Sunday, November 1, 2020

Isdiyanto, Pembudidaya Tanaman Keras

Omset Mencapai Rp 100/ bulan dengan Keuntungan Lebih 60%

• Paling Laku Bibit Jati dan Sengon 

Semakin gencarnya aksi penyelamatan bumi dengan digalakkannya penanaman pohon dan pemulihan hutan gundul membuat kebutuhan akan bibit tanaman keras, seperti Jati, Sengon dan Jabon tidak pernah surut. Hal inilah yang membuat Isdiyanto yang pada awalnya hanya sebagai aktivis pemerhati lingkungan, tertarik menjadi pembudidaya tanaman keras. Tidak hanya sebatas budidaya saja, ia pun kerap memberikan layanan konsultasi budidaya gratis bagi para konsumennya. Seperti apa usaha yang mampu meraih omset hingga Rp 100 juta per bulan ini? 

Rasa keprihatinan Isdiyanto muncul melihat maraknya penebangan liar di hutan, sehingga pria berumur 41 tahun ini tertarik mempelajari masalah kelestarian alam. Selain belajar dari berbagai buku budidaya tanaman keras, terkadang ia juga kerap berkonsultasi pada ahli budidaya tanaman keras.

Adapun yang dimaksud tana-man keras adalah tanaman yang umurnya bertahun-tahun meliputi Kopi, Karet, Cengkeh, Kakao, Kelapa, Kelapa Sawit, tanaman buah-buahan, tanaman kayu seperti Jati, Sengon, Gaharu, Cendana dan lain-lain. 

Setelah paham dengan seluk beluk tanaman keras, Isdiyanto pun mulai mengajak masyarakat sekitar hutan antara lain di Kalimantan dan beberapa instansi daerah di kota Balikpapan untuk tanggap terhadap masalah kerusakan ling-kungan dengan mengadakan penyuluhan tentang pelestarian alam dan perekonomian masyarakat sekitar hutan. Lokasi di Kalimantan dipilihnya karena di sana cukup banyak terjadi penebangan liar. Sebagai aktivis lingkungan, meskipun ia tinggal di Jakarta tapi ia sering pergi ke berbagai provinsi untuk mengadakan penyuluhan kepada masyarakat sekitar hutan agar tidak lagi melakukan penjarahan hutan. 

Dari aktivitasnya tersebut Isdiyanto pun terinspirasi untuk membuka usaha tanaman kayu di pertengahan tahun 2004. Dengan modal sebesar Rp 19 juta dari uang simpanannya sendiri, Is, begitu biasa ia disapa, akhirnya dapat merealisasikan keinginannya untuk membuka usaha budidaya tanaman kayu. Modal tersebut ia gunakan untuk menyewa lahan seluas 2.000 meter persegi di daerah Perumahan Bumi Indah Tangerang sebesar Rp 2 juta/tahun. Kemudian sebesar Rp 4 juta ia gunakan untuk membuat pompa air, Rp 3,5 juta untuk membeli alat pertanian seperti mesin potong rurnput, cangkul dan sekop, Rp 2,6 juta untuk membeli biji tanaman Jati, Sengon dan Jabon sedangkan sisanya Rp 6,9 juta untuk membuat pagar bambu dan membeli perlengkapan tanam seperti paranet, terpal, polybag, pupuk, sekam dan pasir.

Alat pertanian dan pelengkapan tanam ia beli di salah satu toko pertanian yang ada di Tangerang dan biji tanaman keras yang digunakan untuk pembibitan ia beli di PERHUTANI daerah Bogor Jawa Barat dan Nganjuk Jawa Timur. Menurut Is, ia sengaja membeli biji tanaman keras di PERHUTANI karena kualitasnya lebih bagus daripada pengepul. Selain itu kualitas biji dari PERHUTANI juga terjamin, sehingga bibit dapat tumbuh maksimal. 

