Monday, December 16, 2019

Nurman Farieka, Pemuda Bandung yang “Menyulap” Ceker Ayam Jadi Sepatu

KOMPAS/CORNELIUS HELMY HERLAMBANG--Nurman Farieka Ramdhany

Biasanya sepatu dibuat dari kulit sapi, tapi Nurman Farieka Ramdhany (34) membuat sepatu dari kulit ceker ayam. Bayangkan, berapa ceker ayam yang dipakai untuk sepasang sepatu.

Nurman “menyulap” kulit ceker ayam yang awalnya hanya limbah, jadi sepatu berharga hingga jutaan rupiah. Berkat usahanya, pedagang ceker ayam dan para pengrajin sepatu ikut mendapat rezekinya.

“Sayur … Sayur … Sayur ….” Dari kejauhan, teriakan suara Asep Solehudin (35) terdengar di Gang Subur, Kecamatan Regol, Kota Bandung, Rabu (11/12/2019). Suaranya memanggil pelanggan beradu keras dengan bunyi mesin sepeda motor yang dimodifikasi jadi gerobak sayur. Setelah melayani beberapa ibu rumah tangga, dia bergegas menuju rumah Nurman di gang sempit yang sama.


Saturday, December 14, 2019

Rizki Hamdani Mencetak Santri Berjiwa Bisnis

ARSIP SATU INDONESIA AWARDS--Rizki Hamdani saat berada di peternakan sapi yang dikelola oleh kelompok santri tani milenial di Pondok Pesantren Fathul Ulum Jombang, Jawa Timur, 9 September 2020.

Rizki Hamdani membantu mencetak ratusan santri berjiwa mandiri. Mereka tidak hanya mengerti agama, tetapi juga mengerti bisnis.

Citra pondok pesantren lekat dengan tempat orang menuntut ilmu agama semata. Namun, Rizki Hamdani (34) melihat para santri punya potensi besar untuk menjadi wirausaha. Ia pun mendorong ratusan santri di Jombang, Jawa Timur, terlibat dalam mengembangkan kewirausahaan sosial.

Saturday, December 7, 2019

Yohan Wijaya Membuat Limbah Sabut Kelapa Melanglang Buana

 

KOMPAS/MACHRADIN WAHYUDI RITONGA---Yohan Wijaya Noerahmat

Kejelian Yohan W Noerahmat (37) mencari celah penjualan kelapa dan produk turunannya berbuah manis. Sabut kelapa yang awalnya hanya limbah kini membuat bangga Indonesia saat sukses melanglang buana ke sejumlah negara.

Kejelian Yohan Wijaya Noerahmat (37) mencari celah penjualan kelapa dan produk turunannya berbuah manis. Sabut kelapa yang awalnya hanya limbah bisa ia sulap jadi produk yang sukses melanglang buana ke sejumlah negara.

Di bawah bendera Koperasi Produsen Mitra Kelapa (KPMK) di Pangandaran, Jawa Barat, setidaknya ada dua produk andalan Yohan dan kawan-kawannya sejak 2016. Pasar mengenal produk itu dengan sebutan cocopeat dan cocofiber.

Cocopeat digunakan sebagai media tanam dari sabut kelapa yang berbentuk halus seperti pasir. Sabut dengan serat yang lebih kasar menjadi cocofiber yang menjadi bahan baku furnitur hingga jok kendaraan kelas premium.

Kamis (12/11/2020), Yohan memperlihatkan salah satu gudangnya di Desa Cintakarya, Kecamatan Parigi, Pangandaran. Tidak banyak produk yang tersimpan di sana karena sebagian besar isi gudang sudah dikirim ke sejumlah negara.

Friday, November 15, 2019

Rajungan Wujudkan Mimpi

KOMPAS/MUKHAMAD KURNIAWAN--Raehani (50), pemilik usaha Baehaki Putra, di Puyahan, Kecamatan Lembar, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, memperlihatkan rajungan yang belum diolah, Kamis (7/11/2019).

Dengan bendera "Baehaki Putra", Raehani (50) dan para nelayan di Puyahan, Kecamatan Lembar, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, membawa rajungan ke mancanegara.

Kepiting dan rajungan merupakan sebagian komoditas utama ekspor produk kelautan dan perikanan Indonesia. Tahun lalu, Indonesia mengekspor 27.791 ton rajungan dan kepiting senilai 472,9 juta dollar AS. Angka itu sekitar 2,47 persen dari total 1,12 juta ton ekspor produk kelautan dan perikanan Indonesia tahun 2018.


Wednesday, November 6, 2019

Ade dan Lia, Si Kembar yang Mempopulerkan Batik Bekasi

KOMPAS/ESTER LINCE NAPITUPULU--Auliya Ristya Purnama (Lia) dan Aulia Ristya Purnami (Ade)

Saudara kembar Aulia Ristya Purnama dan Aulia Ristya Purnami (30) punya “dendam” yang kemudian jadi janji untuk berbagi ke pelosok negeri. Kakak-beradik yang belajar membatik secara otodidak sejak 2011 itu  mengembangkan workshop dan produksi batik tulis yang diberi nama Adelia Batik di Kota Bekasi, Jawa Barat. Mereka memberdayakan masyarakat sekitar dan berbagi ilmu pembuatan batik. Keduanya kemudian dikenal sebagai pelopor munculnya batik di Kota Bekasi.


Saturday, October 19, 2019

Menambah Nilai Singkong

KOMPAS/DEFRI WERDIONO-Yosea Suryo Widodo menunjukkan tiwul dan gatot instan produksinya.

Lebih dari 20 tahun Yosea Suryo Widodo (40) mengangkat singkong, yang saat itu dipandang sebelah mata, jadi bernilai tambah. Romantisisme makanan tradisional berpadu dengan nilai ekonomi bagi masyarakat sekitar.

