Wednesday, January 15, 2020

Hadi Apriliawan Ciptakan Mesin Pasteriusasi Susu Bantu Peternak

KOMPAS/KOMPAS/DEFRI WERDIONO---Hadi Apriliawan Kreator Mesin Susu Kejut Listrik dari Lereng Raung

Hadi Apriliawan (31) berhasil mewujudkan amanat orangtua untuk membantu peternak. Dia membuat mesin pasteurisasi susu sistem kejut listrik.

Berasal dari keluarga peternak sapi perah di lereng Gunung Raung, Banyuwangi, Jawa Timur, Hadi Apriliawan (31) berhasil mewujudkan amanat orangtua untuk membantu peternak. Mesin pasteurisasi susu sistem kejut listrik buatannya kini merambah kantung-kantung peternakan di Indonesia.

Kesibukan terlihat di pabrik bertingkat empat di Kelurahan Purwantoro, Blimbing, Kota Malang, Selasa (10/11/2020) siang. Di tempat inilah, sehari-hari Hadi memproduksi mesin pasteurisasi susu menggunakan sistem kejut listrik atau yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan susu listrik (Sulis) dilakukan.

Mesin Sulis mampu mengawetkan susu tanpa mengurangi atau merusak kandungan nutrisi di dalamnya. Melalui proses pasteurisasi dengan alat ini, umur susu bisa bertahan hingga satu pekan--di lemari pendingin--dibandingkan susu tanpa melalui proses pengolahan yang umur segarnya tak lebih dari satu hari.

Dibantu puluhan karyawan, Hadi tidak hanya memproduksi mesin Sulis. Anak desa ini juga mengembangkan mesin-mesin agroindustri yang lain, baik untuk keperluan pertanian, peternakan, perikanan, hingga perkebunan. Semua dilakukan di bawah bendera PT MaxZer Solusi Steril yang ia dirikan sejak lima tahun silam.

Ada sejumlah varian mesin pasteurisasi yang dia buat. Mulai dari yang paling kecil berkapasitas 10 liter hingga terbesar 1,2 ton. Sistemnya sama, semua menggunakan kejut listrik menggunakan arus searah (Direct Current/DC) 50-100 kilovolt. Yang membedakan hanya dari sisi ukuran kapasitas.

“Kami juga menyiapkan laboratorium di tempat ini. Sehingga customer akan merasa puas dangan apa yang mereka beli. Selain itu juga ada pelatihan tentang pasteurisasi dan produk turunan susu, seperti keju, sabun, dan yogurt,” ujarnya.

Produk buatan Hadi tidak hanya dimanfaatkan oleh peternak di Malang dan Banyuwangi, tetapi sudah menjangkau sentra peternakan sapi perah di sejumlah daerah di Indonesia, seperti Bandung dan Bogor. Di Banyuwangi sendiri alat ini sudah banyak digunakan, termasuk oleh keluarganya yang tinggal di Desa Sragi, Kecamatan Songgon.

KOMPAS/KOMPAS/DEFRI WERDIONO---Hadi Apriliawan Kreator Mesin Susu Kejut Listrik dari Lereng Raung

Bahkan, sebuah produsen susu yang sudah menasional, juga memesan mesin dari Hadi. Pesanan dari luar negeri juga datang, seperti dari Malaysia, Filipina, Amerika, dan Singapura.

Jika sebelumnya mesin tersebut lebih banyak dipakai oleh para peternak, maka tiga-empat tahun terakhir penggunanya mulai bergeser. Saat ini banyak pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), khususnya yang bergerak di sektor makanan dan minuman, juga memanfaatkan alat tersebut.

Harga mesin Sulis yang terjangkau membuat alat ini menjadi pilihan banyak orang. Satu unit mesin pasteurisasi berkapasitas 10 liter hanya dibanderol Rp 13 juta. Sedangkan untuk yang besar harganya mencapai puluhan juta.

Menurut Hadi tekadnya membuat alat pasteurisasi dilatarbelakangi rasa prihatinnya terhadap nasib yang menimpa peternak. Selama ini banyak peternak terpaksa menjual susu begitu saja ke pabrik atau koperasi dengan harga rendah, hanya Rp 4.000-Rp 5.000 per liter. Akibatnya, keuntungan yang didapat tidak bisa mengimbangi biaya pakan dan lainnya.

Adapun kalau ada peternak yang menjual dalam bentuk olahan, caranya masih konvensional. Padahal, jika melalui pengolahan yang tepat para peternak bisa memeroleh keuntungan yang lebih besar. “90 persen keluarga saya peternak sapi. Akhirnya, saya diminta orangtua untuk membikin alat yang bisa mengawetkan susu,” tuturnya.