Jenis Bibit Tanaman Keras. Tanaman keras seperti Jati, Sengon, Jabon, Mahoni, Cendana, dan Gaharu dijual ls dalam bentuk masih beru-pa bibit dengan harga ditentukan per centimeter tanaman dan juga tergantung jenis tanaman. Bibit tanaman keras siap jual biasanya mencapai ukuran 40 cm - 2 meter. Seperti tanaman Jati ia jual dengan harga antara Rp 1,5-2 ribu/bibit, Sengon Rp 800-2 ribu/bibit, Jabon Rp 1,2-2 ribu/bibit, Mahoni Rp 1-2,5 ribu/bibit, Cendana Rp 75- 80 ribu. 

Menurut ls, pada tahun ini Jati dan Sengon paling banyak diminati karena keduanya merupakan jenis tanaman keras yang banyak digunakan oleh pelaku industri, salah satunya dijadikan tiang penyangga rumah, papan peti kemas, hingga perabotan rumah tangga seperti kursi, meja, dan pintu. 

ls juga menjual bibit tanaman buah seperti Rambutan dengan harga Rp 3,5-5 ribu/pohon, Duren Rp 10-15 ribu/pohon, Mangga Arum Manis Rp 10-15 ribu/pohon, Kedongdong Rp 10-15 ribu/pohon, Manggis Rp 10-15 ribu/ pohon, Jambu Air Rp 5-15 ribu/ pohon, Sawo Rp 25-50 ribu/po-hon, dan Jeruk Rp 5-10 ribu/pohon dan Jamblang Rp 3-5 ribu/pohon. Selain itu ada juga tanaman Kepo (yang berfungsi penyerap dingin) Rp 5 ribu/pohon, Kemiri Rp 3-5 ribu/pohon hingga Kayu Salam Rp 3-7 ribu/pohon yang mana kisaran harga tersebut tergantung ukuran tanaman. 

Harga tanaman yang diberikan Is merupakan harga satuan. Sedangkan untuk harga grosiran dengan minimal pembelian 500 bibit akan diberikan diskon harga sebesar 20% dari harga eceran. Dalam penjualan bibit tanaman keras biasanya suami dari Sulistiawaty ini menggunakan polybag ukuran 10x10 cm yang sudah diberi media tanam. 

Tidak hanya menyediakan bibit saja, ls juga kerap memberikan konsultasi pembudidayaan mau-pun penanaman gratis pada setiap pelanggannya. 

Bibit dan Bahan Pendukung. Is membeli bibit yang akan diperbanyak berupa biji tanaman keras di PERHUTANI Bogor, Jawa Barat dan Nganjuk, Jawa Timur dengan kisaran harqa Rp 50 ribu-2,5 juta/ kilogram. Harga biji tersebut tergantung jenis tanaman dan biji tanaman jabon yaitu Rp 2,5 juta/kilogram. Sebanyak 1 kilogram biji bisa berisi ratusan hingga ribuan buah seperti biji Sengon yang berisi 10-15 ribu biji per kilonya. Pemilihan biji tanaman yang baik bisa dilihat dari kondisi fisiknya yang masih bagus tidak berlubang. 

Alat untuk proses pembibitan tanaman keras biasanya berupa cangkul, sekop, dan plastik polybag ukuran 10x10 cm dengan harga Rp 15 ribu/kilogram. Untuk media tanam Is biasanya menggunakan sekam mentah dengan harga Rp 10 ribu/karung, pasir Rp 150 ribu/ pick up, pupuk kandang Rp 10 ribu/karung, pupuk kompos Rp 10 ribu/karung. 

Selain itu terkadang ls juga membeli Furadan (obat pencegah hama) dengan harga Rp 6 ribu/ botol. Sarjana Ekonomi lulusan Universitas Gunadarma, Depok ini membeli semua bahan dan alat tersebut dari sebuah toko perlengkapan pertanian yang ada di daerah Tangerang. Biasanya ia belanja 1 bulan sekali dengan mengeluarkan biaya sebesar Rp 13,4 juta. 