Romantisisme makanan tradisional hasil olahan singkong itu menyeruak, misalnya dalam sebuah pameran di Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, beberapa waktu lalu. Stan Yosea diserbu undangan. Setelah Yosea menjelaskan cara mengolah makanan tradisional dari bahan baku singkong, gatot dan tiwul instan langsung ludes diborong.


Tuesday, October 8, 2019

Bukalapak Kembangkan Potensi Warung

KOMPAS/KELVIN HIANUSA--Bukalapak menjalin kerja sama dengan Google Bisnisku dalam mengembangkan pelaku UMKM luring yang tergabung dalam Mitra Bukalapak pada Selasa (8/10/2019) di Jakarta. Dengan kerja sama itu, warung Mitra Bukalapak bisa muncul di pencarian Google, seperti akses lokasi, foto, dan penilaian konsumen.

Bukalapak fokus mengembangkan warung atau ritel luar jaringan yang tergabung dalam Mitra Bukalapak. Potensi warung dinilai masih sangat besar karena mayoritas transaksi belum melalui digital. Potensi itu akan semakin besar dengan pemberian akses digital terhadap warung.


Thursday, October 3, 2019

Imas Mintarsih Memutus Kemiskinan Lewat Bisnis Kerupuk Jengkol

KOMPAS/ANDREAS MARYOTO--Imas Mintarsih, pendiri usaha Oyoh De Kerupuk Jengkol. Berkat internet, Imas bisa menjual kerupuk jengkol hingga ke beberapa daerah.

Imas Mintarsih gadis, anak dari seorang petani. Tahun 2017, ia nekat seorang diri ke luar desa, yang terletak di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, menuju Jakarta. Berbekal kerupuk jengkol, ia mengikuti kompetisi wirausaha nasional.

Awalnya, Imas hanya membantu usaha orangtuanya menitipkan kerupuk jengkol di kantin sekolah. Setelah lulus sekolah, ia juga menitipkan kerupuk yang sama ke warung-warung.


Thursday, September 5, 2019

Menangkal Kerusakan Bisnis Gegara Disinformasi

----Laporan Pew Research Center 2019 seperti dikutip pada laporan "Protecting Brands From Malicious Misinformation" yang disusun oleh Harvard Business Review Analytic Services

Semakin banyak opsi untuk mengakses informasi, semakin banyak pula pihak yang berkepentingan memanipulasi informasi. Pebisnis harus menyiapkan strategi untuk merespons disinformasi, bahkan sebelum ancaman mewujud nyata

Bagi entitas bisnis, perkembangan teknologi informasi terus meretas keterbatasan untuk memperbesar peluang. Keberlimpahan informasi adalah "pasar" ide sekaligus dorongan inovasi yang tak berbatas.

Produk didesain lebih tepat merespons kebutuhan, pasar meluas, layanan pun lebih cepat. Cara kita mengarungi lautan informasi, pola konsumsi, sekaligus strategi bisnis berevolusi seiring adaptasi terhadap perkembangan teknologi.

Raynanda Gunawan Ciptakan Digitalisasi Sekolah lewat Qualitiva

--Raynanda Gunawan (Foto Sosok)

Berawal dari proyek tugas akhir sekolah, Raynanda Gunawan (28) menciptakan aplikasi Qualitiva.id. Aplikasi ini memudahkan pihak sekolah dalam menjalankan kegiatan belajar-mengajar tanpa harus bertatap muka.

Berawal dari proyek tugas akhir sekolah, Raynanda Gunawan (28)  menciptakan aplikasi Qualitiva.id. Aplikasi lokal asal Sumatera Selatan ini memudahkan pihak sekolah dalam menjalankan kegiatan belajar-mengajar tanpa harus bertatap muka. Pada masa pandemi Covid-19, aplikasi ini telah  digunakan oleh ratusan sekolah, bahkan merambah hingga ke ujung timur Indonesia.

Wednesday, September 4, 2019

Subagyo Mengembangkan Potensi Agrowisata Desa Nampurejo

KOMPAS/ESTER LINCE NAPITUPULU--Subagyo

Desa Nampurejo, Kabupaten Purwodadi, Jawa Tengah, bukan hanya dikenal dengan lorong mahoninya yang jadi spot berselfi ria. Desa ini juga mulai dikenal sebagai percontohan pengembangan tanaman obat keluarga atau toga dan tanaman langka berkhasiat untuk kesehatan serta salah satu desa argowisata. Geliat Desa Namuprejo sebagai desa agrowisata mulai dikembangkan Subagyo (54), putra daerah setempat.

Memasuki lokasi rumah Subagyo di RT 002 RW 001 Desa Nampurejo, hamparan beragam tanaman berwarna-warni mulai dari area depan hingga areal sekitar 1 hektar. Tanaman adas (Foenuiculum vulgare) yang berwarna hijau terlihat mencolok mulai tersusun rapi membentuk lorong jalan bagi pengunjung. Banyak tanaman berkhasiat yang tertata di halaman. Semakin menuju ke bagian belakang, tampak beragam pohon berbuah begitu menggoda pengunjung untuk memetik dan menikmatinya. Salah satu yang mencolok adalah hamparan pohon jeruk siam yang berbuah banyak.

Wednesday, August 28, 2019

Rifqi Maulana, Peternak Sapi di Belantara Ibu Kota Jakarta

KOMPAS/AGNES RITA SULISTYAWATY----Rifqi Maulana, satu dari sedikit peternak sapi yang masih bertahan di Jakarta.

Sapi adalah hidup bagi Rifqi Maulana (34). Sejak ia lahir, suara sapi akrab di telinganya. Hingga usaha turun-temurun ini tiba di tangannya, ia mantap melanjutkan dan mengembangkan peternakan di tengah gedung jangkung.

