KOMPAS/REGINA RUKMORINI---Setyo Hermawan (22) mengelus salah satu sapi miliknya, akhir Mei lalu.
Setyo Hermawan beternak sapi dengan cara anak muda ”zaman now”. Ia membuat narasi buat setiap sapinya dan menyebarkannya lewat media sosial.
Bayangkan, remaja belasan tahun gagal menjalankan bisnis dan mesti menanggung kerugian sekitar Rp 100 juta. Ia sempat terpuruk, tapi segera bangkit dan berkibar berkat bisnis peternakan sapi yang dijalankan dengan cara kekinian.
Anak muda itu bernama Setyo Hermawan, warga Desa Depokrejo, Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, yang kini berusia 22 tahun. Ia berasal dari keluarga yang menekuni kewirausahaan. Kakeknya, orangtua, paman, dan bibinya hampir semuanya punya usaha sendiri. Tidak heran jika Setyo juga tertarik untuk berwirausaha.
Ia mulai merintis usaha sejak duduk di bangku SMA. Ketika itu, pamannya memberinya dua sapi menjelang hari raya Idul Adha. Setyo berpikir untuk menggemukkan sapi itu dan menjualnya sebagai hewan kurban. Hasil penjualan akan diputar untuk usaha penggemukan sapi berikutnya.
Suatu hari, ayahnya bertemu dengan salah seorang rekannya yang setiap tahun berkurban. Setyo tanpa ragu menawarkan dua ekor sapinya. Namun, rekan ayahnya itu justru menantang Setyo untuk mencarikan setidaknya 10 sapi.
Setyo menyanggupi tantangan itu. Dibantu teman-temannya, ia blusukan ke desa-desa untuk memcari sapi. Ia mendapatkan 12 sapi dan diserahkan kepada teman ayahnya dengan harga total Rp 300 juta. Ia mendapat untung Rp 3 juta-Rp 5 juta per ekor.
Keberhasilan pertamanya itu membuat Setyo terjun total berbisnis sapi. Ia meminjam uang dari ayahnya untuk modal usaha penggemukan sapi. Dalam dua bulan berikutnya, ia berhasil menjual 54 sapi dan memperoleh pemasukan kotor Rp 500 juta. Uang itu kembali diputar untuk membeli sapi, kendaraan operasional, dan membangun kandang di empat kecamatan.
KOMPAS/REGINA RUKMORINI---Setyo Hermawan (22) bersama salah satu sapi miliknya, akhir Mei lalu. Ia memelihara puluhan sapi di sela-sela waktu kuliahnya.
Karena masih kurang pengalaman, pada musim kurban tahun berikutnya, ia justru merugi Rp 104 juta. Kerugian terjadi akibat bobot sapi peliharaan bukannya bertambah, tapi malah berkurang. Akibatnya, harga jual sapi merosot.
Setyo shock. Betapa tidak, di usianya yang masih belia, ia tiba-tiba rugi lebih dari Rp 100 juta. Beruntung ia mendapat dukungan dari keluarga. ”Mereka bilang, saya tidak boleh gampang menyerah. Dalam dunia usaha, rugi itu hal biasa dan tidak boleh ditangisi lama-lama,” kenangnya, akhir Mei 2020.
Cerita sapi
Setyo berusaha belajar dari kegagalan. Ia menemui peternak-peternak sapi senior dari Purworejo, Wonogiri, Temanggung, Kebumen, dan Magelang untuk belajar memelihara sapi dengan benar. Dari mereka, ia tahu bahwa sapi-sapi peliharaannya mengalami stres. Pemicunya berbeda-beda. Ada sapi yang stres karena sedang masa berahi, kedinginan, atau kepanasan di kandang.
”Ketika itulah, saya sadar sapi itu mesti diperhatikan dan dirawat dengan hati-hati karena bagaimanapun sapi makhluk bernyawa, bukan benda mati seperti properti toko,” kata Setyo yang mendirikan Berkah Setia Farm.
Sejak saat itu, ia dengan tekun mempelajari karakter masing-masing sapi dan memenuhi kebutuhan mereka. Ada sapi yang senang diajak main-main ke luar kandang atau keliling desa. ”Pada dasarnya, sapi ternyata butuh jalan-jalan juga,” kata Setyo yang menangani langsung peternakan sapinya di sela-sela kesibukan kuliah.