Pemasaran. ls memasarkan tanaman kerasnya kepada perkebunan kayu, instansi pertamanan kota dan penjual tanaman skala kecil di dalam maupun di luar Jabodetabek seperti Jakarta, Bogor, Semarang, Surabaya, Riau, Batam, Sulawesi, Kalimantan hingga Papua. Di awal usaha ia memasar-kan tanaman lewat pameran yang diadakan di Lipaurjan Banleng, Jakarta Pusat dan membuat brosur. Namun kini seiring berkembangnya usaha ia juga mulai memasarkan tanamannya lewat iklan gratis di internet. 

Pembayaran dengan sistem DP maupun cash. Pembayaran cash diterapkan bagi para konsumen yang datang langsung ke tempat usaha-nya, sedangkan pembayaran DP sebesar 250/0 di muka diterapkan bagi konsumen yang melakukan pemesanan via telepon. Setelah barang sampai maka pembayaran harus dilunasi. 

Pengiriman di daerah Jabodetabek ls biasanya menggunakan mobil pick up maupun truk dengan biaya antar ditanggung pemesan sebesar Rp 500 ribu - 1 juta, dan kisaran harga Rp 2-5 juta untuk luar Jabodetabek. 

Dalam 1 bulan ls bisa menjual 100-200 ribu bibit tanaman keras dan dapat meraih omset hingga Rp 100 juta dari bibit tanaman keras, dengan keuntungan sebesar 61,4%. Sedangkan dari bibit tana-man buah omsetnya sekitar Rp 50 juta per bulan. Dari usaha pembibitan tanaman keras ini ia bisa balik modal dalam waktu 6 bulan. Ke depan ls berencana mengembang-kan usahanya dengan memperluas lahan guna meningkatkan kuanti-tas bibit. Cheerli 

Asumsi Pendapatan Mitra Tani Sejahtera dari Bibit Tanaman Keras per Bulan

1.

Modal Awal (tahun 2004)

 

 

Rp 19.000.000

 

membeli bahan baku dan peralatan

 

 

 

2.

Bibit dan Bahan Pendukung

 

 

Rp 13.400.000

 

- Beli biji

Rp

6.000.000

 

 

-Pupuk kandang

Rp

3.000.000

 

 

- Pupuk kompos

Rp

3.000.000

 

 

- Pasir

Rp

300.000

 

 

- Sekam mentah

Rp

100.000

 

 

- Plastik polybag

Rp

1.000.000

 

3.

Biaya Operasional

 

 

Rp 25.200.000

 

- Gaji 6 oranq karyawan

Rp

9.000.000

 

 

- sewa lahan

Rp

200.000

 

 

-Listrik, air, telepon

Rp

1.000.000

 

 

- Lain-lain

Rp

15.000.000

 

4.

Omset

 

 

Rp 100.000.000

5.

Keuntungan Bersih (61,4% dari omset)

 

 

Rp 61.400.000

Info lebih Lanjut Dapat Menghubungi: Mltra Tani Sajahtera Perumahan Buml Indah Tahap IV JI. Dahlia 3 No. 4, Rt.07/Rw.06, Sukamatri, Pasar Kemis,Tangerang Telp. 08128148065 (Isdiyanto)

--------------------------------------------

Cara Pembibitan Tanaman Keras 

Pembibitan tanaman keras biasanya dilakukan dengan cara konvensional alias generatif atau perbanyakan dengan menggunkan biji. Seperti yang dilakukan Isdiyanto, pemilik Mitra Tani Sejahtera. Adapun tahapan yang harus diperhatikan dalam budidaya secara konvensional ini adalah: 

1.Syarat Tanam 

Tanaman keras merupakan tanaman tropis yang dapat tum-buh mulai dari daratan rendah hingga tinggi dengan ketinggian 0-800 dpl dan kisaran suhu 20-27 derajat celcius. Usaha pembibitan tanaman keras ini tidak tergantung dari musim, bisa dilakukan kapan saja. Biasanya tanaman keras diperbanyak secara konvensional yaitu dengan menggunakan biji. Biji tanaman keras yang akan dijadikan benih haruslah yang terjamin mutunya. Oleh karena itu dalam hal penyediaan biji Is memilih membeli biji dari PERHUTANI. 

