Sunday, July 12, 2020

Kegigihan Rayndra Syahdan Mahmudin Menjadi Petani Muda

ARSIP PRIBADI--Rayndra Syahdan Mahmudin merintis menjadi petani muda sejak duduk di bangku SMKN Ngablak Magelang, Jawa Tengah.

Rayndra Syahdan Mahmudin merintis menjadi petani muda sejak duduk di bangku SMK. Kini, dia sering membagi ilmu dan mengajak anak muda mau bertani.

Jalan hidup Rayndra Syahdan Mahmudin (24) berubah ketika menempuh pendidikan menengah jurusan pertanian. Setelah lulus, dia merintis menjadi petani muda. Kini, usahanya semakin sukses sehingga bisa berbagi ilmu pertanian ke desa-desa di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.


Dengan nilai pas-pasan, setelah lulus SMP, Rayndra diterima di SMKN Ngablak, Magelang, Jawa Tengah, di jurusan pertanian. Awal bersekolah di SMK bidang pertanian, Rayndra masih enggan. Ketika dia mulai menjalani praktik lapangan kerja di perusahaan yang mengelola 5.000 ayam petelur, Rayndra tersadar sulitnya mencari uang. Dia menyesali dirinya pernah menjadi anak nakal dan enggan belajar.

”Saya dikerjain pegawai di kandang pas PKL untuk bekerja keras. Di situlah saya merasakan mencari uang itu susah. Saya mikir, kenapa selama ini saya enggak jadi anak yang benar. Saya bertekad berubah,” ujar Rayndra yang dihubungi dari Magelang, Rabu (1/7/2020).

Rayndra pun semakin giat belajar dan meraih sederet prestasi. Dia semakin percaya diri karena dipilih untuk mewakili sekolah di ajang Lomba Kompetensi Siswa bagi siswa SMK dan masuk enam besar se-Jawa tengah.

Lalu, timbul dalam benak Rayndra untuk menjadi wirausaha alias pengusaha di bidang pertanian. Dia pun memulai dengan berjualan beragam sayur-mayur produksi gurunya di SMK.
”Saya sering jualan di acara car free day gitu, menenteng kotak berisi sayur. Teman-teman lain pada mejeng, saya pede saja jualan,” ujar Rayndra.

Pembelajaran kewirausahaan di SMK memacu adrenalin Rayndra. Dia memberanikan diri berusaha dengan minta modal ke ayahnya Rp 2 juta. Saat lulus sekolah, dia sudah menjual sampai 1.000 ayam. ”Tapi bukannya untung, malah rugi. Saya baru tahu kalau harga ayam pedaging itu fluktuatif. Saya panen dua kali, rugi terus karena harga jualnya dua kali lebih rendah sampai uang saya habis. Untungnya, ayah tidak marah,” cerita Rayndra.

Kegagalan berusaha tak membuat Rayndra menyerah. Dia bertekad mendalami ilmu pertanian, khususnya peternakan. Rayndra mendapatkan beasiswa kuliah diploma IV/setara S-1 di Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Magelang, di bawah Kementerian Pertanian, pada tahun 2014.

Saat kuliah, Rayndra tetap berwirausaha. Dia menjadi belantik atau penjual hewan ternak milik tetangganya. Tanpa modal, Rayndra menawarkan kambing dan ayam para tetangga kepada pembeli.

Tiap hari pukul 02.00-05.00 Rayndra bangun untuk mencabuti bulu ayam. Lalu dia mengantar ayam yang sudah bersih ke pasar pukul 06.00, dan sejam kemudian bersiap kuliah tanpa mengantuk.