Sapi adalah hidup bagi Rifqi Maulana (34). Sejak ia lahir, suara sapi akrab di telinganya. Hingga usaha turun-temurun ini tiba di tangannya, ia mantap melanjutkan dan mengembangkan peternakan di tengah kepungan gedung jangkung Ibu Kota.

Thursday, August 15, 2019

Alpiadi Prawiraningrat Mengangkat Martabat Pariwisata Purwakarta

KOMPAS/MELATI MEWANGI--Alpiadi Prawiraningrat mengenalkan potensi pariwisata Purwakarta melalui media soisial sejak tahun 2015.

Sosok Alpiadi Prawiraningrat atau yang kerap disapa Adi (26) mulai jadi buah bibir di kalangan anak muda Purwakarta. Kiprahnya mempromosikan wisata dan kuliner lokal diapresiasi.

Usai acara Latihan Kepemimpinan Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Purwakarta, Sabtu (2/11/2019), Adi antusias bicara soal ragam potensi wisata Purwakarta. Sorot matanya berapi-api menjelaskan banyak hal.

Thursday, August 8, 2019

Tim Red Velvet, Antara Angka dan Bisnis

FOTO-FOTO: KOMPAS/HERU SRI KUMORO----Pengunjung menikmati makanan di resto pinggir danau di Kompleks Perpustakaan Kampus Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Rabu (29/3/2017).

Enam mahasiswa Universitas Indonesia meraih prestasi di ajang ICAEW Greater China and South-East Asia Virtual Business Challenge (GCSEABC) 2021.

Berjibaku dengan angka sambil menganalisis bisnis dan mempersiapkan presentasi tidak mudah dikerjakan dalam waktu singkat. Namun, enam mahasiswi berhasil melakukannya. Di bawah nama tim Red Velvet, mereka mengharumkan nama Indonesia dalam sebuah kompetisi akuntansi tingkat regional.

Thursday, August 1, 2019

Siboen, Guru ”Youtuber” dari Desa Kasegeran

KOMPAS/WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO----Siswanto alias Siboen menunjukkan penghargaan dari Youtube karena channel-nya telah melampaui satu juta subscriber, di rumahnya di Desa Kasegeran, Kecamatan Cilongok, Banyumas, Jawa Tengah, Kamis (22/4/2021).

Di jagat ”youtuber” yang membuat konten tutorial perbengkelan sepeda motor, nama Siboen cukup populer. Pemuda desa tamatan SD itu kini menjadi guru bagi ratusan warga di desanya yang ingin membuat konten Youtube.

Lewat Youtube, Siswanto (37) yang tenar dengan nama Siboen berhasil menyebarkan pengetahuan perbengkelan dan membuat nama kampungnya terkenal. Ia selanjutnya menjadi guru bagi ratusan warga desa yang ingin menjadi youtuber.

Wednesday, June 5, 2019

Yani Risnawati, Bukan Remah-remah Rengginang

KOMPAS/ABDULLAH FIKRI ASHRI---Pekerja menata rengginang di rumah produksi Rengginang Kidal di Jalan Kapten Samadikun, Kota Cirebon, Jawa Barat, Rabu (19/5/2021). Usaha Rengginang Kidal dibuat oleh Yani Risnawati (51) yang menderita stroke sejak 2013 dan tangan serta kaki kanannya sulit digerakkan.

Dengan usaha rengginang, Yani Risnawati bangkit dari keterpurukan. Tidak hanya menolong diri sendiri, ia menyedekahkan inspirasinya bagi orang lain yang membutuhkan.

Yani Risnawati (51) sempat merasa hidupnya berakhir ketika terserang stroke. Tubuhnya terbujur di tempat tidur. Namun, rengginang membantu semangat dia untuk bangkit dari kerapuhan fisiknya.

Saturday, May 18, 2019

Tejo Pramono dan Uji Sapitu, Sekolah Kopi untuk Keluarga Petani

KOMPAS/ELSA EMIRIA LEBA---Pendiri Rumah Kopi Ranin, Uji Sapitu (kiri) dan Tejo Pramono (kanan), berpose di depan Rumah Kopi Ranin di Desa Cikarawang, Bogor, Jawa Barat, Selasa (4/5/2021). Selain menjual kopi dari petani kecil, Rumah Kopi Ranin berkembang menjadi sekolah kopi nonformal bagi keluarga petani, pelanggan, dan mahasiswa. Rumah Kopi Ranin, kependekan dari Rakyat Tani Indonesia, berdiri sejak tahun 2012

Dari kedai kopi sederhana di Desa Cikarawang, Bogor, Jawa Barat, Tejo Pramono (48) dan Uji Sapitu (49) membuat sekolah kopi nonformal guna membuka cakrawala keluarga petani di seluruh Nusantara.

Puput Setyoko, Ikhtiar Subur Jamur Borobudur

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO----Puput Setyoko pendiri tempat usaha Jamur Borobudur di Desa Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Kamis (6/5/2021).

Jamur tak hanya mengubah hidup Puput Setyoko (29),. Jamur juga membuka harapan bagi banyak orang untuk hidup lebih sejahtera.

Bagi Puput Setyoko (29), jamur tak hanya mengubah hidupnya, tapi juga memberi jalan kesuburan bagi banyak warga. Jamur menjadi simbol harapan baru bagi masa depannya yang semula terasa kabur, akibat cacat bawaan buta warna. Melalui Jamur Borobudur, dia panggungkan jamur sebagai salah satu magnet wisata.

“Saya ingin Jamur Borobudur jadi salah satu ikon oleh-oleh dari kawasan Candi Borobudur,” ucapnya membuka percakapan, Kamis (6/5/2021). Sebagai putra daerah, Puput terdorong mengembangkan pariwisata Borobudur.

