Friday, April 19, 2019

Deasy Esterina dan Berkah Limbah Kresek

KOMPAS/ADITYA PUTRA PERDANA----Deasy Esterina (30), asal Ambarawa, Kabupaten Semarang, pendiri Kreskros yang memproduksi tas berbahan baku kantong kresek, di Semarang, Jawa Tengah, Selasa (13/4/2021).

Di tangan Deasy Esterina (30), kantong kresek bekas bisa ”disulap”menjadi tas berkelas. Ia menjual produknya antara ratusan ribu hingga jutaan rupiah.

Deasy Esterina (30) berhasil mengubah kresek bekas jadi tas berkelas berharga ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Ia bekerja sama dengan pengepul sampah dan para ibu rumah tangga untuk membangun usaha ramah lingkungan ini terus membesar.

Tuesday, April 9, 2019

Anneke Putri Purwidyantari Mengangkat Rasa Nusantara

KOMPAS/HARIS FIRDAUS----Pendiri CV Ramu Padu Nusantara, Anneke Putri Purwidyantari, berfoto di tengah kebun bunga telang di Desa Merdikorejo, Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Rabu (31/3/2021). Ramu Padu Nusantara merupakan usaha rintisan yang memproduksi sirup dan produk pangan fungsional dari bahan-bahan alami asal Nusantara. Ramu Padu Nusantara juga menjalin kerja sama dengan petani di Desa Merdikorejo untuk membudidayakan bunga telang.

Melalui usaha rintisan, Anneke Putri Purwidyantari (35) mengolah kekayaan rasa dari rempah, rimpang, dan buah Nusantara menjadi sirup dan produk pangan fungsional. Dia juga bermitra dengan petani lokal.

Monday, April 8, 2019

Produk Domestik Urusan Siapa



Pernyataan Presiden Joko Widodo soal membenci produk luar negeri pada 5 Maret 2021 tidak perlu diperdebatkan karena ini bersifat multiaspek. Presiden ingin mengingatkan pentingnya mencintai dan bangga produk domestik.

Pernyataan Presiden Joko Widodo soal membenci produk luar negeri pada 5 Maret 2021 tidak perlu diperdebatkan karena ini bersifat multiaspek.

Anggap itu imbauan seorang presiden yang mengingatkan pentingnya mencintai dan bangga produk domestik oleh bangsa sendiri. Jika tidak benci produk asing, tentu pernyataan ini tidak bergaung karena narasi ”aku cinta Indonesia” bahkan bisa hilang dari pikiran sebagian 271 juta penduduk Indonesia.

Sanari, Pelestari Alpukat Jumbo dari Lereng Arjuno

KOMPAS/DEFRI WERDIONO----Sanari (52) tengah menunjukkan alpukat pameling yang dikembangkannya di Dusun Krajan Barat, Wonorejo, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Selasa (30/3/2021)

Sejak 1997, Sanari mengembangkan pohon alpukat berbuah jumbo di Desa Wonorejo, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang. Kini, ia dan warga Wonorejo menikmati hasilnya.

Barangkali, 22 tahun lalu, tak pernah terpikirkan di benak Sanari (52), bahwa upayanya memperbanyak tanaman alpukat dengan cara stek batang akan berkembang seperti sekarang. Tidak hanya enak dan memiliki produktivitas tinggi namun varietas unggul dengan nama pameling itu juga telah berkembang ke daerah lain.

Saturday, April 6, 2019

Elsa Maharrani, Menjahit Kesejahteraan dari Pinggiran Kota Padang

KOMPAS/YOLA SASTRA----Elsa Maharrani, pemilik usaha Maharrani Hijab ketika ditemui di rumahnya, Kelurahan Pasar Ambacang, Kecamatan Kuranji, Kota Padang, Sumatera Barat, Selasa (23/3/2021).

Lewat usaha jahit, Elsa Maharrani memberdayakan para tetangganya yang kebanyakan perempuan. Mereka diajak bergabung sebagai mitra penjahit produk Maharrani Hijab.