Saat di bangku kuliah di Fakultas Teknologi Peternakan Universitas Brawijaya Malang, tahun 2008-2009, Hadi berusaha mewujudkan keinginan orangtua. Ia berusaha mencari berbagai referensi untuk bisa menghadirkan inovasi baru. Singkat kata, akhirnya dia menemukan sebuah artikel di buletin dari Jepang yang kemudian menjadi inspirasi.

Di buletin tersebut, terdapat cara mengawetkan ikan yang menjadi bahan utama sushi. “Orang Jepang, kan, senang makan sushi. Daging mentah. Kalau di Jepang daging itu diberi perlakuan kejut listrik juga. Bedanya, mereka memakai sumber arus bolak-balik (Alternating Current/AC), kalau saya DC,” kata lelaki yang masuk dalam Asean Entrepreneur Award (AEA) Japan 2016 ini.

KOMPAS/KOMPAS/DEFRI WERDIONO---Hadi Apriliawan Kreator Mesin Susu Kejut Listrik dari Lereng Raung

Tidak mudah untuk membuat sebuah alat yang belum pernah ada sebelumnya. Hadi pun sempat mengajukan proposal perihal metode penelitiannya ke dosen namun sang dosen menolak dengan alasan bahwa hal itu tidak mungkin dilakukan. “Baru, setelah saya dan kawan-kawan yang lain bisa membuktikan, dan sering ikut lomba, akhirnya sang dosen percaya,” ucapnya.

Berbicara tentang pasteurisasi sebenarnya ada dua metode, yakni pasteurisasi termal dan nontermal. Dalam pasteurisasi termal, biasanya peternak merebus susu yang baru saja diperah menggunakan peralatan manual, seperti panci. Cara ini memiliki kelemahan. Saat direbus, ada protein susu yang pecah dan berdampak pada berkurangnya kandungan nutrisi.

Sedangkan cara nontermal melalui kejut listrik. “Mesin saya pemanasannya medium. Lalu dibantu kejut listrik. Logikanya, saat dipanaskan bakteri pinsan. Lalu dihajar sama kejut listrik. Bakteri yang kena kejut listrik (tembakan elektron) akan berlubang-lubang, termasuk ion lama-lama dia menggelembung besar. Akhirnya dialisis dan pecah,” terangnya.

Alat pertama yang berhasil dibuat oleh Hadi memiliki kapasitas berkapasitas 3-5 liter. Baru setelah melakukan riset selama 2,5 tahun dirinya menemukan alat yang benar-benar optimal. Hadi pun segera mendaftarkan mesinnya untuk mendapatkan hak paten.

Untuk membuat inovasi baru bukan berarti tidak ada rintangan yang dihadapi oleh pemenang Satu Indonesia Award Astra Bidang Teknologi tahun 2016 ini. Setelah berhasil mendirikan CV Inovasi Anak Negeri dan hendak beranjak ke PT MaxZer Solusi Steril (2015), Hadi menemukan partner yang kurang tepat.

“Saya dari dulu punya impian bikin pabrik. Kita coba cari investor. Menemukan. Ternyata investornya tidak bagus, saya malah dimanfaatkan. Saya bangun, mereka yang beli tanah. Sehingga urusannya menjadi tidak jelas. Karena itu saya tinggal saja meski kondisi fisik bangunan sudah lumayan besar,” kata pria yang punya ketertarikan dengan dunia peternakan sejak kecil itu.

Ke depan Hadi memiliki impian ingin memiliki 100 tempat--seperti yang ada di Malang saat ini—dan lokasinya tersebar di seluruh Indonesia, bahkan luar negeri. Tempat itu digunakan untuk menampung anak-anak muda yang hebat yang memiliki inovasi terkait mesin apa saja.

Hadi Apriliawan

Lahir : Banyuwangi, 21 April 1989

Istri: Irna Arianti

Anak: 3

Pendidikan:

-   SDN 1 Sragi Banyuwangi

-   SMPN 1 Songgon Banyuwangi

-   SMAN 1 Singojuruh Banyuwangi

-   Fakultas Teknologi Pertanian Univ Brawijaya (2011)

-   S2 Biotechnologi di Brawijaya dan National Pingtung University Taiwan (2014)

Oleh   DEFRI WERDIONO

Editor:   MARIA SUSY BERINDRA

Sumber: Kompas, 14 November 2020

No comments:

Post a Comment