Friday, April 19, 2019

Deasy Esterina dan Berkah Limbah Kresek

KOMPAS/ADITYA PUTRA PERDANA----Deasy Esterina (30), asal Ambarawa, Kabupaten Semarang, pendiri Kreskros yang memproduksi tas berbahan baku kantong kresek, di Semarang, Jawa Tengah, Selasa (13/4/2021).

Di tangan Deasy Esterina (30), kantong kresek bekas bisa ”disulap”menjadi tas berkelas. Ia menjual produknya antara ratusan ribu hingga jutaan rupiah.

Deasy Esterina (30) berhasil mengubah kresek bekas jadi tas berkelas berharga ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Ia bekerja sama dengan pengepul sampah dan para ibu rumah tangga untuk membangun usaha ramah lingkungan ini terus membesar.

Tuesday, April 9, 2019

Anneke Putri Purwidyantari Mengangkat Rasa Nusantara

KOMPAS/HARIS FIRDAUS----Pendiri CV Ramu Padu Nusantara, Anneke Putri Purwidyantari, berfoto di tengah kebun bunga telang di Desa Merdikorejo, Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Rabu (31/3/2021). Ramu Padu Nusantara merupakan usaha rintisan yang memproduksi sirup dan produk pangan fungsional dari bahan-bahan alami asal Nusantara. Ramu Padu Nusantara juga menjalin kerja sama dengan petani di Desa Merdikorejo untuk membudidayakan bunga telang.

Melalui usaha rintisan, Anneke Putri Purwidyantari (35) mengolah kekayaan rasa dari rempah, rimpang, dan buah Nusantara menjadi sirup dan produk pangan fungsional. Dia juga bermitra dengan petani lokal.

Monday, April 8, 2019

Produk Domestik Urusan Siapa



Pernyataan Presiden Joko Widodo soal membenci produk luar negeri pada 5 Maret 2021 tidak perlu diperdebatkan karena ini bersifat multiaspek. Presiden ingin mengingatkan pentingnya mencintai dan bangga produk domestik.

Pernyataan Presiden Joko Widodo soal membenci produk luar negeri pada 5 Maret 2021 tidak perlu diperdebatkan karena ini bersifat multiaspek.

Anggap itu imbauan seorang presiden yang mengingatkan pentingnya mencintai dan bangga produk domestik oleh bangsa sendiri. Jika tidak benci produk asing, tentu pernyataan ini tidak bergaung karena narasi ”aku cinta Indonesia” bahkan bisa hilang dari pikiran sebagian 271 juta penduduk Indonesia.

Sanari, Pelestari Alpukat Jumbo dari Lereng Arjuno

KOMPAS/DEFRI WERDIONO----Sanari (52) tengah menunjukkan alpukat pameling yang dikembangkannya di Dusun Krajan Barat, Wonorejo, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Selasa (30/3/2021)

Sejak 1997, Sanari mengembangkan pohon alpukat berbuah jumbo di Desa Wonorejo, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang. Kini, ia dan warga Wonorejo menikmati hasilnya.

Barangkali, 22 tahun lalu, tak pernah terpikirkan di benak Sanari (52), bahwa upayanya memperbanyak tanaman alpukat dengan cara stek batang akan berkembang seperti sekarang. Tidak hanya enak dan memiliki produktivitas tinggi namun varietas unggul dengan nama pameling itu juga telah berkembang ke daerah lain.

Saturday, April 6, 2019

Elsa Maharrani, Menjahit Kesejahteraan dari Pinggiran Kota Padang

KOMPAS/YOLA SASTRA----Elsa Maharrani, pemilik usaha Maharrani Hijab ketika ditemui di rumahnya, Kelurahan Pasar Ambacang, Kecamatan Kuranji, Kota Padang, Sumatera Barat, Selasa (23/3/2021).

Lewat usaha jahit, Elsa Maharrani memberdayakan para tetangganya yang kebanyakan perempuan. Mereka diajak bergabung sebagai mitra penjahit produk Maharrani Hijab.

Berwirausaha bukan sekadar perkara mencari untung. Bagi Elsa Maharrani (31), pengusaha pakaian muslim, berwirausaha juga tentang upaya mengangkat perekonomian masyarakat sekitar. Dengan prinsip itu, pemilik Maharrani Hijab ini memberdayakan puluhan perempuan di Padang, Sumatera Barat.

Surya Aditya, Pamor Perak Kotagede untuk Dunia

KOMPAS/NINO CITRA ANUGRAHANTO----Surya Aditya, pemilik Sweda.co, memamerkan kalung dan cincin buatannya, di Kantor Sweda.co, Yogyakarta, Jumat (23/3/2021). Sweda.co merupakan bisnis kerajinan perak yang fokus menggarap cincin dan liontin. Kini, usaha rintisan tersebut pasar utamanya berada di Amerika Serikat.

Saat pamor industri perak di Kotagede, Yogyakarta belakangan lesu, Surya Aditya (27) justru tertantang melestarikannya. Melalui usaha rintisan Sweda.co, dia mengangkat pamor kerajinan perak hingga ke Amerika Serikat.

Saat pamor industri perak di Kotagede, Yogyakarta belakangan lesu, Surya Aditya (27) justru tertantang untuk melestarikannya. Melalui usaha rintisan Sweda.co, dia mengangkat pamor kerajinan perak hingga dipakai banyak pesohor Amerika Serikat.

Tuesday, April 2, 2019

Rosie Pakpahan Jatuh Bangun Merintis Usaha Tahu Jeletot

KOMPAS/ANDREAS MARYOTO--Rosie Pakpahan jatuh bangun merintis usaha, hingga akhirnya berkibar lewat Tahu Jeletot Taisi.

