banyak pekerjaan rumah dan tantangan untuk menaikkan level warteg. Tidak ada cara yang instan untuk mewujudkan cita-cita itu. Wahyoo harus terus berbenah dan belajar, termasuk mengikuti perkembangan zaman di saat pagebluk Covid-19 menerjang dunia. Covid-19 menyebabkan perekonomian terguncang hebat. Imbasnya, banyak usaha nyaris gulung tikar, termasuk warteg dalam jejaring Wahyoo.
Rantang hati
Setidaknya pendapatan 50 persen warung tradisional dalam jejaring Wahyoo tergerus pagebluk. Penyebabnya, letak warung di sekitar area perkantoran terimbas kebijakan bekerja dari rumah.
Di sisi lain, pembatasan sosial berskala besar menyulitkan pekerja informal, warga lansia, dan penyandang disabilitas memenuhi kebutuhan sehari-hari, termasuk makan. Kondisi tersebut mendorong dia menginisiasi gerakan sosial Rantang Hati. Tujuannya ganda, meringankan beban warga terdampak Covid-19 sekaligus membantu pemilik warung tradisional agar tetap berjualan.
Mengapa Rantang Hati? Peter menuturkan bahwa paket nasi bungkus beserta lauk-pauk diberikan dengan setulus hati dari warga, oleh warga, dan untuk warga. ”Banyak orang baik di Indonesia. Total donasi dari berbagai pihak mencapai Rp 1,5 miliar. Ada juga bantuan masker untuk warga, khususnya anak-anak,” ujarnya.
Ia bahkan tidak menyangka Rantang Hati mendapatkan respons positif dari banyak pihak. Gawainya lebih sering berdering karena masuknya ucapan terima kasih hingga bantuan-bantuan sosial. Bahkan ada momen berkesan dari seorang pelajar sekolah menengah pertama yang menyumbang Rp 10.000. Dalam pesannya, ia mengucapkan maaf tidak bisa memberikan sumbangan lebih banyak.
KOMPAS/RIZA FATHONI---Warung penjual ketupat sayur memberikan sarapan gratis bagi ojek daring di kawasan Sumber Jaya, Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Jumat (3/4/2020).
Rantang Hati berlangsung di Jakarta Barat pada 1 dan 2 Juli, Jakarta Pusat 3 dan 4 Juli, Jakarta Utara 5 dan 6 Juli, Jakarta Timur 7 dan 8 Juli, dan Jakarta Selatan 8 dan 9 Juli. Dalam sehari, nasi bungkus disalurkan ke 50 rukun tetangga dengan jumlah 51 nasi bungkus untuk satu rukun tetangga.
Peter mengharapkan Rantang Hati dapat memacu inisiasi-inisiasi lain sehingga semakin banyak warga terbantu sekaligus menggerakkan roda perekonomian. ”Bersama-sama kita bisa. Jangan berpangku tangan dengan menunggu,” katanya.
Wahyoo juga turut membantu warung tradisional beradaptasi dengan kebiasaan baru. Salah satunya melalui inisiatif warung normal baru sebagai pencegahan penyebaran Covid-19. Sejumlah warung dalam jejaring dipasangi bilik sebagai jarak antarpelanggan, tersedia tempat cuci tangan, garis antrean, hingga pembayaran nontunai.
Peter meyakini semua itu seolah petunjuk dari langit. Banting setir dari kemapanan untuk memulai dari nol ialah awal untuk lebih banyak berkontribusi bagi kehidupan banyak orang.
Peter Shearer Setiawan
Lahir: Jakarta, 11 Desember 1983
Pendidikan: IMAGO School of Advertising
Pekerjaan:
Chief Executive Officer Wahyoo
Chief of Business Development Officer WIR Group
Managing Director Slingshot Group
Excecutive Director DMXcess
Oleh FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
Editor ANDY RIZA HIDAYAT
Sumber: Kompas, 16 Juli 2020
Belasan tahun lalu, Peter Shearer Setiawan bergantung pada warteg saat keuangannya masih mepet. Setelah keuangannya membaik, dia membantu warteg agar semakin berkelas di mata pelanggannya melalui usaha rintisan Wahyoo.
