Wednesday, January 22, 2020

Ella Rizki FM Memutar Roda Ekonomi Desa Berbasis Kelapa

ARSIP PRIBADI---Ella Rizki Farihatul Maftuhah, perempuan muda yang berperan memberdayakan perempuan di kampungnya, Dusun Semen, Desa Trenten Kecamatan Candimulyo, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, melalui usaha berbasis kelapa.

Ella Rizki sukses membangun industri kecil berbasis kelapa yang digerakkkan oleh para perempuan desa. Kini, perempuan di desanya tak perlu pergi ke kota hanya untuk bekerja sebagai pembantu rumah tangga.

Ella Rizki Farihatul Maftuhah (25) lahir dari keluarga yang turun-temurun memproduksi gula jawa. Sejak 2012, Ella dan keluarganya mencoba mengenalkan pembuatan gula semut dan inovasi lainnya kepada warga. Usahanya berhasil memberdayakan para perempuan petani. Kini, mereka tak perlu merantau ke kota untuk mencari rezeki.

Di kampung Ella di Dusun Semen, Desa Trenten Kecamatan Candimulyo, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, setiap keluarga umumnya memiliki pohon kelapa untuk dideres (disadap) oleh kaum lelaki. Kaum perempuan bertugas mengolahnya menjadi gula jawa yang dicetak dengan batok kelapa. Tradisi itu dilakukan turun-temurun, tanpa perubahan berarti.

Ella bersama ibunya, Yuni Setyaningsih, dan dua saudara mereka melihat masih ada banyak cara untuk mengolah nira kelapa yang hasilnya lebih menjanjikan dibandingkan gula jawa. Mereka melirik pembuatan gula semut yang harga pasarannya sekitar dua kali lipat dari gula jawa. Tak berhenti pada ide, mereka mulai mengenalkan pembuatan gula semut pada warga tahun 2012.

”Awalnya ide untuk mengenalkan produksi gula semut di dusun kami ditolak keras. Ibu dimusuhi para tengkulak dan (acara sosialisasi gula semut) diancam akan dibubarkan. Tapi ibu terus menjalankan program itu,” ujar Ella di Magelang, Senin (11/1/2021).

Waktu berlalu, warga makin mengerti cara membuat gula semut dan mulai mencobanya di rumah masing-masing. Hasil produksi mereka ditampung dan dipasarkan oleh keluarga Ella. Sejak 2013, produksi gula semut organik mereka sudah bisa menembus pasar Korea Selatan dan negara-negara Eropa, seperti Belanda.

Ella banyak berperan untuk menguatkan usaha dan mengembangkan produk gula semut di dusunnya. Pada 2015, usaha pembuatan gula semut keluarga dibuatkan legalitasnya menjadi CV Nira Lestari. Lalu, ia membentuk koperasi Kelompok Wanita Tani Nira Lestari Makmur.

DOKUMENTASI CV NIRA LESTARI---Perempuan petani di Desa Trenten, Kecamatan Candimulyo, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, mendapat pelatihan memproduksi kelapa jadi gula semut, VCO oil, dan vegan nectar. Ella Rizki Farihatul Maftuhah memulai pengembangan olahan kelapa yang hanya diolah jadi gula jawa secara tradisional menjadi gula semut.

Dalam perkembangannya, produksi gula semut di dusun itu menghadapi tantangan. Produksi nira merosot karena para penyadap semakin tua dan pohon semakin tidak produktif. Akibatnya, bahan baku untuk membuat gula semut berkurang.

Ella memutar otak untuk mengatasi kondisi ini. Ia berpikir untuk mengganti pohon-pohon kelapa yang sudah tua dengan kelapa genjah, yang lebih pendek. Namun, hasilnya baru bisa diketahui tiga tahun kemudian setelah panen. Selain itu, ia belum tahu pasti apakah kelapa genjah cocok untuk produksi gula semut dan produk lainnya.

Ella terus mencari informasi. Suatu ketika temannya yang vegetarian kebingungan mencari campuran untuk salad. ”Kalau di luar negeri ada madu vegan. Ternyata itu bisa diolah dari nira dan nilai jualnya bisa lima kali lipat daripada gula semut,” tutur Ella.

