Sunday, July 26, 2020

Budi Hikmat Mengajak Anak Muda Berinvestasi untuk Masa Depan

ARSIP PRIBADI---Direktur Strategi Investasi Bahana TCW Investment Management Budi Hikmat mengajak anak muda berinvestasi untuk masa depan.

Budi Hikmat membagi ilmu tentang investasi. Dia berharap anak muda yang memiliki tantangan finansial lebih besar bisa mulai belajar berinvestasi untuk masa depan.

Di tengah pandemi Covid-19, Budi Hikmat masih setia membagi ilmu terkait investasi kepada anak-anak muda. Sejak 17 tahun lalu, Budi sudah rajin mengajarkan soal investasi kepada berbagai komunitas.


Ketika berulang tahun ke-50, beberapa tahun lalu, Budi sangat aktif berbagi tentang investasi kepada berbagai kalangan, mulai dari anak muda di sela-sela  jam makan siang, para ibu di kelompok-kelompok arisan, hingga komunitas lainnya. Ketika itu, Budi ingin mengajar investasi kepada 50 komunitas seturut dengan usianya.

Beberapa waktu lalu, ada sekitar 60 anak muda serius mengikuti paparan mengenai bagaimana cara membuat dashboard efektif untuk investasi. Isi dashboard itu, antara lain, pilihan saham, perhitungan kapan keluar dan merealisasikan keuntungan, serta standar deviasi yang digunakan. Selesai pemaparan, mereka antusias bertanya mengenai hal tersebut. Anak-anak muda itu tergabung dalam Komunitas Investasi Nabi Yusuf (KNY).

Budi Hikmat merupakan ekonom dan Direktur Strategi Investasi Bahana TCW Investment Management. Sekitar tiga tahun belakangan, Budi membentuk komunitas investasi yang sebagian besar anggotanya adalah anak-anak muda.

Pada masa normal, di sela-sela kesibukan pekerjannnya, Budi berkeliling mengunjungi para anggota komunitas untuk berbagi ilmu investasi. Tidak hanya di Jakarta, tetapi juga di Bandung dan Yogyakarta. Saat ini ada sekitar 200 anak muda yang tergabung dalam komunitas tersebut.

ARSIP PRIBADI---Pendiri Komunitas Investasi Nabi Yusuf, Budi Hikmat.

Pada masa pandemi ini, memang tidak ada pertemuan tatap muka dengan anggota komunitas, tetapi berbagai pertemuan melalui telekonferensi tetap dilakukan secara teratur. ”Saya merasa lebih produktif di masa pandemi ini,” kata Budi Hikmat yang akrab disapa Om Budi ketika dihubungi melalui telekonferensi, akhir Juni 2020.

Budi rajin mengunggah bahan-bahan bacaaan tentang investasi di laman Facebook-nya sehingga lebih banyak lagi orang yang dapat belajar investasi. Selain pertemuan daring, aktivitas komunitas juga dilakukan dengan diskusi pada berbagai media daring, seperti grup Whatsapp. Bagi mereka yang masih kuliah, tidak jarang materi-materi diskusi yang disampaikan Budi belum mereka dapatkan di bangku kuliah. Ketika dosen di kampus memberikan bahan ajar yang sama, mereka sudah memahaminya. Budi tidak hanya memberikan bahan bacaan dan memaparkan materi, tetapi juga membagikan macam-macam kertas kerja yang harus diisi oleh anggota komunitas sebelum pertemuan untuk dibahas bersama-sama.

Belasan tahun bekerja pada industri pasar modal membuat Budi prihatin atas banyak kesalahan persepsi masyarakat mengenai investasi. Ada yang mengatakan investasi itu sulit, ada yang mengatakan investasi itu penuh risiko, investasi memerlukan dana besar, dan masih ada anggapan bahwa investasi pada saham tidak mendukung sektor riil. Tidak sedikit pula orang yang malahan terjebak investasi bodong.

Masyarakat penabung lebih mengenal produk perbankan yang sebenarnya merupakan instrumen keuangan untuk keperluan jangka pendek. Masih banyak yang meragukan kemanjuran investasi sebagai sarana untuk persiapan keuangan di masa depan. Sembari bercanda, Budi mengatakan, sebaiknya pepatah menabung pangkal kaya diganti dengan berinvestasi pangkal kaya.

”Saya sudah mendapatkan banyak kenikmatan dari berinvestasi dan ingin sekali berbagi serta terus mendorong orang lain untuk berinvestasi,” ujar Budi.

Belasan tahun bekerja pada industri pasar modal membuat Budi prihatin atas banyak kesalahan persepsi masyarakat mengenai investasi. Ada yang mengatakan investasi itu sulit, ada yang mengatakan investasi itu penuh risiko, investasi memerlukan dana besar, dan masih ada anggapan bahwa investasi pada saham tidak mendukung sektor riil. Tidak sedikit pula orang yang malahan terjebak investasi bodong.

