Saturday, October 24, 2020

Membedah Bisnis Jilbab yang Semakin Moncer

Jilbab Bahan Katun Paris Paling Laris, Untungnya hingga 50 Persen 

Jilbab sebagai bagian dari fashion memiliki potensi pasar yang begitu besar. Tak heran jika saat ini pelaku bisnis jilbab bertomba-lomba mengeluarkan kreasi baru model jilbab nan cantik untuk merebut hati konsumen. Aneka ragam jilbab, dari mulai modelnya, bahan, motif, aplikasi, hingga warna dan coraknya berpeluang sebagai bisnis yang prospeknya cerah baik di kota besar maupun di daerah. Begitu pula pelengkapnya berupa ciput dalaman, manset, dan lainnya. Seperti apa potensi bisnis jilbab, dan apa tren jilbab yang saat ini sedang digemari? 

Prospek bisnis jilbab sangat menjanjikan ke depannya, mengingat saat ini jilbab tak lagi sekadar tuntutan bagi wanita muslim untuk menutup aurat, namun sudah menjadi produk fashion yang perannya sangat strategis dalam dunia bis-nis fashion. Lihat saja pusat grosir terbesar Tanah Abang Jakarta Pusat. Di pasar grosir terbesar di Asia Tenggara ini pelaku usaha bisnis jilbab menjual aneka ragam jilbab yang laris manis, apalagi pengunjung yang datang tak hanya dari luar Jakarta bahkan sampai luar negeri. Seperti diakui oleh Wilda dan suaminya Yosmen Andria, pemilik Murah Jaya Scraft, yang membuka toko di Blok A B1 Los C No. 5 Pasar Tanah Abang Jakarta Pusat . Pertama kali berdagang jilbab ternyata peminatnya lumayan bagus sehingga Wilda memutuskan untuk terjun membuat produksi jilbab sendiri. Begitu pun dengan Heru Mukhtar, pemilik Azzura Scraft yang mengakui besarnya potensi pasar produk jilbab hingga ia saat ini hanya fokus memproduksi jilbab saja dengan terus mengeluarkan model-model terbaru setiap dua kali seminggu. 

Modal Kecil


Besarnya potensi jilbab yang bisa digarap terutama karena berbagai model jilbab selalu bisa digali khususnya dari aplikasi maupun motifnya. Hal itu pula yang mendorong Fira, pemilik toko online jilbab www.nengnong. com untuk ikut terjun membuat produksi jilbab sejak Mei 2009. "Rencana awalnya memang saya mau jualan online, tapi semula bingung mau pilih produk apa. Nah waktu lihat adik jualan jilbab di kantor ternyata responsnya bagus, mulailah pada Mei 2009 saya merintis usaha ini," kenang Fira. 

Hanya dengan modal Rp 500 ribu Fira saat itu membeli jilbab kurang dari 30 potong dari Blok A Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat dan menjualnya di toko online-nya. Ternyata respons konsumen bagus sehingga ia pun memproduksi jilbab sendiri. Di sinilah peran makloon sangat membantu bisnis produksi jilbab Fira karena ia tak perlu menyewa karyawan jahit dan juga membeli peralatan jahit, tapi cukup dengan me-makloon-kan pengerjaan jahit dan aplikasi motif jilbab ke pengrajin makloon di Tasikmalaya dan Parung Bogor. Dan meski baru setahun menjadi produsen jilbab, Fira su-dah mampu meraih omset hingga Rp 30 juta per bulan. 

Menurut Fira, konsumennya keban-yakan berasal dari luar Jakarta dan saat ini meskipun ia bisa melakukan penjualan secara ritel, namun lebih fokus pada penjualan grosir yang ditujukan bagi para pedagang di luar Jakarta yang ingin menjual produknya. Minimal pembelian sebanyak 1 kodi untuk 1 model, misalnya jilbab segi empat motif bunga dengan bermacam warna. 

Begitu pula untuk produk pelengkap jilbab berupa ciput dalaman, manset dan lainnya yang prospeknya masih sangat besar untuk digarap. Seperti yang dilaku-kan oleh Sukmasari dan Zenial Budiman Salam yang merintis bisnis pembuatan ciput dalaman. Sukma dan Zen tidak membuat ciput Arab sendiri namun menggunakan jasa makloon di Parung Bogor. Biaya makloon ciput Arab berupa pengeijaan jahit Rp 2.500 per po-tong.Dan rata-rata anggaran untuk makloon ciput sebesar Rp 1 juta per bulan. Modal untuk bahan da-lam sebulan sekitar Rp 3 juta. Sehingga total rnodal yang dikeluarkan hanya 4 juta saja. 