Ternyata, ada pejabat Kementerian Pertanian saat bermalam di kampus melihat kegiatan Rayndra. Kegigihan Rayndra menginspirasi munculnya program ”Penumbuhan Wirausahawan Muda Pertanian (PWMP)”. Tahun 2016, Rayndra mendapat modal Rp 15 juta dari PWMP. Bersama dua teman lainnya, dia membuat bisnis di bawah bendera Cipta Visi Group. Wirausaha dimulai dengan membuka usaha peternakan ayam jawa super, persilangan ayam petelur dan ayam bangkok. Sisa keuntungan dikembangkan jadi peternakan kambing. Dia meningkatkan binis dengan tambahan modal dari pinjaman bank Rp 50 juta.

DOKUMENTASI PRIBADI--Rayndra Syahdan Mahmudin mengajak anak-anak muda menjadi petani dan peternak di desa. Salah satunya dengan memperkenalkan kegiatan pertanian organik kepada anak-anak sekolah di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Sebagai petani muda yang melek internet, Rayndra biasa presentasi secara daring. Dari presentasi daring itu, ada investor dari Papua yang tidak pernah bertemu dengan Rayndra tetapi memercayakan modal Rp 100 juta. Rayndra juga sering berbagi ilmu jadi wirausaha pertanian di channel Youtube Cs Sapi.

Bisnis Rayndra terus berkembang sehingga pada tahun 2018 dapat PWMP lagi sebesar Rp 30 juta. Mereka mampu menarik investor dengan konsep beternak kambing, domba, dan sapi yang minim modal dan pertanian terintegrasi dengan sentuhan inovasi dan teknologi.

Selama tiga tahun, kini ada 700 kambing dan 20 sapi. Kandang tersebar di Desa Sidorejo, Desa Ngadirejo, dan Desa Pangarengan. Ada juga penggilingan pencacah sampah plastik dengan kapaitas 5 ton per minggu. Aset perusahaan kini mencapai sekitar Rp 3 miliar.

Mengubah imej
Rayndra percaya setiap desa punya potensi pertanian yang bisa menjadi sumber kehidupan bagi anak muda. Dia ingin mengubah imej petani yang kotor dan miskin menjadi petani gaul yang melek internet, teknologi, dan inovasi serta bermanfaat bagi masyarakat desa.

Kandang-kandang hewan ternak milik Rayendra dibuat sederhana. Terkadang kayu bekas atau bahan murah yang dipakai untuk membuat kandang atau keperluan lainnya. Dia juga membuat pakan hewan dari pohon jagung yang tidak dimanfaatkan dengan cara difermentasi. Alhasil, kotoran hewan tidak bau. Lingkungan kandang pun tidak jorok. Bahkan, kotoran hewan bisa langsung dimanfaatkan untuk pupuk.

DOKUMENTASI PRIBADI--Rayndra Syahdan Mahmudin diajak menjadi anggota Tim Penggerak PKK Kabupaten Magelang. Dia sering memberikan pelatihan pertanian organik sederhana dan kewirausahaan kepada para anggota PKK di desa-desa di Kabupaten Magelang.

”Saya buat kandang sederhana, supaya bisa ditiru. Kalau investasi awal sudah tinggi, nanti orang tidak tertarik. Yang penting tujuan dan manfaatnya sama. Yang pasti, manajemennya yang butuh diajarkan,” jelas Rayndra yang sedang kuliah S-2 di UPN Veteran Yogyakarta.

Penampilan Rayndra pun tak terlihat kucel. Dia mendesain kaus kekinian yang berisi motivasi menjadi petani. Di berbagai kesempatan, dia memakai kaus desainnya dengan tulisan ”Peternak, Pemuda Terkenal dan Kece” atau ”Yo Ngarit Yo Ngopi”.

”Saya memakai kaus begini agar enggak merasa malu jadi petani. Berat lho untuk percaya diri jadi petani. Kalau tidak jadi kesenangan, bisa malu untuk menyampaikan bahwa saya seorang petani dan peternak, apalagi untuk pemuda,” kata Rayndra.

