Sunday, November 12, 2017

Kisah Anak-anak Petani Pacitan yang Kembangkan Agrobisnis


Rabu (8/11) pukul 07.35 secerah wajah siswa-siswi Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Donorojo di Desa Kalak, Kecamatan Donorojo, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Di salah satu ruangan, murid Program Studi Agribisnis Pengolahan Hasil Pertanian atau APHP telah selesai menata meja-meja. Mereka hampir siap memamerkan produk karya untuk peresmian pembangunan gedung baru bantuan Yayasan Pendidikan Astra Michael D Ruslim atau YPA-MDR.


Di meja sudah tersusun rapi gula cokot, manisan pepaya, dodol, dan kue kacang yang dikemas dalam tabung plastik bening. Selain itu, ada juga stik bawang dalam kemasan plastik bening. Empat siswa tingkat XI (kelas II) APHP, yakni Erwin S, Aziz Nur A, Pandu Pambudi, dan Danang P, yang diminta memamerkan produk-produk tadi dengan riang lalu bergaya saat dipotret dengan telepon seluler.

”Masuk koran kan, Om?” kata Danang yang saat difoto bergaya mulut manyun dan mata juling sambil tertawa. Kelakuan mereka mengundang tawa kalangan siswi, teman seangkatan, yang ada di ruang itu. ”Ih, ngisin-ngisini (bikin malu),” kata Ferlinda melengos gemas tetapi akhirnya tertawa melihat kelakuan teman-temannya.

KOMPAS/AMBROSIUS HARTO--Keceriaan kalangan siswa Agribisnis Pengolahan Hasil Pertanian (APHP) Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Donorojo di Desa Kalak, Kecamatan Donorojo, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Mereka memamerkan produk buatan sendiri untuk dipamerkan dan atau dijual. Meski program studi baru berusia dua tahun, siswa dan siswi cukup terampil mengolah hasil pertanian menjadi produk khas, yakni gula cokot, manisan pepaya, dodol, kue kacang, dan stik bawang. APHP merupakan program studi yang dibentuk atas prakarsa Yayasan Pendidikan Astra Michael D Ruslim yang menyesuaikan dengan kecakapan hidup mayoritas warga sebagai petani dan nelayan.

Saat siswa-siswi diminta menerangkan lebih detail tentang seluruh produk itu, Siti Aisyah yang sigap. Menurut Siti, untuk sementara hanya gula cokot yang rutin diproduksi oleh para pelajar kelas II. Sebab, produk itu yang mendapat pesanan rutin dari pemilik usaha mikro kecil menengah (UMKM) untuk dijual sebagai salah satu penganan khas Pacitan, kabupaten yang dijuluki ”Bumi 1001 Gua” itu. ”Manisan, dodol, kue kacang, stik bawang dibuat kalau ada pesanan khusus atau acara seperti peresmian hari ini,” ujar Siti.

Produk termurah ialah manisan pepaya yang dijual Rp 3.000 per kemasan. Berikutnya ialah stik bawang senilai Rp 5.000 per bungkus. Dodol dijual Rp 15.000 per kemasan. Gula cokot original senilai Rp 18.000 per kemasan. Gula cokot rasa jahe, kacang, atau susu dijual Rp 20.000 per kemasan. Yang termahal ialah kue kacang senilai Rp 23.000 per kemasan. ”Semua produk itu baru tahun ini dibuat oleh siswa-siswi tingkat XI,” kata Tri Wahyu Kurniawan, guru pendamping.

KOMPAS/AMBROSIUS HARTO--Guru pendamping dan kalangan siswi Agribisnis Pengolahan Hasil Pertanian (APHP) Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Donorojo di Desa Kalak, Kecamatan Donorojo, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Mereka memamerkan produk buatan sendiri untuk dipamerkan dan atau dijual.

Adapun Program Studi APHP baru berdiri pada tahun ajaran 2016/2017. Di tahun pertama berdiri bernama Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian (TPHP). Untuk itu, memang baru siswa-siswi tingkat XI yang dibimbing praktik membuat olahan hasil pertanian dengan saksama. Mereka yang di tingkat X mulai dibimbing untuk penelitian hasil-hasil pertanian apa saja yang bisa diolah dan berpotensi laku dijual sebagai makanan khas.