Desain Baru dan Inovasi

Jilbab dengan beragam model, bahan, aplikasi, motif, yang bisa dikreasikan membuat para pelaku usaha ini harus pintar-pintar menggali ide untuk menciptakan model jilbab yang diminati kon-sumen. Karena itu tren jilbab se-lalu berkembang. Dan tiap pelaku usaha berlomba-lomba menghadirkan karya model jilbab yang jadi andalannya. Seperti halnya Wilda yang setiap minggu selalu mebuat motif baru, dan jilbab yang terbaru diproduksinya dari desainnya sendiri adalah jilbab aplikasi payet jepang motif sisik bunga tempel. la juga berusaha memberikan ciri khas pada setiap produk jilbabnya, berupa bordiran dari benang kodok warna emas maupun perak di bagian tepi jilbab.

Mengeluarkan desain baru set-iap satu minggu sekali juga dilakukan oleh Fira Misalnya desain yang baru dibuat Fira adalah jilbab ap-likasi perca batik dan aplikasi perca motif bunga dan kupu-kupu."Min-ggu depan saya buat motif boneka Jepang," ujarnya. 

Menurut Fira, saat ini di pasaran jilbab plisket yang baru saja tren adalah model bergo, yang merupakan kreasi dari jilbab plisket yang sebelumnya hanya berupa model segi empat saja. Selain itu untuk jilbab aplikasi bordir yang sedang tren berupa aplikasi bordir dengan motif animasi kartun (lucu-lucu) seperti gambar hewan, mobil, rumah, boneka, dan lainnya. "Untuk mengikuti tren tersebut kita juga buat jilbab animasi namun tema atau motifnya kita rancang sendiri yaitu bertema go green," jelasnya. Tetapi saat ini konsumennya lebih berminat pada aplikasi perca. Sehingga ia juga membuat jilbab aplikasi perca motif animasi, selain aplikasi bordir. "Ciri khas kita lebih banyak bermain di bordir, tapi konsumen satu bulan terakhir ini memang ingin motif lucu-lucu sehingga kita ikuti kemauan konsumen," tambah Fira. 

Selain desain, yang tak kalah penting adalah bahan jilbab. Seperti Fira yang memutuskan pilihan hanya menggunakan bahan Katun Paris saja, karena respons konsumen lebih bagus dibandingkan bahan lain mengingat variasi mo-tif dan aplikasinya lebih banyak dibanding bahan lain. "Konsumen ada yang saat ini minta bahan jilbab dari Double Hicon,tetapi kita tidak layani karena kita kedepankan kualitas mengingat kualitas bahan Double Hicon lebih rendah daripada Katun Paris, karena kalau dilipat dan dikenakan tidak rapi serta serat kain lebih kasar dari Katun Paris. Kalau bahan Spandek saya lihat sudah tidak terlalu tren dibanding Katun Paris," jelas Fira` yang berencana membuat produk baru yaitu mukena sebelum Lebaran tahun ini. 

Bahan jilbab tersebut dapat dibeli secara potongan dalam ukuran kodi atau dalam bentuk gulungan dalam ukuran bal. Namun pembelian bahan dalam bentuk sudah dipotong dan bagian pinggir bahan jilbab sudah dineci. Alasannya bila membeli dalam ukuran bal jatuhnya harga lebih mahal karena tidak bisa memilih warna. Hal ini berbeda kalau membeli bahan jilbab secara kodian karena bahan jilbab tersebut sudah dalam bentuk potongan. 

Strategi Pemasaran

Untuk mempromosikan bisnis jilbab, dapat menempuh cara murah dengan membuka toko online dan sistem keagenan untuk bisa menjaring pedagang dan konsumen ritel sebanyak-banyaknya. Selain itu dengan melakukan kontrol kualitas, seperti Fira yang meminta mitra makloon-nya agar sebelum pengerjaan bordir, bahan jilbab dicek satu per satu dan bila ada yang rusak misalnya ada benang yang tertarik jangan dikerjakan. Hal itu untuk menghindari produk reject dari konsumen yang tentu saja akan mengurangi kepuasan konsumen, Produk reject juga merugikan produsen karena ongkos kirim produk jilbab pengganti reject akan ditanggung produsen. 