Sudah enam usaha dijalaninya. Sebanyak itu pula, Rosie Pakpahan (41) jatuh-bangun bersama sejumlah karyawannya yang kebanyakan ibu rumah tangga. Ia tak putus asa. Ia terus mencoba usaha baru dan akhirnya berlabuh pada bisnis tahu. Tahulah yang membawa usaha Rosie berkibar. Ia bersyukur dengan cara membagi pengalamannya pada orang lain.

Rosie memulai usaha dengan membuat kamus bahasa Indonesia-Jepang awal tahun 2000-an, tak lama setelah ia lulus dari pendidikan sarjana sastra Jepang di Universita Darma Persada, Jakarta. Usahanya hanya jalan sekitar setahun. Ia kemudian berbisnis lagi mulai dari fotokopi, berdagang sepatu, alat tulis kantor, voucher telepon seluler, hingga mengambil waralaba jamur kriuk.

“Semuanya berjalan hampir sekitar satu tahun. Semuanya terhenti. Usaha yang terakhir saya yaitu jamur kriuk sempat memiliki lima gerobak namun satu per satu saya berhentikan karena saya merasa usaha itu tidak bisa untuk hidup,” cerita Rosie beberapa waktu lalu.


Monday, April 1, 2019

Dolken, Berjuang dengan Porang

KOMPAS/SAIFUL RIJAL YUNUS----Dolken (41) petani porang di Kendari, Sulawesi Tenggara, ditemui di lahan tempatnya menanam, Selasa (23/3/2021)

Meski bergelar magister ilmu hukum perdata, jalan kehidupan mengarahkan Dolken menjadi petani porang. Ia menemukan berbagai metode baru budi daya umbi-umbian bernilai tinggi tersebut.

Serupa peneliti yang tuntas dengan bidang risetnya, Dolken (41) fasih bercerita detail terkait tanaman porang dari hulu ke hilir. Tak hanya sekedar teori, magister hukum yang tidak mempunyai latar belakang bertani ini “merekayasa” pola tanam, hingga waktu mati suri tanaman porang secara otodidak. Ilmu per-porang-an yang ia miliki turut disebarkan ke banyak orang.

Thursday, March 28, 2019

Kuncinya, Setia pada Rasa

SEKAR GANDHAWANGI UNTUK KOMPAS--Puluhan sate sedang dibakar sebelum disajikan kepada para pembeli di Rumah Makan Sate Maranggi Hj Yetty, Rabu (26/12/2018). Rumah makan yang didirikan selama lebih dari 50 tahun itu berada di Jalan Raya Cibungur-Purwakarta, Cibungur, Purwakarta, Jawa Barat.

Diantara naungan pohon jati, Sate Maranggi Haji Yetty di Cibungur, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, menjadi saksi perjalanan keras hati manusia yang tak mudah menyerah. Tidak sekadar nikmat disantap, setiap tusuk sate itu bagai inspirasi.

Suatu siang, rumah makan Sate Maranggi Haji Yetty yang berdaya tampung 1.200 orang, penuh. Namun, 300 karyawan siap melayani, sehingga pembeli tak akan dibiarkan menunggu lama. Tak sampai 15 menit, sate sudah terhidang di meja.


Tuesday, March 26, 2019

Handoko Hendroyono Menciptakan Etalase Mentereng Produk Lokal di Blok M

KOMPAS/HERLAMBANG JALUARDI---Handoko Hendroyono adalah salah satu pendiri M Bloc Space yang terletak di kawasan Blok M, Jakarta Selatan. Ruang yang beroperasi sejak September 2019 itu menjadi etalase bagi produk kreatif dalam negeri, seperti kuliner, musik, film, kerajinan tangan, hingga barang kebutuhan sehari-hari. Di bekas gudang milik Peruri yang kini telah berganti fungsi itu menjadi toko kelontong bernama M Bloc Market, Minggu (31/1/2021).

Handoko Hendroyono menggagas penciptaan ruang pajang bagi produk lokal. M Bloc Space dengan segala wahana di dalamnya adalah salah satu wujudnya. Merek lokal dirayakan di tempat-tempat yang pernah diabaikan.

Wednesday, March 20, 2019

Teguh Waluyo Menjaga Lingkungan Lewat Lebah Madu di Banyumas

KOMPAS/WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO---Teguh Waluyo (32) membudidayakan lebah madu di Desa Darmakradenan, Kecamatan Ajibarang, Banyumas, Jawa Tengah, Jumat (19/2/2021).

Lewat budidaya lebah madu, Teguh Waluyo berupaya menjaga kelestarian lingkungan. Dia merangkul orang muda untuk mencintai pertanian lewat budidaya lebah madu di Banyumas.

Teguh Waluyo (32) mengisi waktu luang dengan mengembangkan hobinya bercocok tanam. Tanaman hias dan buah-buahan yang dirawatnya menghadirkan lebah pembawa berkah berupa madu. Teguh merangkul generasi muda untuk mengembangkan pertanian dan budidaya lebah demi keseimbangan ekosistem.

Teguh, guru bakti di SMP Ma’arif NU 1 Ajibarang, Banyumas, bersama 32 keluarga di beberapa desa membudidayakan lebih dari 3.000 koloni lebah madu klanceng. Mereka tersebar di sejumlah desa mulai dari Darmakradenan, Cibangkong, Cikembulan, Purwojati, Pageraji, Gumelar, Gununglurah, dan Glempang. “Lebah menjadi penanda bahwa lingkungan dan ekosistem itu baik,” tutur Teguh, saat ditemui di Desa Darmakradenan, Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Jumat (19/2/2021).

