Friday, November 15, 2019

Rajungan Wujudkan Mimpi

KOMPAS/MUKHAMAD KURNIAWAN--Raehani (50), pemilik usaha Baehaki Putra, di Puyahan, Kecamatan Lembar, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, memperlihatkan rajungan yang belum diolah, Kamis (7/11/2019).

Dengan bendera "Baehaki Putra", Raehani (50) dan para nelayan di Puyahan, Kecamatan Lembar, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, membawa rajungan ke mancanegara.

Kepiting dan rajungan merupakan sebagian komoditas utama ekspor produk kelautan dan perikanan Indonesia. Tahun lalu, Indonesia mengekspor 27.791 ton rajungan dan kepiting senilai 472,9 juta dollar AS. Angka itu sekitar 2,47 persen dari total 1,12 juta ton ekspor produk kelautan dan perikanan Indonesia tahun 2018.


Raehani memastikan sebagian kepiting/rajungan ekspor asal Indonesia merupakan hasil olahannya, di bawah bendera ”Baehaki Putra”. Sebab, seluruh hasil olahan rajungan miliknya dikirim ke luar negeri melalui tiga eksportir di Pasuruan dan Surabaya, Jawa Timur.

Pada Kamis (7/11/2019) pukul 13.00, Baehaki (20), anak sulung Raehani dan Adi (almarhum), baru saja mengirim 85,6 kilogram (kg) rajungan ”Baehaki Putra” ke Surabaya. Barang kiriman itu berupa daging rajungan rebus yang telah dipisahkan dari cangkangnya.

Sebenarnya ada sembilan bagian rajungan yang diambil dagingnya, yang masing-masing dihargai berbeda. Ada daging utama dari tubuh rajungan yang dihargai Rp 500.000 per kg, daging lain dari tubuh yang dihargai Rp 450.000 per kg, serta bagian dari kaki-kaki yang dibeli dengan harga berkisar Rp 300.000 per kg. Namun, atas permintaan eksportir, Raehani diminta mengirim daging campur dengan harga Rp 370.000 per kg.

KOMPAS/MUKHAMAD KURNIAWAN--Rajungan beku di salah satu kotak penyimpan di unit usaha milik Raehani (50) di Puyahan, Kecamatan Lembar, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, Kamis (7/11/2019).

”Harga naik-turun, eksportir menyesuaikan (dengan harga) pasar, seperti (harga daging campur) bulan lalu masih Rp 350.000 per kg,” kata Raehani.

Pasar rajungan atau kepiting merupakan pasar yang ”lapar”, khususnya pasar di luar negeri. Berapa pun jumlah rajungan yang dikirim Raehani akan diserap eksportir. Selama ini nyaris tak ada barang kiriman Raehani yang dikembalikan eksportir ke Lembar.

Raehani bahkan mesti memperluas wilayah pencarian untuk mengumpulkan rajungan dalam jumlah lebih banyak. Selain dari nelayan-nelayan di kampungnya di Puyahan, Raehani membeli rajungan dari nelayan di Sekotong, Endo, Cemara, Lombok Timur, bahkan dari Sumbawa.

Sebelumnya, Raehani bekerja di usaha serupa milik temannya di Sekotong, Lombok Barat. Usaha itu tutup 20 tahun lalu karena pemiliknya beralih ke bisnis emas. Namun, Raehani dan Adi melihat peluang. Keduanya lalu merintis usaha pengolahan rajungan di kampungnya di Puyahan.

Dengan modal terbatas, sulit bagi Adi mengembangkan usaha. Sebab, selain mesti membeli rajungan secara tunai dari nelayan, keduanya mesti mengolah dan mengirimkannya kepada eksportir dengan bayaran tiga pekan kemudian.

”Jadi, mesti ada uang untuk memutar usaha,” kata Raehani.

Usaha Adi-Raehani naik-turun. Dengan segenap keterbatasan, keduanya mengelola bisnis ala kadarnya. Tak ada pembukuan. Tak ada pemisahan mana uang dapur dan uang usaha. Modal, utang, dan kebutuhan sehari-hari campur-aduk. Bertahun-tahun usaha mereka pasang-surut.