2. Persiapan Biji 

Cara budidaya tanaman keras secara genetatif hampir sama. Hanya saja perbedaan terletak pada saat perendaman waktu persiapan biji. Untuk pohon Jati, biji yang akan ditanam harus di-keringkan terlebih dahulu dengan cara dijemur di terik matahari selama 4-5 jam, setelah itu direndam dengan air dingin selama 12-15 jam. Perendaman ini bertujuan agar biji jati bisa lepas dari cangkang atau kulitnya. Kemudian angkat dan tiriskan biji yang telah terkelupas di wadah kering seperti nampan selama 5-10 jam. 

Sedangkan untuk Sengon, yang struktur kulit bijinya lebih keras daripada Jati, proses per-endaman dilakukan dengan dua tahapan. Pertama biji direndam dalam air panas hangat selama 1 —2 jam. Setelah itu, benih direndam kembali dalam air dingin sekitar 24 jam, baru skemudian ditiriskan. Yang mana perendaman biji, ber-fungsi untuk membantu memaksimalkan pertumbuhan dari tana-man keras yang akan ditanam. 

3. Persiapan Tempat dan Media Tanam 

Langkah pertama yang perlu dilakukan yakni membersihkan lahan dari rumput liar. Sebaiknya lahan pembibitan diberi pagar pembatas dari bambu untuk menjaga bibit dari gangguan binatang sep-erti ayam dan musang. Selain itu sebagian lahan harus dipasangkan polynet yang berfungsi untuk menghalangi sengatan matahari langsung yang dapat merusak bibit yang masih muda. 

Isdiyanto biasanya menggunakan media tanam berupa sekam mentah dan pasir dengan perbandingan 1:1, yaitu 1 karung sekam mentah dicampur den-gan 1 karung pasir. Bahan-bahan tersebut dicampur menggunakan cangkul lalu dimasukkan ke dalam wadah semai berupa box persegi berbahan plastik ukuran 50x50 cm tingginya 30-40 cm, sisakan permukaan yang tidak diberi me-dia tanam setinggi 1/4 bagian. Kemudian biji Jati ditanam ke dalam wadah semai dengan padat tebar sebanyak 100-200 biji. Sehingga untuk 1 kg benih dibutuhkan lua-san tanah 125 meter persegi. Tempat penanaman biji tidak perlu dilakukan di dalam green house, cukup dilindungi dengan polinet agar biji tidak langsung terkena panas terik matahari. 

Pada proses persemaian biji ini juga tidak perlu dilakukan pemupukan karena biji tanaman jati telah memiliki sim-panan sari makanan secara alami. Biji tersebut akan tumbuh menjadi bibit atau kecambah dalam waktu 4-6 hari dengan tinggi sekitar 2 cm. Keberhasilan tumbuhnya bibit dari biji tanaman keras termasuk bibit pohon Jati bisa mencapai 60-80% tergantung kualitas biji. Semua bibit tanaman keras tingkatan keberhasi-lan persemaian sama persentasenya karena ia membeli bibit dari tempat yang sama yaitu PERHUTANI. 