Kemitraan itu tidak sekadar menyerahkan koloni lebah untuk dirawat, tapi juga memberikan bibit-bibit pohon untuk ditanam di sekitar tempat tinggalnya untuk pakan lebah. Lebih dari seribu pohon seperti kaliandra, cengkeh, pala, pohon buah seperti manga, anggur dan stroberi, serta aneka bunga dibagikan Teguh kepada para mitranya. “Pohon-pohon yang dibagikan ini kami bibitkan sendiri,” kata Teguh sambil menunjukkan sepetak tanah tempat pembibitan aneka pohon dalam plastik-plastik polybag.

Di belakang rumahnya, Teguh juga menyulap lahan pekarangan yang dulunya sering dipakai warga untuk membuang sampah kini menjadi kebun eduwisata sekaligus budidaya sekitar 300 koloni lebah klanceng. Di atas lahan milik keluarga yang berukuran 40 meter x 30 meter itu, terdapat sejumlah kotak-kotak tempat bersarangnya koloni lebah klanceng. Pepohonan rimbun dengan bunga-bunga merah bermekaran menaungi pekarangan yang asri ini. Disiapkan pula dua kolam terpal untuk budidaya lobster air tawar.

“Ada sekitar 15 rumah tangga yang biasa membuang sampah ke tanah pekarangan ini. Dulu saya sempat diprotes, tapi saya datangi dan dekati satu per satu. Kini, desa membentuk bank sampah untuk mengatasi masalah sampah,” tuturnya.

KOMPAS/WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO---Teguh Waluyo (32) membudidayakan lebah madu di Desa Darmakradenan, Kecamatan Ajibarang, Banyumas, Jawa Tengah, Jumat (19/2/2021). Tampak suasana Prawita Garden milik Teguh.

Lebah madu yang dibudidaya Teguh antara lain, lebah klanceng (Trigona), lebah ondoan local (Apis cerana), dan lebah ondoan impor (Apis mellifera). Selain itu, Teguh mencari madu dari lebah hutan atau tawon gung (Apis dorsata). Area kebun budidaya dan tempat edukasi bagi siapa saja yang ingin belajar tentang pertanian dan lebah itu diberi nama Prawita Garden. Prawita diambil dari nama istri Teguh, yaitu Wilujeng Prawitasari.

“Prawita itu dalam bahasa Jawa artinya nguripi atau memberi kehidupan. Kehidupan itu tidak untuk saya dan keluarga saya saja, tapi juga bagi sesama dan lingkungan sekitar,” kata Teguh.

Dari budidaya lebah, Teguh dan para mitranya bisa panen sekitar 25 liter madu per bulan. Madu itu dijual dalam bentuk botol kemasan dan juga diolah menjadi sejumlah produk turunan. Ada teh madu yang diolah atas kerja sama dengan pabrik teh di Karanganyar, Solo. Ada pula produk turunan madu berupa royal jelly, propolis, beeswax atau lilin lebah yang bisa digunakan untuk bahan produk kesehatan dan kecantikan.

KOMPAS/WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO---Sejumlah kotak budidaya lebah di Prawita Garden milik Teguh di Desa Darmakradenan, Ajibarang, Banyumas, Jawa Tengah, Jumat (19/2/2021).

Memetik hasil

Upaya baik yang dirintis Teguh sejak tahun 2012 mulai menampakkan hasilnya. Tiga tahun pertama, dia senang mencari dan mengoleksi aneka tanaman. Kemudian berbekal pengalaman ikut almarhum sang kakek Tirtarum (90) ke hutan untuk mencari madu, dia pun tertarik membudidayakan lebah madu klanceng bersama ayah dan pakdenya. Selain belajar secara otodidak dari internet, Teguh banyak berkunjung ke sejumlah pembudidaya lebah di beberapa tempat mulai dari Wonogiri, Yogyakarta, Purworejo, Bogor, dan Jakarta.

“Sampai 2017 itu tahap coba-coba. Banyak belajar, Banyak juga lebah yang mati karena belum tahu caranya mengatasi serangan hama seperti semut dan kumbang,” ujar Teguh.

Selain menghadapi kendala banyak lebah yang mati, Teguh juga banyak dicibir serta diragukan oleh masyarakat sekitar. Namun, dia tetap fokus berusaha dan mencoba. “Waktu itu ada yang bilang: percuma, ora bakal dadi (percuma tidak bakal jadi), buat apa sih memelihara lebah, dan lain-lain,” kata Teguh sambil tersenyum mengenang cibiran orang-orang sekitar.

Setelah budidaya madunya berhasil, orang-orang kemudian mulai memberi respek dan perhatian. Anak-anak muda pun banyak yang tertarik untuk belajar kepada Teguh. Pada 2018, ada sekitar 20 anak muda usia 17-30 tahun dalam Kelompok Tani Hutan Darma Jaya yang belajar pertanian berbasis budidaya lebah madu. Hingga kini, ada 5 orang yang bertahan dan bergabung bersama Teguh mengelola Prawita Garden. “Memang tantangannya tidak banyak orang muda yang tertarik pada pertanian. Ada yang menganggap kotor, dan lain-lain,” katanya.

KOMPAS/WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO---Salah seorang pemuda menunjukkan lobster air tawar di Prawita Garden milik Teguh di Desa Darmakradenan, Ajibarang, Banyumas, Jawa Tengah, Jumat (19/2/2021).

Namun bersama orang muda yang masih bertahan itu, Teguh berbagi ilmu kepada kelompok-kelompok petani yang tertarik membudidayakan lebah madu. Pelatihan telah diberikan kepada petani di Kecamatan Cilongok, Pekuncen, Sumbang, Kabupaten Banyumas bahkan di Sidareja, Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Temanggung. Tahun ini timnya sedang menyiapkan budidaya di Bone, Sulawesi. “Petani didorong untuk mengolah pertanian secara organik karena jika terlalu banyak pestisida, kasihan lebahnya tidak berkembang,” tuturnya.