Empat tahun lalu, saat bergabung menjadi nasabah PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah Tbk atau BTPN Syariah, Adi-Raehani bahkan masih digolongkan sebagai pengusaha ultramikro. Keduanya juga tergolong sebagai keluarga prasejahtera.

”Awalnya, saya hanya dapat pinjaman Rp 3 juta (dari BTPN Syariah),” kenang Raehani.

Raehani (50), pemilik usaha Baehaki Putra, Kamis (7/11/2019), menunjukkan rajungan rebus yang belum diolah dan dikirim kepada eksportir.Dari jutaan rupiah empat tahun lalu, omzet usaha Raehani kini mencapai puluhan juta rupiah per bulan.

Tangga baru
Empat tahun lalu, Raehani seperti menapaki tangga baru. Perlahan-lahan usahanya berkembang seiring perbaikan di segenap aspek.

Oleh pendamping (community officer) dari BPTN Syariah, Raehani diajak untuk ”menggenggam mimpi”, menerapkan prinsip kewirausahaan yang baik, hingga memperbaiki urusan teknis seperti mencatat transaksi, membina hubungan dengan nelayan mitra,  dan menyisihkan keuntungan untuk pengembangan usaha.

Dari jutaan rupiah empat tahun lalu, omzet usaha Raehani kini mencapai puluhan juta rupiah per bulan. Dia tak secara gamblang menyebut angkanya, tetapi dari buku catatannya terungkap, perempuan yang tidak bisa baca tulis saat memulai usaha ini mengirim 60-90 kg olahan rajungan, sebanyak 1-2 kali dalam sepekan.

Artinya, jika rata-rata harga olahan rajungan Rp 350.000 per kg dan sekali kirim per pekan saja, pendapatan kotor Raehani mencapai Rp 21 juta-31,5 juta per pekan atau Rp 84-120 juta per bulan.

Akan tetapi, hampir separuh biaya produksi merupakan biaya pembelian bahan baku. Raehani biasa membeli rajungan segar dari nelayan seharga Rp 40.000 per kg. Dari 4 kg bahan baku itu dihasilkan 1 kg daging kupas. Selain itu, dia juga mengeluarkan ongkos untuk upah karyawan yang dibayar borongan Rp 15.000 per kg daging.

Berdayakan nelayan
Selain mempekerjakan 15 karyawan, Raehani melibatkan 60 nelayan tangkap di kampungnya dalam proses produksi. Demi menjamin pasokan, Raehani rutin menyuplai keperluan nelayan, terutama bubu dan jaring sebagai alat tangkap.

Raehani juga aktif dalam kelompok Rajungan Persada yang beranggotakan 12 orang. Sebagian besar di antaranya merupakan istri nelayan mitra Raehani. Para anggota kelompok itu, seluruhnya perempuan dari keluarga prasejahtera, merupakan nasabah yang mendapat pendampingan dari BTPN Syariah untuk mewujudkan mimpi dengan membuka usaha.

Selain pelatihan wirausaha, mereka didampingi untuk mendapatkan modal, mengelola usaha, hingga mengembangkan diri melalui beragam pelatihan. Sejumlah peserta memanfaatkan pinjaman tanpa agunan itu untuk membeli sampan atau jaring untuk menopang penangkapan rajungan.

Seperti halnya mimpi Raehani, para ibu anggota kelompok tersebut berangan-angan bisa mengantarkan anak-anak mereka untuk sekolah ke jenjang yang lebih tinggi, menunaikan ibadah haji atau umrah, atau sekadar memperbaiki rumah.

Kini, mereka paham, selain disiplin, kerja keras, dan semangat pantang menyerah, usaha mereka mesti dilandasi mimpi-mimpi yang tertanam kuat.

Oleh  MUKHAMAD KURNIAWAN

Sumber: Kompas, 16 November 2019

1 comment:

  1. Website paling ternama dan paling terpercaya di Asia
    Sistem pelayanan 24 Jam Non-Stop bersama dengan CS Berpengalaman respon tercepat
    Memiliki 9 Jenis game yang sangat digemari oleh seluruh peminat poker / domino
    Link Alternatif :
    arena-domino.club
    arena-domino.vip
    100% Memuaskan ^-^

    ReplyDelete