Untung Besar

Dari beberapa pelaku usaha jilbab, keuntungan paling besar bisa diperoleh bila produsen bisa terus menghadirkan jilbab model baru yang diminati konsumen, seperti Erina, pemilik Jilbab Cantik yang sering mengeluarkan model-model baru yang akhirnya jadi trendsetter, seperti jilbab seragam ibu dan anak, serta jilbab ukuran big size (XL). Biasanya untuk satu jilbab Erina rata-rata mengambil keuntungan 50%. Sebagai contoh, jilbab tipe Jasmine Blossom seharga Rp 45 ribu dengan biaya produksi Rp 20 ribu. Nah apakah Anda ingin mengikuti jejak produsen jilbab yang pasarnya tak pernah mati ini? Coba baca juga profil produsen berbagai jenis jilbab pada halaman berikut, siapa tahu Anda akan mendapatkan ilmu untuk bisa memulai usaha, baik sebagai produsen maupun sebagai pedagang. --Ekawati, Tim Utama

----------------------------------------------------

Paling suka Pakai Jilbab Segi Empat Bahan Katun Paris 


Siapa tak kenat Nuri Maulida wajahnya yang ayu sering rnenghiasi layar kaca saat ia memerankan tokoh Kayla di sinetron Cinta Fitri. Penampilannya saat akting mengenakan busana muslim dipadu jilbab tampak cantik dan anggun. Karena sering tampil berjilbab dalam sinetron, meski belum berbusana muslim dalam kesehariannya, ia ternyata piawai rnemasang jilbab yang akan dikenakanya. Apa jenis jilbab yang digemari icon produk busana muslim Sekido ini?

Bagi Anda yang suka nonton sinetron Cinta Fitri pasti tahu Kayla, wanita berjilbab yang sangat taat beribadah dan sabar. Pemeran karakter itu adalah Nuri Maulida yang akrab disapa Nuri. Sehari-harinya, gadis cantik nan ramah kelahiran Bandung 22 November 1985 ini memang belum mengenakan jilbab, tetapi ketika ditemui Peluang Usaha di Studio Persari —Ciganjur, Jakarta Selatan, pesinetron yang mengawali debut aktingnya lewat film layar lebar, Me Vs High Heels pada tahun 2005 ini tampak lancar mengenakan jilbabnya sendiri tanpa dibantu stylist."Kebetulan aku icon produk baju muslim Sekido jadi aku bisa tahu cara pakai jilbab karena aku sering memperhatikan stylist mengkreasikan jilbab yang aku pakai, seperti bagaimana cara membuat aksen bunga, sampai cara memasang jarum pentulnya,"jelas Nuri. 

Wanita ramah ini menceritakan pengalamannya waktu masih SMA, setiap hari Jum'at diharuskan menggunakan jilbab. Waktu itu Nuri menggunakan jilbab bergo atau jilbab segi empat.Tapi Nuri merasa bosan karena jilbabnya begitu-begitu saja, kebetulan waktu itu lagi booming jilbab ala Inneke Koesherawati."Aku suka melihat cara pakainya karena cara pakai jilbabnya kreatif dan nggak sama dengan orang lain, aku jadi berpikir bisa tuh aku pakai ke sekolah biar tampil beda di sekolah," ujarnya tersenyum. Karena itu, Nuri meminta kepada mamanya untuk mengajarkan bagaimana cara pakai jilbab, karena kebetulan sang Mama rnenggunakan jilbab. 

Mengenai model jilbab, ternyata Nuri paling suka dengan jilbab segi empat berbahan Katun Paris.,"Selain bahannya sejuk, mudah menyerap keringat, jilbab segi empat ini lebih mudah divariasikan," tuturnya tersenyum. Menurut Nuri jilbab bergo memang praktis, tapi kurang bisa divariasikan. "Kalau bergo modelnya simpel nggak bisa diapa-apain kecuali kalau ada talinya bisa diikat ke belakang, tapi kalau bergonya belah, berwarna-warni dan panjangnya sampai ke dada baru bisa divariasikan," ujarnya. 

Bahkan Nuri sering meminjam koleksi jilbab mamanya untuk dipakai syuting, karena kebetulan Sang Mama punya butik online yang memproduksi jilbab sendiri. "Tapi aku belum bisa kasih tahu situsnya karena sedang ganti nama," jelas Nuri. Untuk warna jilbab kesukaannya Nuri tidak terpatok menyukai salah satu warna, yang ter-penting terlihat matching. "Misalnya bajunya merah ada aksen rendanya biru, aku bisa pakai jilbab warna biru," jelas Nuri. Ayu Utami

Sumber: Tabloid Peluang usaha, edisi 13 tahun V =03-16 maret 2010

1 comment:

  1. main poker dengan banyak penghasilan
    ayo segera hubungi kami
    WA : +855969190856

    ReplyDelete