APHP menambah jurusan yang sudah ada terlebih dahulu yakni Akuntasi pada 2000 saat lembaga masih bernama SMK PGRI 2 Pacitan. Program studi berikutnya ialah Teknik Komputer dan Jaringan (TKP) yang dibentuk pada 2011 saat lembaga dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Pacitan sekaligus diubah nama menjadi SMKN 2 Donorojo.

Kepala SMKN 2 Donorojo Amanudin Ashari mengungkapkan, APHP atau dahulu TPHP dibentuk atas prakarsa YPA-MDR, lembaga sosial PT Astra International Tbk. Pembentukan jurusan disesuaikan dengan kecakapan hidup mayoritas warga Donorojo sebagai petani dan nelayan. ”APHP meski masih baru ternyata diminati. Jurusan ini bukan tempat penampungan mereka yang tidak lolos ke Akuntansi atau TKP,” ujarnya.

Siswa-siswi APHP yang ditanyai soal alasan memilih program studi tersebut rata-rata menjawab karena kesadaran dan kecenderungan. ”Orangtua saya petani. Saya ingin sukses berusaha dari produk pertanian,” kata Tri Mulyawati, siswi lainnya.

KOMPAS/AMBROSIUS HARTO--Siswi Agribisnis Pengolahan Hasil Pertanian (APHP) Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Donorojo di Desa Kalak, Kecamatan Donorojo, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, bersama produk karya yang akan dipamerkan.

Populer
Arta Mulya, siswi lainnya, mengatakan, untuk sementara baru gula cokot yang diproduksi secara rutin setiap hari (Senin-Jumat) oleh siswa dan siswi. Mereka mendapat pesanan dari UMKM minimal 30 toples sebulan. Untuk memproduksi gula cokot, siswa dan siswi bekerja dari pukul 08.00 sampai pukul 12.00. Bahan dasar gula cokot adalah nira aren. Jika mendapat 10 liter nira aren, itu bisa menghasilkan 5 toples gula cokot. ”Bahan yang menyediakan sekolah, sedangkan kami mencari daun pisang untuk membungkusnya,” ujarnya.

Sutarno, salah satu pendiri SMK PGRI 2 Pacitan, mengatakan, berpuluh-puluh tahun lalu masyarakat Pacitan belum banyak yang mengenal gula pasir. Untuk pemanis minum teh, kopi, jahe, dan lainnya, warga memakai gula aren yang lazim disebut gula merah atau gula jawa. Masyarakat Donorojo cukup terampil membuat gula aren dari cetakan tempurung kelapa, cetakan kayu seperti permainan dakon, atau tabung bambu.

”Dahulu, kalau minum teh atau kopi, sebelum ada gula pasir, ya, sambil nyokot (menggigit) atau ngemut (mengulum) gula aren. Kalau gula aren kebesaran, diiris atau dipotong,” kata Sutarno, yang turut mendirikan SDN Kalak 1 dan 2 bersamaan dengan program sekolah dasar instruksi presiden kurun 1973-1993 (Orde Baru).

Di sisi lain, gula aren dari Donorojo merupakan salah satu produk khas yang cukup laku dibeli oleh pelancong yang berwisata ke Pacitan. Produk lain yang sudah terkenal untuk oleh-oleh antara lain tiwul, tahu, otak-otak, dan bakso tuna, sale pisang bentuk anggur dan warna-warni, dodol atau jenang, kacang mete, beras dari padi gogo, sari laut siap masak (ikan, kepiting, udang, kerang), bahkan hasil kerajinan dari batu alam, anyaman, dan batik.

SMKN 2 Donorojo melihat ukuran gula aren dari cetakan tempurung kelapa, kayu, atau bambu kebesaran. Untuk itu, mereka mengecilkan ukuran gura aren seperti permen dengan cetakan tabung berdiameter 1 sentimeter (cm) dan panjang 4 cm. Dengan demikian, tak perlu repot mengiris atau memotong gula aren untuk teman menyeruput minuman. ”Gula cokot bisa dikatakan upaya kami mempertahankan cara minum yang unik,” kata Wakil Kepala SMKN 2 Donorojo Sugeng.

