Sunday, July 15, 2018

Jualan Batik Unik, Pemuda Ini Cetak Omzet Puluhan Juta/Bulan

Foto: Dok. Instagram Bonolo

Berawal dari sulitnya memilih batik yang menarik dan sesuai kepribadiannya yang santai, Ergy Adhitama (26) kini mampu meraup omzet puluhan juta rupiah lewat bisnis kemeja batik online.

Bukan sembarang produk, kemeja batik ini dibuat dari bahan tenun Cirebon, dengan warna modis dan desain yang dipadukan dengan model masa kini, berbeda dengan kebanyakan batik corak lainnya yang ramai di pasaran.

Ergy menjual produknya dengan merek Bonolo, diambil dari bahasa salah satu negara di benua Afrika yang artinya santai. Bonolo memiliki sekitar 12 desain kemeja yang dipadukan dengan 7 warna, antara lain hitam, abu-abu muda, abu-abu tua, merah salem, biru muda, biru tua, dan hijau.


Menurut Ergy, selama ini orang-orang tidak memiliki pengalaman berbelanja yang menyenangkan ketika harus memilih batik. Misalnya karena desainnya sama seperti batik lainnya atau model yang sama.

Ini bertolak belakang dengan karakter anak muda yang menyenangi sesuatu yang tidak biasa. Bagi Ergy, situasi ini merupakan pasar potensial untuk digarap sekaligus dikembangkan.

"Akhirnya bikin Bonolo, batik yang simple, supaya first jobbers mudah mengadopsi menggunakan batik yang sebenarnya dia suka. Karena riset kecil saya mengatakan, mereka pakai batik bukan batik yang dia suka, cuma yang ada saja kayak bekas orang tuanya. Seperti itu," kata Ergy, pemilik Batik Bonolo kepada detikFinance saat dihubungi di Jakarta, Minggu (27/11/2016).

Foto: Dok. Instagram Bonolo

Bonolo mulai berjalan di Januari 2016. Saat itu, Ergy masih bekerja di salah satu perusahaan agency di Jakarta, sebelum akhirnya benar-benar fokus menggarap bisnis batik ini sejak Juni 2016.

Setelah proses uji coba selama kurang lebih lima bulan, Bonolo akhirnya meluncurkan situs resmi dan online shop perdananya di Juni, tepat dua minggu sebelum Lebaran.

Karena lima bulan sebelumnya Bonolo telah dipromosikan dulu kepada teman-teman kenalan Ergy, praktis tidak butuh waktu lama bagi bonolo untuk langsung memikat banyak pelanggan.

"Lebaran lebih gila dari bulan biasanya. Pas Lebaran, dua minggu bulan puasa, itu penjualannya menyentuh 180 baju dalam waktu dua minggu. Itu pertama kali saya belajar, nggak mengerti bisnis online," katanya.

Bonolo sendiri diproduksi dengan sistem ready stock. Dalam sebulan, rata-rata diproduksi sekitar 80-90 kemeja batik Bonolo. Adapun harga jual antara Rp 350.000-Rp 425.000 per potong. Ergy mengaku, biasanya 50-60 potong kemeja laku dalam waktu dua minggu.

Foto: Dok. Instagram Bonolo

Dengan modal awal sekitar Rp 15 Juta, kini bonolo telah memiliki omzet rata-rata Rp 45 juta-Rp 60 juta per bulan, dan rata-rata produksi maksimal dalam sebulan 250 potong kemeja.

"Omzet saat ini naik turun, ada di kisaran Rp 45 juta-Rp 60 juta. Omzet tertinggi per bulan pernah sekitar Rp 70 juta," ujar dia.

Perilaku konsumen
Ergy sendiri mengaku cukup kaget dengan respons konsumen saat produknya mulai dipasarkan secara online.

"Pas pertama kali jualan, saya nggak menyangka potensi bisnis online sebesar itu. Dengan effort dan ilmu yang belum segitu besarnya, tapi market responsnya luar biasa. Beda dengan bisnis konvensional," katanya.

Namun, berjualan secara online memiliki tantangan tersendiri. Misalnya, konsumen bisa cepat beralih ke produk lain apabila akses untuk membeli susah.

"Membaca behaviour market online itu susah. Yang saya lihat, misalnya user experience. Ada hal-hal sepele saja yang bikin dia nggak jadi beli. Misalnya biasanya berapa detik, jadi lebih lama beberapa detik. Biasanya itu terkait kualitas websitenya," tutur dia.

Untuk saat ini, Ergy mengatakan tengah fokus pada inovasi yang sedang ia coba terus untuk tetap membawa para konsumennya mendapatkan pengalaman berbelanja batik yang berbeda. Belum berpikir untuk merambah pasar luar negeri, Ergy mengaku masih fokus untuk mencari potensi lainnya yang masih belum terjamah di dalam negeri.

"Saya merasa potensi lokal masih luas sekali, jadi belum untuk ke pasar luar negeri. Dalam waktu dekat nggak mau gegabah untuk pikirkan strategi ke luar. Masih banyak piece of pie yang belum dimakan," ungkapnya.

"Saya intinya mau membawa produk batik ke level lainnya. Batik can be fun. Info yang saya dapat, shopping experience batik itu bukan menyenangkan. Karena nggak tahu yang bagus bagaimana, belinya di mana. Yang pasti saya inginnya, orang yang beli Bonolo bisa cerita bagaimana pengalamannya belanja batik," pungkasnya.

Ingin tahu lebih banyak tentang Batik Bonolo? Silakan kunjungi channel di bawah ini:

Instagram : @bonolo.id
Website : www.bonolo.id
Contact : +62 878 858 56255 (hns/wdl)

Eduardo Simorangkir -

Sumber: detikFinance, Senin, 28 Nov 2016

No comments:

Post a Comment