Wednesday, January 8, 2020

Dwi Lili Indayani dan Terobosan Baru untuk Petani Bunga Kota Batu

KOMPAS/DEFRI WERDIONO----Dwi Lili Indayani (35), petani milenial dari Kota Batu, Jawa Timur, bersama kokodema produksinya, Jumat (13/8/2021). Sejak satu pekan lalu, Lili juga ditunjuk menjadi salah satu duta petani milenial di bawah Kementerian Pertanian.

Setelah sukses membuat terobosan dalam pemasaran bunga, Dwi Lili Indayani bekerja untuk memperjuangkan kesejahteraan petani bunga di Batu, Malang, lewat BUMDes. Bersama BUMDes, ia, antara lain, merintis mal bunga.

Terobosan yang dibuat Dwi Lili Indayani (35) dalam memasarkan tanaman bunga berbuah manis. Kini, ia diminta menakhodai badan usaha milik desa untuk membantu petani bunga memperluas pasar.  Lili pun menjadi duta petani milenial di bawah Kementerian Pertanian.

Kios bunga dan tanaman hias di tepi Jalan Patimura, Kelurahan Temas, Kota Batu, Jawa Timur, menjadi tempat memajang produk buatan Lili. Di luar tempat ini, usahawan tanaman hias dan bunga ini masih punya belasan lokasi untuk memamerkan produk. Ada yang di kafe atau mal di Batu, Malang, dan Surabaya.

Di gelari itu ada tanaman hias di dalam wadah kaca (creative terrarium), hiasan dari bebungaan kering (fragantia florist), dan yang menjadi ”maskot” berupa bunga di dalam wadah sabut kelapa (creative kokodema). Selain tiga produk ini, Lili masih punya satu produk lain, yakni urban garden.

Pemasaran terrarium dan urban garden telah menjangkau sejumlah kota besar di Indonesia, seperti Yogyakarta, Jakarta, Lombok, Bali, dan Berau. Sementara itu, kokodema bahkan sudah menembus pasar di beberapa negara, seperti Malaysia, Korea, dan Turki. Sayangnya, ekspor yang dilakukan sejak 2018 ini terhenti pada 2020 lantaran pandemi Covid-19. Penjualan dilakukan secara daring dan luring.

Meski saat ini ekspor terhenti, produk Lili masih sering dipamerkan di luar negeri melalui kementerian terkait. Pada 5-8 Agustus, misalnya, kokodema produksi Lili menghiasi paviliun Indonesia di Hand Art Korea 2021 Summer di Korea. Sebelumnya, 16-19 Juli, produk Lili unjuk gigi di American Horf Cultivate 21 di Ohio, Amerika.

KOMPAS/DEFRI WERDIONO---Dwi Lili Indayani (35), petani milenial dari Kota Batu, Jawa Timur, bersama aneka tanaman hias di kios miliknya di Jalan Patimura, Batu, Jumat (13/8/2021). Sejak satu pekan lalu, Lili juga ditunjuk menjadi salah satu duta petani milenial di bawah Kementerian Pertanian.

Lili mengklaim sebagai pihak pertama di Malang, bahkan Indonesia, yang mengembangkan kokodema dengan bahan kombinasi tali sintetis. Karena itu, ia mematenkan produk itu. Kokodema sendiri merupakan teknik bertanam asal Jepang. Di negara asalnya, bahan yang dipakai adalah lumut, sedangkan Lili mengaplikasikan dengan bahan lain.

”Saya menggunakan sabut kelapa tua. Untuk tali, awalnya saya menggunakan benang rajut warna-warni. Namun, pangsa pasar Indonesia sukanya beli untuk sekali pakai, yang awet. Saya sempat memanfaatkan daur ulang sisa limbah rotan sebelum akhirnya memakai tali sintetis seperti sekarang,” tuturnya, Jumat (13/8/2021).

Keluarga petani

Lili berasal dari keluarga petani bunga konvensional. Orangtua Lili mendirikan usaha bunga sejak 1986 dalam bentuk CV Bunga Melati. Lili kemudian melanjutkan usaha itu pada 2012. Dia mencoba beberapa terobosan yang ternyata berhasil.

Apa yang dilakukan Lili berawal dari tahun 2009 setelah ia lulus dari Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya dan mengikuti program magang pertanian di Ohio State University di Amerika Serikat selama satu tahun. Selesai magang, ia kembali ke Batu dan mengajar pertanian (arsitek landskap) setahun di Universitas Brawijaya.

Lili menunjukkan salah satu kreasi fragantia berupa mawar potong kering yang dirangkai kembali. Cara ini menjadi usaha untuk menyelamatkan petani bunga potong yang selama pandemi kehilangan banyak rezeki lantaran penjualan bunga ke beberapa kota terhambat.

KOMPAS/DEFRI WERDIONO---Aneka kokodema produksi Creative Cocodema dari Batu, Jawa Timur, Jumat (13/8/2021). Ada Dwi Lili Indayani (35), selaku petani milenial, di balik produk ini.

