M Khoirul Soleh, warga Desa Kebonrejo, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah mengembangkan bisnis bibit yang diikuti 1.500 warga di sekitarnya.
Hampir satu dekade M Khoirul Soleh (45) menekuni budidaya dan penjualan bibit tanaman. Ia tidak ingin berkibar sendirian. Ia ajak warga di sekitar kampungnya untuk meniru jalannya.
Khoirul yang tinggal di Desa Kebonrejo, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah kini mengusahakan dua hektar kebun bibit di enam lokasi berbeda. Sebanyak 5.000 meter persegi adalah kebun miliknya. Sisanya milik petani lain yang menjadi mitra.
Di kebun-kebun itulah, Khoirul membudidayakan ratusan jenis bibit tanaman mulai tanaman buah-buahan seperti srikaya, apel, dan klengkeng; tanaman hias; hingga tanaman herbal seperti binahong, sambungnyowo, dan purwaceng.
Sejauh ini, ia telah bermitra dengan para petani di Kecamatan Salaman. Selanjutnya, ia akan bermitra dengan dua hingga tiga petani di Kecamatan Tempuran. Dalam kemitraan itu, Khoirul memberi modal kerja untuk bertani terutama kepada warga yang menganggur atau memiliki pendapatan rendah.
Tidak berhenti di situ, ia juga mengajari teknik budidaya tanaman yang baik dan cara menjualnya secara daring untuk menghindari jerat tengkulak. Pengetahuan tidak hanya ia berikan kepada mitra, melainkan kepada siapapun yang berminat. Caranya lewat pelatihan formal di rumahnya hingga obrolan langsung maupun melalui telepon. Paling banyak petani belajar teknik okulasi, cangkok, hingga pembuatan pupuk.
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO---Bibit padi jenis IR64 dan Merah Putih yang dikembangkan M Khoirul pada pipa paralon di atas kolam ikan. Kotoran ikan pada air yang dialirkan ke dalam pipa tersebut bermanfaat sebagai pupuk alami tanaman yang dibudidayakan. Sistem bercocok tanam tersebut bermanfaat membantu masyarakat dengan lahan terbatas tetap dapat mengolah tanaman budidaya. KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO
Kadang ia dipanggil ke beberapa daerah untuk memberikan pelatihan, termasuk melatih personel TNI dan pekerja di perkebunan durian di Pekanbaru. “Kadang saya mendapatkan honor besar dari ekspektasi, kadang saya jadi tenaga PPL (penyuluh pertanian lapangan) gratisan,” ujarnya sembari terkekeh.
Laki-laki kelahiran Magelang itu tidak peduli aktivitasnya membagi ilmu kepada mitra maupun petani lain akan menghasilkan pesaing bagi usahanya. “Dalam hidup, manusia itu harus bisa berguna untuk manusia lainnya,” katanya.
Ia justru senang jika petani yang ia bina bisa berkibar sebagai pengusaha mandiri. Oleh karena itu, dalam kemitraan yang ia bangun, ia membebaskan petani mitra untuk mengambil keputusan. “Jika nantinya mereka menemukan pasar dan mampu menjual produknya sendiri, saya mempersilakan mereka untuk mandiri, menjalankan usahanya sendiri tanpa bermitra lagi,” ujarnya.
Ia berharap, petani mitra yang telah mandiri itu bisa menjadi contoh dan diikuti petani lain. Harapannya ternyata tidak menemui ruang kosong, Mulai tetangga dan warga beda kampung terjun ke bisnis pembibitan tanaman dan menjualnya secara daring. Dulu di Kecamatan Salaman hanya ada 100-an warga yang menjual bibit secara konvensional. Kini, ada sekitar 1.500 warga yang berjualan bibit secara daring seperti yang dilakukan Khoirul.
Bangkit
Sebelum menekuni bisnis budidaya bibit tanaman, Khoirul terlibat dalam bisnis multi level marketing (MLM) pada 2003-2008. Lantaran jenuh, ia meninggalkan MLM dan bekerja di sebuah perusahaan otomotif. Di perusahaan itu ia hanya tahan tiga bulan. Selanjutnya ia berbinis bambu dan bawang hingga 2010.
KOMPAS/REGINA RUKMORINI---M Khoirul Soleh muoai mengembangkan pertanian padi dengan sistem hidroganik.