Rayndra mengatakan dirinya mencoba mengajak kaum muda kembali ke usaha pertanian, yang identik dengan desa. Sebab, omzet di sektor pertanian dan peternakan besar, bisa Rp 100 juta-Rp 250 juta per bulan karena tidak banyak orang yang melirik usaha ini. Dia bersedia membimbing dan memodali anak muda yang punya proposal bagus di bisnis pertanian.
”Anak muda masih malu berusaha di sektor pertanian dan peternakan. Petani di bawah 25 tahun di desa-desa semakin jarang dan ini krisis,” kata Rayndra.

Rayndra beranggapan anak muda bisa jadi pelopor di daerahnya. Rayndra membuktikan dengan menggagas badan usaha milik desa (BUMDes) di tempat tinggalnya di Desa Losari, Kecamatan Pakis, Magelang.

Saat dana desa diluncurkan, Rayndra prihatin pihak desa hanya menghabiskan untuk pembangunan infrastruktur. Rayndra percaya diri menyerahkan rencana bisnis untuk mengembangkan usaha pertanian hidroponik. Alhasil, dia ditunjuk menjalankan BUMDes Losari dengan modal Rp 100 juta. Ketika itu, dia menjadi Direktur BUMDes termuda di Jawa Tengah.

Rayndra juga mempelopori adanya Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Milenial di Kabupaten Magelang. Pemuda ini diminta istri Bupati Magelang Christianti Zaenal Arifin terlibat memberdayakan PKK di desa-desa agar terasa manfaatnya bagi masyarakat. Dia menjadi anggota Tim Penggerak PKK Kabupaten Magelang, satu-satunya dari unsur masyarakat. Yang lain, biasanya ibu pejabat daerah.

”Para ibu bingung kok ada anak muda dan laki-laki jadi bagian PKK. Saya jelaskan bahwa urusan kesejahteraan keluarga itu perlu peran bapak dan anak-anak. Kami membuka pola pikir tentang peran seluruh anggota keluarga untuk kesejahteraan keluarga,” kata Rayndra.

Rayndra pun sering turun ke desa-desa untuk memberi pelatihan bertani dan beternak sederhana guna menambah pendapatan keluarga. Dia mengajak kaum milenial, mulai dari duta bahasa, duta pariwisata, di Kabupaten Magelang untuk terlibat menjadi bagian PKK Milenial dan ikut memberdayakan masyarakat.

ARSIP PRIBADI--Rayndra Syahdan Mahmudi mengajak anak muda agar mau menjadi petani.
”Ketika keliling desa, saya jadi semangat. Sebab, saya melihat banyak protensi besar, produk lokal ataupun budaya, yang bisa dikembangkan untuk kesejahteraan bersama. Saya ingin segera mewujudkan inkubator bisnis pertanian di desa untuk mengangkat produk-produk desa lebih berkembang lagi,” ujar Rayndra.

Saat ini, Rayndra sedang fokus untuk membuat rumah akikah yang dipadukan dengan coffee shop agar pembeli merasa nyaman saat memilih hewan kurban. Selain itu, dia juga sibuk menyiapkan inkubasi bisnis pertanian di kawasan Secang, yang akan dimanfaatkan untuk pembelajaran kewirausahaan bagi masyarakat, mulai dari anak usia dini, anak muda, hingga orang dewasa.

Rayndra Syahdan Mahmudin

Lahir : Magelang, 29 November 1995

Pendidikan:
- SMKN 1 Ngablak Jurusan Agribisnis Ternak Unggas (2011-2014)
- D-IV STTP Magelang Jurusan Penyuluhan Peternakan (2014-2018)
- S-2 Magister Agribisnis UPN Veteran Yogyakarta (2019-sekarang)

Penghargaan, antara lain :
- Juara 1 Inovasi Pemasaran Nasional (2019)
- Juara 2 Soropadan Agro Expo (2017)
- Juara 2 Karya Tulis IlmiSSSah Kementerian Pertanian (2017)

Oleh ESTER LINCE NAPITUPULU

Editor:MARIA SUSY BERINDRA

Sumber: Kompas, 13 Juli 2020

No comments:

Post a Comment