Lili pun melanjutkan studi strata dua dalam bidang agriculture for tourism di Universita Della Calabria Italia plus magang di perusahaan tanaman hias di Mantova Dosolo. ”Ada greenhouse khusus tanaman hias namanya Le Serre di Claudio di sana. Baru tahun 2016 saya baru pulang ke Indonesia,” ucap ibu satu orang anak ini.

Begitu kembali ke Tanah Air tahun 2016 itulah Lili mulai merintis usaha. Lili—yang sejak 2020 mengajar e-commerce di SMA Penabur Jakarta—ini mulai berinovasi dengan membuat produk urban garden, creative terrarium, creative kokodema, dan yang terakhir tahun 2021 fragantia florist.

Lili menunjukkan salah satu kreasi fragantia berupa mawar potong kering yang dirangkai kembali. Cara ini menjadi usaha untuk menyelamatkan petani bunga potong selama pandemi. Seperti diketahui, selama pandemi, pengiriman bunga potong oleh petani di Kota Batu ke Jakarta, Bali, dan beberapa daerah lainnya terhambat lantaran pembatasan aktivitas masyarakat.

Saat ini, Lili—yang dikukuhkan sebagai Duta Petani Milenial 6 Agustus 2021—tidak hanya mengurusi bisnisnya semata. Sejak beberapa bulan lalu dia mulai berkiprah untuk orang banyak dengan menjabat sebagai Ketua Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Desa Sidomulyo di Kecamatan Bumiaji.

BUMDes yang ada di wilayah tempat tinggalnya itu memiliki tujuh bidang usaha, antara lain, rest area, desa wisata, himpunan pemakai air minum, cuci kendaraan, dan mal bunga. Mal bunga merupakan usaha yang diresmikan beberapa bulan lalu. Dengan luas 20 hektar dan memanfaatkan lahan khas desa, mal ini dipakai untuk membantu pemasaran bagi petani bunga setempat.

”Awalnya saya diminta. Yang meminta melihat profil bisnis saya, akhirnya BUMDes percaya saya bisa dibantu. BUMDes itu sudah lama ada, tetapi aktif mulai 2021,” kata pemerima penghargaan Wirausaha Muda Mandiri tahun 2019 itu.

Desa Sidomulyo sendiri merupakan salah satu sentra bunga dan tanaman hias di Batu. Sekitar 80 persen bunga dan tanaman hias di Batu dihasilkan dari Sidomulyo. Adapun jumlah petani yang tergabung dalam mal bunga mencapai 200 orang.

KOMPAS/DEFRI WERDIONO----Aneka tanaman hias dalam kaca produksi Creative Terarium dari Batu, Jawa Timur, Jumat (13/8/2021). Ada Dwi Lili Indayani (35), selaku petani milenial, di balik produk ini.

Di kala pandemi seperti sekarang, penjualan petani bunga secara luring turun drastis. Selama ini sebagian besar pembeli yang datang langsung ke sentra bunga itu adalah wisatawan. Pasalnya, selama pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) nyaris tidak ada wisatawan yang datang ke Batu.

Alhasil, hanya tengkulak yang masih setia membeli bunga dari petani untuk dijual di daerah lain. Oleh sebab itu, terobosan dalam pemasaran penting karena selama ini sebagian petani masih belum akrab dengan perdagangan daring.

”Mal bunga untuk memperjuangkan nasib petani. Akhirnya saya tidak hanya memerhatikan diri sendiri karena yang ini (bisnis sendiri) sudah autopilot. Akhirnya saya berpikir bagaimana dengan kreativitas, dengan terobosan pasar, petani bisa mendapatkan harga jual produk lebih tinggi,” katanya.

Kiprah perempuan itu kini bertambah dengan hadirnya Griya Flora. Ini adalah usaha rintisan digital untuk memasarkan tanaman hias, bunga, sayur, dan buah produk petani. Dengan begitu, hasil panen petani bisa terserap. Usaha ini bekerja sama dengan Gekrafs Kota Batu.

Apa yang dilakukan Lili mengubah kebiasaan yang telah puluhan tahun diikuti orangtuanya dan petani bunga lainnya di Batu. Selama itu, mereka menjual bunga dalam bentuk tanaman hias maupun bunga potong apa adanya.

Dwi Lili Indayani

Lahir: Batu, 22 Oktober 1986

Pendidikan:

SD Emanuel Batu

SMPN 1 Batu

SMAN 1 Batu

S-1 Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang

S-2 Universita Della Calabria, Italia

Penghargaan:

Wirausaha Muda Mandiri 2019

Duta Petani Milenial di bawah Kementerian Pertanian.

Pekerjaan:

Direktur CV Bunga Melati

Direktur BUMDes Desa Sidomulyo

Pengajar e-commerce di SMA Penabur Jakarta

Direktur Griya Flora

Oleh   DEFRI WERDIONO

Editor:   BUDI SUWARNA

Sumber: Kompas, 26 Agustus 2021

No comments:

Post a Comment