Setelah bibit berumur 4-6 hari atau mencapai ukuran 2 cm, bibit pohon kemudian dipisahkan satu per satu ke dalam media tanam yang berbeda berupa campuran pupuk kandang, pupuk kompos dan tanah humus yang telah dimasukkan ke dalam polybag ukuran 10x10 cm. Adapun perbandingan media tanam tersebut 1:1:1. Bibit pohon kemudian diletakkan secara berbaris di tanah yang su-dah beralaskan terpal. Penempatan polybag diberi jarak 10x10 cm, yang bertujuan agar pertumbuhan bibit dapat berlangsung secara baik dan maksimal. 

Setelah tersusun rapi tutup bagian atas bibit dengan menggunakan plastik bening, untuk menghindari bibit dari serangan matahari langsung. Sedangkan terpal digunakan untuk membantu proses penyiraman, sehingga nantinya 1/4 bagian bawah polybag dapat tergenang air. ls menggunakan sistem penyiraman dari bawah polybag agar lebih efektif dan juga dapat menjaga posisi bibit agar tetap tegak. 

Penutup bibit berupa plastik bening baru dibuka setelah bibit berusia 6 minggu, hal ini bertujuan agar intensitas matahari da-pat terserap oleh bibit dengan baik. Ukuran bibit siap jual saat umur bibit berkisar antara 11-12 minggu, dan biasanya keberhasilan pembibitan jati dari mulai ditanam di polybag hingga siap jual bisa mencapai 96-98%. 

4. Perawatan 

Perawatan bibit tanaman keras tidak terlalu sulit, karena tanaman ini memiliki toleransi tinggi terhadap lingkungan sekitar. Oleh karena itu perawatan cukup dilakukan dengan melakukan penyiraman 1-2 kali sehari. Pemupukan sendiri hanya dilakukan dengan cara menaburkan pupuk kandang dan kompos dengan perbandingan 1:1 selama 1-2 bulan sekali dosis 1 genggam tangan. 

Adapun hama yang sering menyerang bibit tanaman keras adalah ulat dan belalang yang biasanya muncul di bagian atas daun, sehingga dapat membuat daun menjadi rusak. Untuk membasmi hama tersebut ls biasanya hanya memisahkan tanaman yang terserang di tempat yang berbeda. Terkadang ls juga menggunakan Furadan (bubuk pembasmi hama) dosis 1-2 genggam tangan, dengan cara menaburkan atau menyemprotkan di sekeliling pohon. Pemisahan bibit yang terserang hama dan pemberian furadan hanya dilakukan ketika tanaman terserang saja. Untuk pencegahan ls menanam pohon suren (yaitu tanaman pelindung atau pembatas di ladang dan memiliki karakter khusus seperti harum yang khas apabila bagian daun atau buah diremas dan pada saat batang dilukai atau ditebang). Pohon suren digunakan karena dapat mengeluarkan gas atau bau yang tidak disukai serangga. 

5. Pengemasan dan Pengangkutan 

Sebelum bibit dikirim sebaiknya dilakukan proses karantina setelah bibit berusia 7 minggu dengan meletakkan bibit siap jual di tempat yang terkena sinar ma-tahari langsung tanpa ada penghalang berupa plastik bening maupun polynet. Hal ini bertujuan agar nantinya bibit mudah beradaptasi dan melakukan penyesuaian suhu dan kelembaban dengan lingkungan tempat tumbuhnya yang baru. 

Proses pengangkutan bibit tanaman keras tidak terlalu rumit, karena tanpa harus dipindahkan dari media tanam atau polybag. Pengangkutan biasanya meng-gunakan truk atau mobil pick up. Bibit biasanya dilepas dari poly-bag dan ditanam di lahan terbu-ka pada usia 2,5-3 bulan karena ketahanannya sudah lebih baik daripada bibit yang berumur di bawahnya. Cheerli  

Sumber: Tabloid Peluang usaha, edisi 13 tahun V --03-16 Maret 2010

1 comment:

  1. poker online dengan pelayanan CS yang baik dan ramah hanya di AJOQQ :D
    ayo di kunjungi agen AJOQQ :D
    WA;+855969190856

    ReplyDelete