Adidas telah memanfaatkan aplikasi pengiriman pesan WhatsApp sejak tahun 2015 untuk membangun komunitas hiperlokal di berbagai kota di dunia.
Banyak orang mungkin belum menggunakan aplikasi WhatsApp untuk kepentingan pemasaran perusahaan.
Beberapa memang sudah menggunakan aplikasi itu namun untuk pemasaran dalam skala kecil dan tak jauh dari jual beli produk untuk komunitas tertentu.
Beberapa perusahaan memang telah menggunakan WhatsApp bisnis. Adidas mempunyai cara unik. Mereka telah melakukannya sejak beberapa tahun lalu dan boleh dibilang sukses tanpa menggunakan WhatsApp bisnis. Adidas menggunakan WhatsApp biasa. Ada beberapa pelajaran yang bisa dipetik dari pemilik merek besar ini.
Adidas telah memanfaatkan aplikasi pengiriman pesan itu sejak tahun 2015. Laman Digiday menyebutkan, sejak saat itu kalangan pemasaran produk itu telah menggunakannya untuk membangun komunitas hiperlokal di berbagai kota di dunia. Kini mereka telah menggunakannya sebagai platform untuk kampanye global.
Mereka sejak awal menyadari bahwa penggunaan platform WhatsApp sebagai cara untuk meningkatkan pengaruh merek, bukan soal jual-beli. Dengan platform itu mereka bisa menjangkau langsung dan berelasi dengan komunitas lebih kecil tanpa mereka merasa berhubungan transaksional.
Adidas mengakui bahwa hubungan yang terjadi berupa obrolan semata, bukan memasarkan langsung produk. Mereka juga tidak memancarkan materi-materi promosi melalui platform itu. Untuk mengoperasikan fasilitas ini mereka memiliki sebuah kantor di London dan dikendalikan oleh seorang editor pelaksana.
REUTERS/MARIANA BAZO--Bola Telstar 18 yang digunakan di Piala Dunia 2018 difoto di Stadion Kaliningrad, Rusia, Minggu (24/6/2018). Bola Adidas ini dipasangi cip komputer near-field communication.
Dari kota ini mereka mengirimkan beberapa topik perbincangan. Mereka juga memancing para pelanggan Adidas, semisal dengan mempersilakan mereka untuk memberi informasi dasar tentang pertandingan bola dan pemain yang diinginkan.
Perusahaan ini akan menginformasikan kepada para penggemarnya tentang sebuah pertandingan bila keinginannya terpenuhi. Adidas membayar pemain untuk mengenakan kaos dengan logo Adidas.
Untuk komunikasi ini mereka mengakui bahwa WhatsApp sangat berguna dan memudahkan. Selain itu, para pelanggan Adidas juga bisa membagikan informasi antarmereka. Di tengah kebingungan induk WhatsApp, yaitu Facebook dalam membuat bisnis di platform itu, Adidas malah melaju dengan berbagai peluang pemasaran di kanal itu.
Adidas telah hadir di tengah beberapa kalangan yang pesimistis menggunakan kanal itu untuk kepentingan bisnis. Layanan pengiriman pesan banyak dipakai karena mudah digunakan ketika kita menggunakan gawai.
Data menunjukkan, pengguna layanan WhatsApp naik 12,1 persen pada tahun lalu sehingga mencapai 2,52 miliar pengguna. Jumlah yang sangat besar untuk penggunaan sebuah platform.
Adidas terus mengembangkan penggunaan layanan pengiriman pesan ini. Mereka menggunakan platform WhatsApp untuk mengirim pesan langsung ke sebuah komunitas sepakbola anak muda di 15 kota kunci.
AP PHOTO/THOMAS KIENZLE--Adidas kini menjadi salah satu produsen apparel dan perlengkapan olahraga yang sangat banyak diminati pasar. Produk mereka tidak saja menguasai Eropa, tetapi menyebar hingga Asia, Afrika, dan Amerika.
Mereka diberi akses eksklusif untuk mendapatkan produk baru sebelum yang lainnya bisa membeli. Mereka juga diundang untuk acara-acara eksklusif. Komunitas itu beranggotakan 100-250 orang.
Pemilik merek ini berhasil memanfaatkan kanal ini di tengah orang-orang yang membayar mahal untuk iklan-iklan digital di beberapa media sosial. Para kompetitor lebih sibuk membayar para orang berpengaruh (influencer) untuk memasarkan produk-produk mereka.
Adidas punya cara lain. Ia berusaha mendorong orang-orang dalam komunitas untuk membuka toko daring. Mereka juga diberi akses untuk mendapatkan produk dan juga acara-acara khusus.
Sejak beberapa waktu lalu, Facebook telah membangun WhatsApp untuk bisnis. Penggunaan fasilitas ini berbeda dengan cara yang digunakan oleh Adidas. Beberapa perusahaan telah mulai menggunakan kanal ini.
Cara ini memungkinkan konsumen mendapatkan akses ke perusahaan-perusahaan yang telah terverifikasi. Meski demikian, perusahaan yang ingin menggunakan kanal ini harus bersiap diri karena pada intinya konsumen mudah menggunakan sehingga mereka harus bisa dikontak kapanpun.
Sangat percuma mereka memasang platform ini namun tidak menyiapkan sumber daya untuk melayani konsumen setiap waktu.
ARSIP KOMPAS--Tampilan aplikasi Whatsapp di Playstore.
Kanal itu juga memberikan data penting bagi perusahaan karena platform ini bisa mengumpulkan dan menganalisa data konsumen. Mereka bisa membuat survei, menanyakan langsung persoalan konsumen, dan merespons permintaan-permintaan individual.
Semua ini akan meningkatkan kedekatan perusahaan dengan konsumennya karena dengan sarana analisis, kebutuhan konsumen secara personal bisa diketahui dan dilayani secara khusus.
Catatan penting dalam penggunaan WhatsApp adalah kita perlu mempelajari konten-konten yang pas dengan kanal ini. Cara dan isi komunikasi di dalam setiap kanal dipastikan berbeda sehingga kehadiran merek di dalam komunikasi ini perlu dipelajari secara detil.
Para pemilik merek perlu mempelajari bagaimana WhatsApp bekerja dan kekuatannya dalam pemasaran. Secara lebih detil lagi pemilik merek harus mengetahui “alam” di dalam kanal itu, pola interaksi, kenyamanan, dan sentuhan personal yang diperlukan.
Oleh Andreas Maryoto, wartawan senior Kompas
Editor EMILIUS CAESAR ALEXEY
Sumber: Kompas, 20 Februari 2020
No comments:
Post a Comment