Thursday, July 5, 2018

Tren Digital Ubah Pasar Tenaga Kerja

KOMPAS/ICHWAN SUSANTO--Pekerja pabrik rambut palsu (wig) di Purbalingga, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu.

Tren digital mengubah pasar tenaga kerja. Selain mekanisme dan proses perekrutan, kebutuhan akan kompetensi pekerja pun berubah. Sayangnya, pasar tenaga kerja di Indonesia belum matang.

Manager Human Resources PT Robert Walters Indonesia Rachmi Fauzie di Jakarta, Kamis (5/7/2018), menyatakan, permintaan calon karyawan bidang teknologi informasi cenderung meningkat selama enam tahun terakhir, terutama untuk kategori profesional.

Tak hanya dari perusahaan rintisan bidang teknologi digital, seperti perdagangan elektronik (e-dagang), tren datang dari berbagai latar industri, seperti perbankan dan jasa finansial, penjualan dan pemasaran, serta logistik.


Robert Walters merupakan perusahaan jasa konsultasi perekrutan dan penempatan tenaga kerja profesional level manajer ke atas. Perusahaan ini berdiri tahun 1985, khusus Indonesia sejak 2011, dan beroperasi di 28 negara.

Menurut Rachmi, enam tahun lalu, mekanisme perekrutan menggunakan jasa konsultan sudah ada, tetapi belum berkembang seperti sekarang.

”Dulu kalau cari profesional level manajer ke atas pakai iklan atau koneksi. Sekarang pakai jejaring sosial khusus tenaga kerja, konsultan, sekaligus koneksi pertemanan,” ujar Rachmi.

Ekspansi
Robert Walters dalam riset  berjudul  ”How to Attract and Retain The Right Talent to Grow Your Business Internationally” menyebutkan, 70 persen perusahaan Asia, termasuk perusahaan rintisan bidang teknologi, berencana ekspansi ke pasar internasional, baik dengan cara merger maupun akuisisi. Sekitar 57 persen perusahaan Indonesia juga memiliki rencana sama. Ekspansi erat dengan tren digital yang memperkuat globalisasi.

Riset itu menyasar sekitar 5.000 kandidat tenaga kerja, tim bagian sistem perekrutan, dan pekerja profesional level manajer ke atas yang bekerja di perusahaan Asia dan Barat. Mereka berlokasi di China, Indonesia, Malaysia, Singapura, Taiwan, Thailand, Filipina, dan Vietnam.

Khusus Indonesia, kata Rachmi, tantangan utamanya adalah belum matangnya pasar tenaga kerja. Pekerja level menengah bawah, misalnya, masih banyak berlatar belakang berpendidikan rendah.

Ekspansi ke pasar internasional butuh pekerja profesional yang berpengalaman dan ahli, antara lain pernah bekerja pada perusahaan multinasional. Tren digital juga menambah persyaratan keahlian di bidang teknologi informasi.

DOKUMENTASI KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN--Menteri Ketenagakerjaan M Hanif Dhakiri

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S Lukman berpendapat, sumber daya manusia belum siap menghadapi revolusi industri keempat (4.0), antara lain ditandai oleh pemanfaatan teknologi informasi dan kecerdasan artifisial. Sayangnya, institusi pencetak tenaga kerja belum mempunyai kurikulum yang sesuai keperluan industri.

Sementara itu, Menteri Ketenagakerjaan M Hanif Dhakiri dalam siaran pers mengungkapkan, selama 2014-2017, total penyerapan tenaga kerja mencapai 10,6 juta orang. Angka pengangguran pada saat bersamaan mengalami turun dari 5,5 persen menjadi 5,13 persen.

”Pemerintah mempercepat pengurangan pengangguran dan membuka kesempatan kerja,” kata Hanif.

Pemerintah menargetkan total serapan tenaga kerja sekitar 2 juta orang per tahun selama 2014-2019. Hanif optimistis target itu akan terlampaui.--MEDIANA

Sumber: Kompas, 6 Juli 2018

No comments:

Post a Comment