Usaha Teguh bersama tim Prawita Garden juga mendapatkan sejumlah apresiasi dari pemerintah dan lembaga. Pada 2019 dan 2020 secara berturut-turut, Teguh mendapatkan Juara III pada Lomba Kreativitas dan Inovasi Kabupaten Banyumas dalam kategori teknologi tepat guna. Kemudian pada Juli 2019, Teguh mendapatkan juara I Lomba Inovasi Koperasi dalam Jambore Koperasi Tingkat Nasional. Selanjutnya pada Oktober 2020, Teguh juga menerima Apresiasi Satu Indonesia Awards Tahun 2020 Tingkat Provinsi Jawa Tengah Bidang Lingkungan dari PT Astra International Tbk.

Teguh dan kawan-kawannya tidak saja mengembangkan sisi hulu pertanian berbasis budidaya lebah, tapi juga menyiapkan pemasaran di sisi hilir lewat dibangunnya Kedai Prawitasari. Kedai ini menjadi showroom bagi aneka produk budidaya madu sekaligus hasil pertanian kelompok tani, mulai dari kopi sampai gula semut atau gula Kristal.

“Kami menyediakan kopi-kopi lokal dari para petani, seperti robusta Gunung Slamet dan Gumelar,” katanya.

Aroma kopi menguar berpadu lembut dengan aroma wangi madu di Kedai Prawitasari. Pahit, asam, dan manisnya menjadi penanda upaya-upaya baik Teguh bersama pemuda-pemuda Desa Darmakradenan. Dengungan lebah dan lambaian aneka dedaunan di sekitarnya menjadi harmoni yang menenangkan batin sekaligus membangkitkan secercah harapan bagi masa depan pertanian yang kian sehat.

KOMPAS/WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO---Teguh Waluyo (32) membudidayakan lebah madu di Desa Darmakradenan, Kecamatan Ajibarang, Banyumas, Jawa Tengah, Jumat (19/2/2021).

Teguh Waluyo

Lahir       : Ajibarang, Banyumas, 2 April 1989

Istri       : Wilujeng Prawitasari

Anak     : 2

Pendidikan:

SD Mi Maarif NU Darmakradenan (2001)

SMP N 2 Ajibarang (2004)

SMA N Ajibarang (2007)

D1 Analis Komputer Inti Prima Purwokerto (2008)

S1 Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang (2012)

Penghargaan :

Juara III Lomba Kreativitas dan Inovasi Kabupaten Banyumas, Kategori Teknologi Tepat Guna (2019 dan 2020)

Juara I Lomba Inovasi Koperasi, Jambore Koperasi Tingkat Nasional (2019)

Penerima Apresiasi Satu Indonesia Awards Tingkat Provinsi Jawa Tengah (2020)

Oleh   WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO

Editor:   MARIA SUSY BERINDRA

Sumber: Kompas, 6 Maret 2021

Afidha Fajar Adhitya, Keunikan Jam Tangan Kayu Eboni dari Klaten

KOMPAS/HARIS FIRDAUS---Pendiri usaha jam tangan kayu Eboni Watch, Afidha Fajar Adhitya, berfoto di kantor Eboni Watch di Desa Paseban, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, Selasa (9/3/2021).

Afidha Fajar Adhitya merintis usaha jam tangan kayu Eboni Watch dengan modal pas-pasan. Namun, usaha itu kemudian berkembang pesat dan produk-produk Eboni Watch telah melanglang buana ke sejumlah negara.

Afidha Fajar Adhitya (30) merintis usaha jam tangan kayu Eboni Watch dengan modal pas-pasan. Usahanya berkembang pesat dan produk uniknya telah melanglang buana ke sejumlah negara. Produksi jam tangan kayu dijalankan dengan prinsip mendukung kelestarian lingkungan dan penghargaan terhadap pekerja.

Thursday, February 28, 2019

Ong Yu Kim,Setia Menjaga Tahu Legenda

 

KOMPAS/BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA--ONG YU KIM

Legenda 100 tahun tahu sumedang tak lepas dari kesabaran dan tangan terampil orang-orang di balik dapurnya. Bukti buah sejahtera pasti datang saat inovasi dan kesetiaan itu jalan bersamaan.

Monday, February 11, 2019

Mudah Sewa Properti lewat Aplikasi Cicilsewa

CICILSEWA--CEO Cicilsewa Hendry Oktavianus (kanan) bersama Direktur Keuangan Andrew Buntoro (tengah) dan komisaris Cicilsewa, Ridchi.

Industri penyewaan properti di Indonesia saat ini belum bisa mengakomodasi kebutuhan pasangan muda, pemilik usaha kecil, ekspatriat, pekerja pemula, dan mahasiswa. Ini karena pembayaran sewa harus dilakukan satu tahun, dua tahun, atau bahkan lima tahun di muka, itu pun di luar deposit.

Sebuah aplikasi mencoba menawarkan solusi untuk mengatasi masalah pembayaran sewa properti tersebut sehingga menjadi lebih mudah. Aplikasi bernama Cicilsewa itu akan membantu masyarakat untuk menyewa properti dengan pembayaran bulanan, seperti halnya di sistem penyewaan di luar negeri. Dengan sistem ini, kebutuhan penyewa untuk memiliki hunian yang layak akan lebih ringan tanpa harus membayar sewa yang besar di awal.


”Sneakers”, Investasi Kekinian Generasi Milenial

SEKAR GANDHAWANGI UNTUK KOMPAS--Jakarta Sneakers Day 2019 digelar di Atrium Hall Senayan City, Jakarta Pusat pada 7-9 Februari 2019. Acara ini menjadi ajang jual-beli sepatu bagi para pecinta “sneakers” di Jakarta dan sekitarnya.