Setyo merekam semua pengalaman bersama sapi-sapinya karena, menurut dia, setiap sapi punya cerita sendiri. Rekaman itu ia unggah di akun media sosial. Jumlahnya di akun Youtube Setia Farm ada 38 video. Masing-masing ditonton ribuan hingga nyaris 2 juta kali. Salah satu yang paling banyak ditonton adalah video Setyo mengajak dua ekor sapinya mandi ”salju” (busa sabun) di tempat pencucian mobil milik rekannya.
Secara umum, video-video yang diunggah Setyo bercerita tentang cara merawat dan memelihara sapi, mengawinkan sapi, atau mengatasi sapi ngamuk. Video yang dibuat dengan bahasa dan penyajian sederhana itu menarik komentar banyak warganet berusia muda.
Berkat pemeliharaan yang baik, sapi-sapi milik Setyo tampak terawat dan gemuk-gemuk. Beberapa di antaranya berbobot 1 ton. Tidak heran jika sebagian sapinya memenangi kontes sapi mulai tingkat kabupaten hingga nasional. Sedikitnya ada 20 piala dan piagam penghargaan kontes sapi yang terpajang rapi di rumahnya.
Setyo kini memelihara puluhan sapi. Jumlah sapinya kerap berubah cepat karena setiap waktu ada sapi yang dijual, ada yang dibeli.
Kawin gratis
Setyo tidak ingin sukses sendirian. Mahasiswa keperawatan STIKES Ahmad Yani, Yogyakarta, ini juga ingin tetangganya mendapat keuntungan serupa dari usaha ternak sapi. Untuk itu, ia menawarkan kepada warga yang memiliki sapi betina untuk mengawinkan sapinya dengan delapan sapi pejantan milik Setyo yang pernah menjadi juara kontes sapi.
Perkawinan dengan sapi juara berpeluang menghasilkan keturunan yang bernilai jual di atas rata-rata harga pasar. Anak sapi turunan pejantan juara bisa lebih mahal Rp 5 juta dari harga anak sapi rata-rata. Oleh karena itu, pemilik sapi betina yang menginginkan sapinya kawin dengan sapi jantan yang sudah pernah juara bisanya harus membayar harga tertentu. Namun, Setyo menggratiskan biaya perkawinan itu. Bahkan, ia bersedia membeli anak sapi yang dihasilkan dengan harga tinggi.
KOMPAS/REGINA RUKMORINI---Setyo Hermawan memberi makan sapi di kandangnya di Desa Depokrejo, Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, Selasa (26/5/2020). Beberapa sapinya berbobot sekitar 1 ton.
Setyo juga melibatkan teman-teman kuliahnya untuk membantu beternak atau mengantar sapi yang dipesan ke beberapa kota di Jawa Tengah dan Jawa Barat. ”Mereka senang karena menganggap perjalanan mengantar sapi itu seperti rekreasi,” ujarnya.
Selain itu, ia mendorong teman-temannya untuk merintis usaha apa pun. Bahkan, ia memberikan pinjaman modal buat mereka yang benar-benar serius. Saat ini, ada 10 temannya yang telah merintis usaha dengan dana awal dari Setyo.
Setyo mengaku memiliki ambisi untuk merambah bidang usaha lain. Buat Setyo, usaha apa pun akan berhasil jika benar-benar diseriusi dan ditangani secara kreatif. Kuncinya adalah pengusaha harus mencintai bidang usaha yang ia tekuni.
”Saya mencintai aktivitas ini (beternak), termasuk mencintai semua sapi saya,” ujar Setyo yang pernah berjualan durian.
Setyo Hermawan
Lahir: Purworejo, 22 Mei 1998
Pendidikan:
SMA Darul Hikmah Kutoarjo
Mahasiswa STIKES Ahmad Yani, Yogyakarta
Pekerjaan: peternak sapi, pendiri Berkah Setia Farm
Oleh REGINA RUKMORINI
Editor: BUDI SUWARNA
Sumber: Kompas, 11 Juni 2020
No comments:
Post a Comment