Apalah arti sebuah kemapanan kalau hanya berdampak pada segelintir orang. Demikian pertanyaan yang terngiang-ngiang di kepala Peter Shearer Setiawan (37), pendiri Wahyoo, usaha rintisan untuk membantu jejaring warung makan tradisional naik level.
Peter meninggalkan zona nyaman dengan banting setir dari perusahaan teknologi dan gim ke kewirausahaan sosial. Sesuatu yang tidak mudah pada awalnya. Akan tetapi, dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, hal itu mulai menunjukkan perkembangan signifikan. ”Ada pengorbanan ketika meninggalkan zona nyaman di usaha rintisan yang sudah mapan. Semua harus mulai dari nol lagi,” ucap Peter, Selasa (14/7/2020).
Titik balik pemikirannya terjadi pada 2017. Dalam suatu kesempatan ketika bersama sang sopir berkunjung ke salah satu warteg, ia melihat kondisi warteg tidak jauh berbeda dari belasan tahun lalu. Masih sumpek, tidak higienis, dan belum tertata dengan baik.
PETER SHEARER UNTUK KOMPAS---Pendiri Wahyoo sekaligus inisiator #RantangHati Peter Shearer (kiri) bersama pemilik warung tegal yang mengikuti gerakan sosial #RantangHati untuk membantu warga yang terdampak pandemi Covid-19.
Peter lantas berpikir cara untuk membantu warteg naik kelas dengan memanfaatkan perkembangan teknologi digital. Apalagi ada rasa utang budi karena warteg sudah banyak menolongnya belasan tahun lalu saat ia belum memiliki apa-apa.
Saat itu gajinya masih Rp 1.800.000. Tentu saja banyak pertimbangan dan wajib seirit mungkin dalam pengeluaran. Alhasil saban hari mengisi perut di warteg menjadi pilihan karena harganya terjangkau. Banyak pengalaman membekas, mulai dari dempet-dempatan di warteg hingga ada rambut dan kerikil saat melahap makanan.
Semua pengalaman itu menguatkan tekadnya untuk membantu warteg naik kelas. Dalam artian berbenah dan lebih tertata supaya menghilangkan kesan tidak higienis dan sumpek.
Berbekal latar belakang pendidikan di bidang periklanan dan pengalaman di industri pemasaran digital, lahirlah Wahyoo. Menurut dia, Wahyoo berasal dari kata Wahyu yang berarti petunjuk dari langit. Di sisi lain Wahyoo jika disebut akan berbunyi wahyu dan familiar di telinga sebagian besar pemilik warteg yang berasal dari Jawa.
WAHYOO UNTUK KOMPAS---Penyaluran bantuan Rantang Hati kepada warga terdampak pagebluk. Rantang Hati inisiasi Wahyoo bekerja sama dengan JNE, bertujuan membantu warga sekaligus menggerakkan ekonomi warung makan.
Wahyoo diwujudkan dalam logo berwarna kuning dengan tambahan garis melengkung sehingga membentuk senyuman. ”Warna kuning artinya sinar cerah. Dipadukan dengan senyuman sehingga membawa kebahagiaan. Kebahagiaan itu menaikkan level warteg,” ujarnya.
Tiga tahun berjalan sudah, ada ribuan warung makan tradisional berjejaring dengan Wahyoo. Warung-warung itu tersebar di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Akan tetapi, bukan hal yang mudah meyakinkan pemilik warung untuk bergabung dalam jejaring. Sebab, model bisnis melalui platform digital belum begitu familiar.
Usaha tidak kenal lelah Peter mulai menampakkan hasil. Pemilik warung merasakan manfaat berbelanja kebutuhan pokok melalui platform digital Wahyoo. Belum lagi belajar mengatur keuangan, program pelatihan warung bersih, dan bedah warung.