Menyasar anak muda
Belakangan, Budi lebih menyasar anak-anak muda untuk berbagi tentang investasi karena tantangan finansial anak muda lebih besar ketimbang tantangan yang dialami generasi orangtuanya. ”Saat ini tidak ada lagi booming harga komoditas,” ujar Budi seraya menunjukkan sebuah grafik.

Pada grafik tersebut terlihat pada tahun 2000-an setelah krisis finansial Asia melanda, terjadi kenaikan harga komoditas. Sebagai negara yang bergantung pada ekspor komoditas, perekonomian Indonesia pun terbantu. Demikian pula keluarga-keluarga yang menggantungkan hidupnya pada hasil kebun. Siklus itu sudah berakhir pada 2012, tecermin juga dari neraca perdagangan Indonesia yang selalu defisit sejak berakhirnya kenaikan harga komoditas tersebut.

ARSIP PRIBADI---Budi Hikmat mendirikan Komunitas Nabi Yusuf untuk membagikan ilmu investasi kepada anak-anak muda. Mereka diajari mengenai cara membuat dashboard efektif untuk investasi. Isi dashboard di antaranya pilihan saham, perhitungan kapan keluar dan merealisasikan keuntungan, serta standar deviasi yang digunakan.

Kekhawatiran lain adalah jebakan kelas menengah. Artinya, Indonesia sebagai sebuah negara tidak dapat terlepas dari predikat kelas menengah yang salah satu parameternya adalah pendapatan per kapita. Untuk disebut sebagai negara kaya, pendapatan per kapita setiap kepala sebesar 12.000 dollar AS.

Dengan kurs Rp 15.000 per dollar AS, setiap warga memiliki pendapatan Rp 180 juta per tahun atau Rp 15 juta per bulan. Dana Moneter Internasional memproyeksikan pendapatan per kapita warga Indonesia 4.460 dollar AS pada tahun ini atau Rp 70 juta per tahun.

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, pemerintah menargetkan  Indonesia menjadi negara maju tahun 2045 dengan pendapatan per kapita 23.200 dollar AS atau Rp 324,9 juta per tahun. Pada 2035, pemerintah menargetkan pendapatan per kapita warga berada pada kisaran 12.233 dollar AS per tahun atau sekitar Rp 15,2 juta per bulan dengan kurs rata-rata Rp 15.000 per dollar AS.

”Jadi, kalau penghasilan kurang dari Rp 15 jutaan sebulan pada 2035, atau 15 tahun lagi, itu berarti belum tajir, cegahlah tuwir sebelum tajir dengan berinvestasi” kata Budi. Anak muda yang saat ini berusia 25-an tahun, baru mulai bekerja, akan berusia 40-an tahun pada 2035.

KOMPAS/PRIYOMBODO---Pelajar mencoba berbagai simulasi investasi yang atraktif di Galeri Yuk Nabung Saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (24/9/2019).

Saat ini, sudah banyak tersedia berbagai instrumen investasi di pasar modal. Untuk para pemula, Budi menyarankan agar berinvestasi pada produk reksadana. Utang pemerintah pun dapat dimanfaatkan sebagai sarana berinvestasi. Budi menekankan bahwa obligasi ritel merupakan sarana yang bagus untuk investasi. Dia menyodorkan grafik lain, dalam grafik tersebut tampak dalam 10 tahun indeks imbal hasil rata-rata surat berharga negara sebesar 9 persen, lebih tinggi daripada imbal hasil indeks di pasar modal yang 7,8 persen.

Anak muda juga harus mulai membiasakan diri untuk membayar diri sendiri. Artinya, menyisihkan sebagian pendapatan untuk investasi sebelum menggunakan pendapatan untuk keperluan lain. ”Bagi saya, berinvestasi saham dalam jangka panjang kurang efektif. Seharusnya kita juga mengambil cuan-nya, seperti memetik buah di pohon. Patokannya, misalnya, dengan rata-rata menghitung PDB nominal ditambah 1 standar deviasi. Itu adalah salah satu acuan untuk cuan,” katanya lagi.

Budi Hikmat

Lahir: Tasikmalaya, 7 Mei 1966

Istri: Adelina Syarif

Anak: 3

Pekerjaan:
Pendiri Komunitas Investasi Nabi Yusuf (2018)
Direktur Strategi Investasi Bahana TCW Investment Management (2018-sekarang)
Direktur Bahana TCW Investment Management/Chief Economist & Investor Relations (2004-2018)
Dosen Prasetya Mulya (2013-2015)
Chief Economist Bahana Securities (1997-2004)
Peneliti LPEM FEUI (1991-1997)

Pendidikan:
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (1985-1991)
National University Singapore (1992-1994)

Oleh  JOICE TAURIS SANTI

Editor:   MARIA SUSY BERINDRA

Sumber: Kompas, 14 Juli 2020

No comments:

Post a Comment