Sunday, November 12, 2017

Pecel Semanggi Instan

KOMPAS/IQBAL BASYARI--Aminah

Dulu, pecel semanggi hanya bisa dibeli dari para penjual yang berkeliling di perkampungan di Kota Surabaya, Jawa Timur. Kini, untuk menikmatinya, Anda tak harus

jauh-jauh datang ke “Kota Pahlawan”. Aminah (39) menciptakan pecel semanggi instan yang tampil modern dengan cita rasa otentik.

Pecel semanggi instan milik Aminah dengan merek Selendang Semanggi dijual sejak 2011. Dia meneruskan usaha keluarga berjualan pecel semanggi yang dirintis neneknya, Sampi dan Supifah sejak 1970. Usaha itu lalu diteruskan ibunya, Anteng, dan akhirnya berlanjut ke generasi ketiga yang dipegang Aminah. Di era serba instan, ibu dua anak ini mencoba mengembangkan makanan khas Surabaya yang mulai langka ini agar tidak lenyap tergerus zaman.


Pecel semanggi hanya bisa ditemukan di Surabaya dan Banyuwangi. Makanan ini terbuat dari daun semanggi dan kecambah yang dikukus. Kedua bahan itu lalu ditaruh di pincuk yang terbuat dari daun pisang lalu disiram bumbu yang terbuat dari ubi dan sedikit petis. Alat makan sendok digantikan kerupuk puli.

Pecel semanggi biasanya dijual keliling kampung oleh kalangan perempuan Surabaya. Pecel itu ditaruh di tumbu besar dan digendong menggunakan selendang. Sayangnya, model penjualan ini hanya bisa menjangkau pembeli yang didatangi langsung.

Aminah yang meneruskan usaha keluarganya pada tahun 2010 berinisiatif mengembangkan pecel semanggi agar bisa dinikmati juga oleh pembeli di luar Surabaya. Dia mengikuti program Pahlawan Ekonomi yang digagas Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.

Dari program tersebut, Aminah mendapatkan pelatihan untuk mengembangkan pecel semanggi instan yang bisa menjadi oleh-oleh khas Surabaya. Setahun kemudian, tercetus ide untuk membuat semanggi instan. “Dengan pecel semanggi instan, orang tidak harus ke Surabaya untuk menikmati sajian khas ‘Kota Pahlawan’,” kata Aminah.

Pecel semanggi instan dijual Aminah Rp 50.000 per dus. Dalam satu dus, terdiri dari daun semanggi yang telah dikeringkan, bumbu semanggi, dan kerupuk puli. Semanggi instan bisa diolah menjadi empat porsi dan bertahan hingga dua bulan dengan syarat bahan baku harus kualitas paling bagus.

Daun semanggi yang telah dipetik lalu dicuci dan dikeringkan di bawah sinar matahari selama sehari penuh. Setelah itu, daun semanggi dipanaskan menggunakan mesin oven untuk membunuh bakteri dan jamur lalu dimasukkan ke dalam wadah plastik kedap udara supaya tahan lama. “Kalau hanya dikeringkan dengan mesin oven, rasa daun semanggi bisa berubah. Maka, harus menggunakan sinar matahari,” kata ibu dua anak tersebut.

Cara memasak dituliskan di dus pecel semanggi. Konsumen hanya perlu merebus daun semanggi dan ditambah sedikit garam. Bumbu kering yang sudah tersedia ditambah air dan kerupuk yang telah digoreng. “Cara memasaknya seperti mengolah mi instan. Rasanya tetap sama seperti pecel semanggi segar,” ujar perempuan yang pernah meraih penghargaan Produk Inovasi Kuliner Pahlawan Ekonomi 2015.

Idenya membuat pecel semanggi instan berawal saat Aminah membantu ibunya berjualan. Saat itu ibunya dan sejumlah pedagang pecel semanggi di Kecamatan Sambikerep, Surabaya, tidak bisa berjualan ketika musim hujan. Daun semanggi tak bisa dipanen karena kebun terendam banjir. Pada lain waktu, panen daun semanggi berlebih.

Model pemasaran
Saat itulah, pada awal 2000, Aminah mencoba mengeringkan daun semanggi agar ibunya tetap bisa berjualan tanpa terkendala cuaca. Ketika dia meneruskan usaha tersebut, bumbu dan kerupuk juga dikeringkan agar bisa dinikmati pembeli yang jauh dari Surabaya.

Untuk memasarkan semanggi instan, Aminah memanfaatkan media sosial Instagram dan laman pemasaran Bukalapak. Setiap bulan, sekitar 500 bungkus semanggi instan dikirim ke konsumen di Jakarta, Bandung, dan sejumlah kota lain di Kalimantan, Bali, dan Sumatera.

Selain menjual pecel semanggi instan secara daring, Aminah juga masih menjual pecel semanggi segar. Dia menjual pecel semanggi untuk memenuhi pesanan sejumlah warga Surabaya yang mengadakan hajatan. Setiap bulan, omzet usaha pecel semanggi instan dan segar berkisar Rp 15 juta-Rp 25 juta.

Dalam sebulan, Aminah membutuhkan bahan baku daun semanggi sekitar 200 kilogram yang didapatkan dari para tetangga sekitar. Di tengah tantangan perubahan zaman, Aminah terus berupaya melestarikan makanan khas Surabaya agar tidak punah. Selain berusaha melalui pecel semanggi, dia mengajak pelaku usaha lain untuk terus berinovasi membuat penemuan baru di tengah keterbatasan yang ada.

Dia tak ingin semanggi surabaya hanya dikenang anak cucu dari lagu “Semanggi Surabaya”. “Smanggi suroboyo/ Lontong balap wonokromo/Dimakan enak sekali/Sayur semanggi krupuk puli/Bung./Mari….
IQBAL BASYARI 

Sumber: Kompas, 11 November 2017

No comments:

Post a Comment