Peter mengakui masih banyak pekerjaan rumah dan tantangan untuk menaikkan level warteg. Tidak ada cara yang instan untuk mewujudkan cita-cita itu. Wahyoo harus terus berbenah dan belajar, termasuk mengikuti perkembangan zaman di saat pagebluk Covid-19 menerjang dunia. Covid-19 menyebabkan perekonomian terguncang hebat. Imbasnya, banyak usaha nyaris gulung tikar, termasuk warteg dalam jejaring Wahyoo.
Rantang hati
Setidaknya pendapatan 50 persen warung tradisional dalam jejaring Wahyoo tergerus pagebluk. Penyebabnya, letak warung di sekitar area perkantoran terimbas kebijakan bekerja dari rumah.
Di sisi lain, pembatasan sosial berskala besar menyulitkan pekerja informal, warga lansia, dan penyandang disabilitas memenuhi kebutuhan sehari-hari, termasuk makan. Kondisi tersebut mendorong dia menginisiasi gerakan sosial Rantang Hati. Tujuannya ganda, meringankan beban warga terdampak Covid-19 sekaligus membantu pemilik warung tradisional agar tetap berjualan.
Mengapa Rantang Hati? Peter menuturkan bahwa paket nasi bungkus beserta lauk-pauk diberikan dengan setulus hati dari warga, oleh warga, dan untuk warga. ”Banyak orang baik di Indonesia. Total donasi dari berbagai pihak mencapai Rp 1,5 miliar. Ada juga bantuan masker untuk warga, khususnya anak-anak,” ujarnya.
Ia bahkan tidak menyangka Rantang Hati mendapatkan respons positif dari banyak pihak. Gawainya lebih sering berdering karena masuknya ucapan terima kasih hingga bantuan-bantuan sosial. Bahkan ada momen berkesan dari seorang pelajar sekolah menengah pertama yang menyumbang Rp 10.000. Dalam pesannya, ia mengucapkan maaf tidak bisa memberikan sumbangan lebih banyak.
KOMPAS/RIZA FATHONI---Warung penjual ketupat sayur memberikan sarapan gratis bagi ojek daring di kawasan Sumber Jaya, Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Jumat (3/4/2020).
Rantang Hati berlangsung di Jakarta Barat pada 1 dan 2 Juli, Jakarta Pusat 3 dan 4 Juli, Jakarta Utara 5 dan 6 Juli, Jakarta Timur 7 dan 8 Juli, dan Jakarta Selatan 8 dan 9 Juli. Dalam sehari, nasi bungkus disalurkan ke 50 rukun tetangga dengan jumlah 51 nasi bungkus untuk satu rukun tetangga.
Peter mengharapkan Rantang Hati dapat memacu inisiasi-inisiasi lain sehingga semakin banyak warga terbantu sekaligus menggerakkan roda perekonomian. ”Bersama-sama kita bisa. Jangan berpangku tangan dengan menunggu,” katanya.
Wahyoo juga turut membantu warung tradisional beradaptasi dengan kebiasaan baru. Salah satunya melalui inisiatif warung normal baru sebagai pencegahan penyebaran Covid-19. Sejumlah warung dalam jejaring dipasangi bilik sebagai jarak antarpelanggan, tersedia tempat cuci tangan, garis antrean, hingga pembayaran nontunai.
Peter meyakini semua itu seolah petunjuk dari langit. Banting setir dari kemapanan untuk memulai dari nol ialah awal untuk lebih banyak berkontribusi bagi kehidupan banyak orang.
Peter Shearer Setiawan
Lahir: Jakarta, 11 Desember 1983
Pendidikan: IMAGO School of Advertising
Pekerjaan:
Chief Executive Officer Wahyoo
Chief of Business Development Officer WIR Group
Managing Director Slingshot Group
Excecutive Director DMXcess
Oleh FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
Editor ANDY RIZA HIDAYAT
Sumber: Kompas, 16 Juli 2020
No comments:
Post a Comment