Dengan dukungan sebuah perusahaan di Magelang, Ella melakukan riset terkait madu vegan organik. Dari riset itu, ia mampu memproduksi vegan nectar atau madu vegan organik dengan memanfaatkan bunga kelapa pada Agustus 2020. Madu vegan ini laku Rp 35.000 per 250 ml. Jauh lebih tinggi daripada harga jual semut yang berkisar Rp 25.000 per kilogram. Selain madu vegan, ia juga memproduksi VCO atau minyak kelapa murni, arang, dan asap cair dari batok kelapa untuk mengawetkan ikan/daging dengan pengasapan.

Jalan pendidikan

Bagaimana Ella bisa memiliki banyak ide untuk menghidupkan industri berbasis kelapa di desanya? Jawabannya karena ia terus menggali ilmu. Ketika ia merasa mesti ada terobosan yang yang dilakukan untuk mengolah produk kelapa yang melimpah di desanya, ia berpaling ke ilmu pengetahuan. Ia mencari beasiswa dan berhasil masuk Politeknik Akademi Kimia Analis (AKA) Bogor di bawah Kementerian Perindustrian.

DOKUMENTASI PRIBADI---Ella Rizki Farihatul Maftuhah (kanan) memberdayakan petani kelapa dengan mengajak memproduksi gula semut dan olahan lain yang lebih tinggi nilai jualnya.

Sebagian ilmu yang peroleh di bangku kuliah, ia coba terapkan dalam pertanian pohon kelapa secara organik. Ia mengganti pupuk kimia, dengan pupuk dari bahan alami. Ketika menderes nira, bahan kimia ia singkirkan dan diganti bahan alami seperti kulit manggis.

Ella mengakui ilmu kimia yang ia pelajari membantu dirinya untuk meningkatkan mutu gula semut dari dusunnya. Ia pun makin serius mendalami ilmu kimia. Ia melanjutkan pendidikannya ke level S-1 Kimia di Universitas Nusa Bangsa, Bogor, kemudian S-2 Kimia di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

”Awalnya saya mendalami kimia karena ingin ilmunya bisa dimanfaatkan. Tapi melihat dampaknya pada para petani, motivasi saya jadi berubah. Sekarang saya mendalami ilmu supaya bisa memberdayakan masyarakat,” ujar Ella yang jadi lulusan tercepat Magister Kimia UGM dengan predikat cumlaude periode Juli 2020.

Impiannya sebagian telah tercapai. Aneka produk berbasis kelapa telah membuka ruang lebih besar kepada para perempuan di dusunnya untuk terlibat dalam ikut berbisnis. Saat ini, ada 94 perempuan yang ikut memproduksi gula semut dan produk lain berbahan batok kelapa. Hasilnya mereka jual ke koperasi. Dari situ, para perempuan dusun itu mendapat penghasilan untuk membiayai kebutuhan keluarga, membayar biaya sekolah anak, bahkan menyisihkan sebagian untuk tabungan.

Ella merasa bahagia karena para perempuan yang sebagian besar tetangganya itu bisa mencari nafkah di kampung sendiri. Sebelumnya, sebagian dari mereka merantau ke kota meninggalkan keluarga hanya untuk bekerja menjadi pembantu rumah tangga.

Ella Rizki Farihatul Maftuhah

Lahir: Magelang, 14 April 1995

Pendidikan:

Kimia Analis, Politeknik AKA, Bogor (2012-2015)

Ilmu Kimia, Universitas Nusa Bangsa, Bogor (2015-2017)

S-2 Kimia, Universitas Gadjah mada (2018-2020)

Prestasi:

Ambassador Business Edupreneur UPI (2019)

Awardee Population Activity Resources and Environment Program, Chulalongkorn University, Thailand (2020)

Pemenang hibah teknologi tepat guna UGM (2019)

Pemenang hibah pengabdian masyarakat Fakultas MIPA UGM (2019)

Pemenang hibah pengabdian masyarakat lab fisik UGM (2019)

Pendamping khusus pemberdayaan peternak sapi Mamuju, RIF Indonesia-Kanada (2020)

Oleh   ESTER LINCE NAPITUPULU

Editor:   BUDI SUWARNA

Sumber: Kompas, 22 Januari 2021

No comments:

Post a Comment