Berwirausaha bukan sekadar perkara mencari untung. Bagi Elsa Maharrani (31), pengusaha pakaian muslim, berwirausaha juga tentang upaya mengangkat perekonomian masyarakat sekitar. Dengan prinsip itu, pemilik Maharrani Hijab ini memberdayakan puluhan perempuan di Padang, Sumatera Barat.

Surya Aditya, Pamor Perak Kotagede untuk Dunia

KOMPAS/NINO CITRA ANUGRAHANTO----Surya Aditya, pemilik Sweda.co, memamerkan kalung dan cincin buatannya, di Kantor Sweda.co, Yogyakarta, Jumat (23/3/2021). Sweda.co merupakan bisnis kerajinan perak yang fokus menggarap cincin dan liontin. Kini, usaha rintisan tersebut pasar utamanya berada di Amerika Serikat.

Saat pamor industri perak di Kotagede, Yogyakarta belakangan lesu, Surya Aditya (27) justru tertantang melestarikannya. Melalui usaha rintisan Sweda.co, dia mengangkat pamor kerajinan perak hingga ke Amerika Serikat.

Saat pamor industri perak di Kotagede, Yogyakarta belakangan lesu, Surya Aditya (27) justru tertantang untuk melestarikannya. Melalui usaha rintisan Sweda.co, dia mengangkat pamor kerajinan perak hingga dipakai banyak pesohor Amerika Serikat.

Tuesday, April 2, 2019

Rosie Pakpahan Jatuh Bangun Merintis Usaha Tahu Jeletot

KOMPAS/ANDREAS MARYOTO--Rosie Pakpahan jatuh bangun merintis usaha, hingga akhirnya berkibar lewat Tahu Jeletot Taisi.

Sudah enam usaha dijalaninya. Sebanyak itu pula, Rosie Pakpahan (41) jatuh-bangun bersama sejumlah karyawannya yang kebanyakan ibu rumah tangga. Ia tak putus asa. Ia terus mencoba usaha baru dan akhirnya berlabuh pada bisnis tahu. Tahulah yang membawa usaha Rosie berkibar. Ia bersyukur dengan cara membagi pengalamannya pada orang lain.

Rosie memulai usaha dengan membuat kamus bahasa Indonesia-Jepang awal tahun 2000-an, tak lama setelah ia lulus dari pendidikan sarjana sastra Jepang di Universita Darma Persada, Jakarta. Usahanya hanya jalan sekitar setahun. Ia kemudian berbisnis lagi mulai dari fotokopi, berdagang sepatu, alat tulis kantor, voucher telepon seluler, hingga mengambil waralaba jamur kriuk.

“Semuanya berjalan hampir sekitar satu tahun. Semuanya terhenti. Usaha yang terakhir saya yaitu jamur kriuk sempat memiliki lima gerobak namun satu per satu saya berhentikan karena saya merasa usaha itu tidak bisa untuk hidup,” cerita Rosie beberapa waktu lalu.


Monday, April 1, 2019

Dolken, Berjuang dengan Porang

KOMPAS/SAIFUL RIJAL YUNUS----Dolken (41) petani porang di Kendari, Sulawesi Tenggara, ditemui di lahan tempatnya menanam, Selasa (23/3/2021)

Meski bergelar magister ilmu hukum perdata, jalan kehidupan mengarahkan Dolken menjadi petani porang. Ia menemukan berbagai metode baru budi daya umbi-umbian bernilai tinggi tersebut.

Serupa peneliti yang tuntas dengan bidang risetnya, Dolken (41) fasih bercerita detail terkait tanaman porang dari hulu ke hilir. Tak hanya sekedar teori, magister hukum yang tidak mempunyai latar belakang bertani ini “merekayasa” pola tanam, hingga waktu mati suri tanaman porang secara otodidak. Ilmu per-porang-an yang ia miliki turut disebarkan ke banyak orang.