”Virus”
Bupati Pacitan Indartato mengatakan, pertanian menyumbang 29 persen dalam produk domestik reginal bruto (PDRB). Artinya, pertanian dalam arti luas, termasuk kelautan dan perikanan, masih menjadi sektor dominan kehidupan masyarakat Pacitan. ”Tidak keliru kalau kami setuju dan mendorong munculnya jurusan terkait pertanian di SMK,” katanya.

KOMPAS/AMBROSIUS HARTO--Bupati Pacitan Indartato (kanan) saat peresmian dimulainya pembangunan gedung baru untuk program studi Agribisnis Pengolahan Hasil Pertanian (APHP) Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Donorojo di Desa Kalak, Kecamatan Donorojo, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pacitan Marwan menambahkan, SMK-SMK membentuk lalu mengembangkan program studi AHP, TPHP, Agribisnis Perikanan, Agribisnis Pembibitan dan Kultur Jaringan Tanaman, atau Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura. Pendidikan kejuruan di Pacitan tampaknya serius mempertahankan sektor pertanian sebagai identitas dan tulang punggung perekonomian daerah.

Ketua Pengurus YPA-MDR Herawati Prasetyo mengatakan sejak 2012 merintis program mutu pendidikan di Pacitan dengan kluster Donorojo. Sasarannya ialah SDN Kalak 1 dan 2, SDN Sendang 1 dan 3, SDN Widoro 2, SMPN 2 Donorojo, dan SMKN 2 Donorojo. Di Pacitan atau Donorojo, YPA-MDR telah mengalokasikan dana senilai Rp 35 miliar, termasuk Rp 8 miliar untuk pembangunan gedung baru SMKN 2 Donorojo.

KOMPAS/AMBROSIUS HARTO--Bupati Pacitan Indartato melihat Ketua Pengurus Yayasan Pendidikan Astra Michael D Ruslim (YPA-MDR) Herawati Prasetyo bersalaman dengan Kepala Dinas Pendidikan Jawa Timur Saiful Rachman seusai penandatanganan nota kesepahaman. Salah satu bentuk kerja sama kedua pihak ialah pembangunan gedung baru Program Studi Agribisnis Pengolahan Hasil Pertanian (APHP) Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Donorojo di Desa Kalak, Kecamatan Donorojo, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur.

Pembinaan di Pacitan merupakan kelanjutan kegiatan YPA-MDR sejak 2006 di Kabupaten Bogor (Jawa Barat), Kabupaten Bantul dan Kabupaten Gunung Kidul (DI Yogyakarta), Kabupaten Lampung Selatan (Lampung), dan Kabupaten Kutai Barat (Kalimantan Timur), dan Kabupaten Kupang (Nusa Tenggara Timur). YPA-MDR telah menyalurkan donasi lebih dari Rp 200 miliar untuk pembinaan 54 SDN, 9 SMPN, dan 4 SMKN yang sekaligus menyentuh 905 guru dan 16.508 siswa.

Pola yang ditempuh oleh YPA-MDR merupakan pembinaan secara berjenjang. Lulusan SDN Kalak 1 dan 2, SDN Sendang 1 dan 3, serta SDN Widoro 2 diharapkan masuk SMPN 2 Donorojo lalu melanjutkan ke SMKN 2 Donorojo khususnya program studi APHP. Selepas itu, lulusan akan dididik khusus dalam kewirausahaan lewat kursus teaching factory selama setahun, kemudian dibimbing dan dipantau dalam membuat UMKM. Pola berjenjang dan panjang itu diharapkan menghasilkan lulusan bermutu yang berperan aktif dalam pembangunan dan pengembangan ekonomi daerah. ”Kami berharap selepas program mereka tidak pergi ke luar kota atau mancanegara untuk bekerja, tetapi tinggal dan membuka usaha dan mengembangkan perekonomian daerah secara mandiri,” kata Herawati.

”Virus” pertanian telah merasuk dalam kehidupan pendidikan kejuruan di Pacitan. Semoga tidak lama lagi akan muncul banyak UMKM bermutu dan kuat berproduk digemari pasar domestik bahkan luar negeri. Ya, siswa-siswi itu tidak perlu atau jangan sampai pergi. Dukung mereka untuk bertahan dan berkembang lalu menduniakan gema perekonomian Pacitan.--AMBROSIUS HARTO

Sumber: Kompas, 12 November 2017

No comments:

Post a Comment