Ia juga merintis budidaya sengon. Namun, erupsi besar Gunung Merapi pada 2010 menghancurkan 100.000 bibit sengon yang ia tanam. Ia mengalami rugi cukup besar.
Di tengah kondisi sulit, ia terinspirasi kisah sukses seseorang yang tidak lulus kuliah namun mampu menjalankan usaha otomotif dan properti. Khoirul kembali bersemangat menjalankan usaha.
Karena tidak ada modal dan pengetahuan budidaya bibit tanaman, ia memulai langkah dengan menjadi pedagang bibit. Ia membeli bibit kepada petani dan menjualnya secara daring. Saat itu, sebagian besar petani menjual bibit tanaman kepada tengkulak. “Modal saya hanya telepon seluler. Saya melihat-lihat tanaman yang menarik untuk dijual, memotretnya, dan menawarkannya untuk dijual,” ujarnya.
Delapan bukan kemudian, cara berjualan bibit tanaman secara daring yang dilakukan Khoirul mulai menarik pembeli dari jauh. Ia berhasil menjual 10 bibit tanaman ke Medan, Sumatera Utara. Penjualan pertama itu membuka jalan untuk penjualan-penjualan berikutnya.
Ia semakin rajin memborong bibit tanaman yang dibudidayakan warga untuk dijual kembali. Ia dikenal selalu membeli bibit sesuai harga yang diminta petani dan menjualnya sesuai harga di pasaran di tempat domisili pembeli. Dengan cara itu, hubungan dengan petani dan pembeli menjadi baik.
Seiring banyaknya permintaan bibit, muncul pula pertanyaan dari konsumen seputar cara perawatan tanaman. Khoirul yang saat itu belum mengerti budidaya bibit, tak bisa menjawab. “Kepada pembeli, saya mengaku hanya tenaga marketing penjualan tanaman. Namun, agar pembeli tidak kecewa, saya selalu berusaha mencari jawaban dengan cara bertanya kepada pakar, petani yang ahli, internet, dan komunitas,” ujarnya.
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO---Muh Khoirul Soleh (46) mengambil tanaman padi yang dibudidayakan dengan sistem hidroganik di Dusun Kebonkliwon, Desa Kebonrejo, Salaman, Magelang, Jawa Tengah, Rabu (10/6/2020). Padi jenis IR64 dan Merah Putih yang saat ini berumur 1 bulan 10 hari tersebut ditanam pada pipa paralon di atas kolam ikan. KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO
Dari proses mencari jawaban itu, Khoirul sekaligus belajar membudidayakan bibit aneka tanaman hingga mahir seperti sekarang. Ia juga mengembangkan teknik promosi tidak hanya lewat media sosial, tapi situs. Dari situ, ia bisa menggenjot penjualan hingga 500-1.000 bibit tanaman per bulam. Selain itu, ia bisa menjual ranting dan biji tanaman ke pasar Malaysia.
Setelah tiga tahun menjadi pedagang, Khoirul memutuskan mengembangkan budidaya tanaman sendiri. Awalnya, ia memanfaatkan halaman rumah, kemudian membangun kemitraan dengan petani lain. Hingga kini, ia masih terus membuat terobosan. Ia, misalnya, mulai mengembangkan budidaya padi di pipa pralon dengan sistem hidroganik. Ia juga mengembangkan bibir tanaman langka yang jarang dijual oleh petani lain.
Kesuksesan Khoirul menarik minat banyak teman dan tetangganya untuk mencoba menekui usaha sendiri. “Ketika ada teman bekerja di sektor formal mengeluh kesulitan ekonomi lantaran gaji yang tidak mencukupi, saya selalu bilang bahwa solusi dari masalah mereka adalah keluar kerja dan merintis usaha sendiri,” ujarnya.
Mengacu pada pengalamannya sendiri, ia menyarankan teman-temannya untuk menempuh pemasaran secara daring. Beberapa di antara mereka telah sukses dengan usaha masing-masing.
M Khoirul Soleh
Lahir: Magelang, 5 Januari 1975
Istri: Dewi Eliana (39)
Anak:
Habibul Haq Kadfi (12)
Naila Bilqis Maritsaada (5)
Saqila Almahira Padmasari (2)
Pendidikan terakhir: S1 Ekonomi Universitas Muhammadiyah Magelang
Oleh REGINA RUKMORINI
Editor: BUDI SUWARNA
Sumber: Kompas, 29 Juni 2020
No comments:
Post a Comment