Sepatu berdesain unik, dan model terbatas, tak hanya menjadi alat untuk membentuk identitas diri. Bagi para pecintanya, sepatu tersebut juga menjadi barang investasi yang menjanjikan keuntungan yang lumayan.

Senyum kepuasan terpatri jelas di wajah sejumlah pengunjung Jakarta Sneakers Day (JSD) 2019. Harga jutaan rupiah dinilai sebanding dengan kecintaan mereka pada sepatu. Kantong belanjaan jadi hasil “perburuan” sepatu hari ini.


Melirik yang Bekas di Laman Daring

KOMPAS/RADITYA HELABUMI--Beragam barang mode bermerek yang pernah dipakai (preloved) ditawarkan dalam bazar di Gandaria City, Jakarta, Kamis (30/8/2018). Jual beli barang bermerek yang pernah dipakai merupakan alternatif yang berkembang melalui penjualan dalam jaringan dan luar jaringan.

Pertemuan penjual dan pembeli tak hanya terjadi di dunia nyata, namun juga di dunia maya. Berminat membeli barang bekas tak perlu gengsi karena bisa mengintip iklan di laman dalam jaringan. Sentuhan antarpribadi tetap ada pada bagian tawar-menawar. Jika sepakat, laku!

Suatu siang, mobil bak terbuka berhenti di depan rumah Lina di kawasan Tangerang Selatan, Banten. Tak lama, sofa merah hati dari rumah Lina diangkut ke mobil itu. ”Saya tawarin lewat laman dalam jaringan. Eh, cepet banget dapat respons. Dia lihat fotonya, tawar sedikit, lalu sepakat. Diangkut sekalian sama dia,” kata Lina sambil menunjuk Koko, pembeli sofanya.

Lina yang akan pindah rumah ke kawasan lain sengaja menjual barang-barangnya lewat laman daring. Ia beralasan, menjual lewat laman daring lebih praktis.


Mereka Bukan Sekadar Membeli Produk, Juga Mencari Makna

SHARON UNTUK KOMPAS--Mini Meringue Cake with Banana and Salted Caramel serta Oganic Butterfly Pea Flower, menu yang ditawarkan di The Pink Door, Bogor. Bukan hanya sekadar makan dan minum, para pengunjung dapat menikmati suasana klasik di tempat ini.

Berbicara bisnis, tak selamanya soal profit. Dalam perkembangannya, para pebisnis menawarkan tren di setiap lini usaha untuk menciptakan sebuah gaya hidup. Sebab, mereka menyadari, masyarakat saat ini lebih mencari hiburan dan rekreasi ketimbang sekadar membeli suatu produk.

“Kami menawarkan menu dan pengalaman yang berbeda. Kualitas dari kue dan teh yang kami sajikan di The Pink Door menjadi hal utama dalam menjaga keberlangsungan usaha ini,” ujar Constance Chan, pemilik The Pink Door, di Kota Bogor, Minggu (10/2/2019).


Sunday, January 20, 2019

Dari Hobi Nyelam, Andy Jadi Juragan Drone

Siapa sangka hobi menyelam dan fotografi Andy Saputra telah membawanya ke peluang bisnis drone. Sebelum menjadi juragan drone, pria yang tinggal di daerah Tangerang ini terlebih dahulu merintis usaha importir komponen elektronik. Pertemuannya dengan seorang penyelam mengubah haluan bisnisnya dari seorang pengimpor komponen elektronik menjadi juragan drone. Kini, Andy telah berhasil menjadi distributor drone merek pabrikan China, DJI (Da-Jiang Innovations Science and Technology  Co. Ltd). “Waktu saya lihat drone, saya yakin barang tersebut bakal diminati ke depannya,” ungkapnya.


Olahan Kelor Kaya Khasiat

KOMPAS/SAMUEL OKTORA--Sri Sudarti – Pengusaha kuliner kelor di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur.

Sejak lima tahun lalu, Sri Sudarti (44) mulai akrab dengan kelor. “Tanaman ajaib” itu dia olah menjadi tepung, lalu jadi mi atau kue, juga sebagai bahan campuran garang asam, pepes ikan, dan soto. Kreasi itu mengangkat pamor kelor sekaligus mengatasi problem gizi.

Jelang tanggal 25 Desember 2018 lalu, Sri yang biasa dipanggil Atik, nyaris tak punya waktu banyak untuk istirahat. Ada banyak pesanan sejumlah makanan berbahan kelor (Moringa oleifera) yang harus ia penuhi. Mulai dari garang asem, ikan kuah asam, pepes ikan, mi ayam, soto, hingga martabak. Semuanya pesanan Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Viktor Bungtilu Laiskodat. Ada acara besar yang bakal digelar di rumah jabatan‎ gubernur tepat di hari Natal.


Era Baru Warteg di Tangan Sayudi

KOMPAS/SOELASTRI SOEKIRNO--Yudikha

Warung Tegal alias warteg menjadi andalan kaum urban untuk mengisi perut di kala lapar. Di Jakarta, Sayudi (45) menyulap warteg menjadi tempat yang bersih, menarik perhatian dengan beragam pilihan menu. Dengan jargon Siap Mewartegkan Jabodetabek, dia sudah mewaralabakan Warteg Kharisma Bahari sebanyak 210 cabang.

Suasana Warteg Kharisma Bahari (WKB) yang bercat hijau, kuning dan berlantai keramik putih, ramai pembeli yang sedang asyik menyantap makan siang, Senin (14/1/2017). Bagi pembeli, untuk menemukan warteg di Jalan Batong Raya, Cilandak, Jakarta Selatan ini tentu sangat mudah. Pembeli bisa memilih tempat duduk di depan rak makanan atau di ruangan yang berjejer meja kursi. Saat itu, paling tidak ada sekitar 35 pilihan menu, seperti ikan, telur, ayam, sampai balado jengkol.