Friday, September 10, 2021

Rahmat AlBaghory Peternak Sapi Perah di Ibukota Jakarta

Di tengah pandemi, orang-orang ramai mengonsumsi makanan atau minuman yang kaya akan protein untuk meningkatkan imun tubuh agar terhindar dari virus COVID-19. Salah satu minuman yang diserbu masyarakat adalah susu sapi. 

Di masa pandemi, banyak pengusaha yang gulung tikar, namun banyak juga yang bertahan, kalau tidak bisa dibilang mendulang berkah. Salah satunya yang bertahan dari hantaman pandemi adalah peternak sapi perah susu segar Cibubur Garden Diary (Cibugary) yang ada di kawasan Jakarta Timur, tepatnya di Jalan Peternakan Raya, Blok C No. 12, Pondok Ranggon. Saat Majalah Gontor tiba di kawasan asri ini, jam masih menunjukkan pukul 06.30 WIB. 

Saat itu, proses pemerahan susu segar dari sapi sedang berlangsung. Bersama pengelola peternak Rahmat Hidayat yang akrab dipanggil Rahmat al-Baghory, kami pun berbincang seputar usaha ternaknya. 

Wednesday, June 16, 2021

Ingin Buka Gerai Minimarket Lagi

Memiliki bisnis dengan sistem waralaba menjadi pilihan banyak kalangan dengan pertimbangan kemudahan yang ditawarkan. Usaha waralaba minimarket ini pula yang dipilih oleh penyanyi lagu-lagu melayu, Ayu Soraya.

Saat ini, eksistensi Ayu Soraya di layar kaca maupun dunia tarik suara memang telah jauh berkurang. Namun, dia mengaku tidak mundur sepenuhnya dari dunia dangdut yang telah membesarkan namanya tersebut.

Dia menyatakan tengah menikmati aktivitas di luar dunia keartisan, terutama menggarap usaha waralaba yang dikembangkannya. “Sebeium terjun ke dunia nyanyi, saya memang sudah punya bisnis kecil-kecilan toko kelontong,” ujarnya

Sejak 2003, toko kelontong yang dimilikinya disulap menjadi minimarket dengan mengambil lisensi Alfamart. Pertimbangannya memilih waralaba karena seluruh kegiatan operasional harian telah diatur, sehingga tidak banyak menguras energi.

Mencegah Moral Hazard di Bisnis Minimarket

Jika sebelumnya sekadar imbauan tanpa ‘taring’, kini penggunaan produk lokal diwajibkan paling sedikit 80% dari total produk yang dijual waralaba, termasuk waralaba minimarket.

Caranya pemberi waralaba (franchisor) harus bekerja sama dengan pengusaha kecil dan menengah di daerah setempat. Sebagai penerima waralaba (franchisee) atau pemasok barang dan jasa sepanjang memenuhi persyaratan yang ditetapkan franchisor.

Kemitraan itu tentu tidak dilakukan secara longgar,tetapi diikat dalam dalam syarat perdagangan atau trading terms yang jelas, wajar, berkeadilan, saling menguntungkan dan disepakati kedua belah pihak tanpa tekanan.

Antara Ketegasan & Kejelasan dalam Bisnis Minimarket

Fenomena menjamumya pasar modern seperti hypermarket, supermarket, dan minimarket dalam kawasan tertentu, terutama di daerah perumahan berpotensi mengancam keberadaan produk.

Apalagi dengan diberlakukannya kesepakatan perdagangan bebas antara Indonesia dan China, Asean –China Free Trade Area, Indonesia justru menjadi pasar tujuan produk impor dan pasar modern yang menjadi jembatan utama peredaran produk tersebut.

Ketua Asosiasi Pengusaha Pemasok Pasar Modern Indonesia (APSMI) Susanto mengatakan dengan diterbitkannya Permendag No. 53/2012 tentang Penyelenggaraan Waralaba yang antara lain mengatur kewajiban bagi waralaba agar menggunakan bahan baku, peralatan, dan menjual barang dalam negeri sedikitnya 80%, setidaknya mampu mengurangi peredaran produk impor di Tanah Air.

Bisnis Minimarket Masihkah Menguntungkan?


Menjamurnya usaha waralaba di lndonesia tak lepas dari kebutuhan sebagian kalangan bermodal tebal yang berkeinginan memiliki usaha pribadi. Kerap kali, keputusan investor menanamkan modalnya dengan membeli lisensi waralaba atas pertimbangan pengetahuan dan pengalaman.

Sebagian besar dari para investor sadar tak memiliki pengalaman dalam bisnis perdagangan ritel, sehingga pilihan berinvestasi dengan sistem waralaba merupakan keputusan yang paling masuk rasional.

“Pengembangan minimarket dengan sistem waralaba merupakan sistem investasi yang paling memungkinkan untuk saat ini, ” ujar Ketua Harian Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Tutum Rahanta.

Sunday, February 7, 2021

Inovasi Meningkatkan Produktivitas dan Kualitas Susu

Mata rantai produksi susu berkualitas dimulai dari induk unggul hingga penggunaan alat perah

Bisnis minuman olahan susu semakin menggiurkan. Lihat saja maraknya kafe berbahan baku susu di kota besar seperti Jakarta, Surabaya (Jatim), dan Medan (Sumut) yang digandrungi anak muda. Selain menyajikan rasa yang nikmat, kafe ini meng-gunakan nama unik nan kreatif. Sebut saja beberapa nama kafe kopi susu seperti Kopi Soe, Kopi Kenangan, Kopi Janji Jiwa, dan Kopi Lain Hati di Jakarta. Menuju Surabaya ada Kocak (Kopi Becak), Kopi Koko Nakal, dan Katuai Kopi. Sementara, Kopi Susu Semua Umur (KOSU) dan Mauku Kopi bisa dijumpai di Medan. 

Kafe tongkrongan generasi milenial itu menggunakan kopi dan susu segar berkualitas dengan harga rerata Rp20 ribuan/gelas. Belum lagi susu dan yoghurt kemasan aneka rasa yang permintaannya semakin meningkat seiring kesadaran konsumsi makanan dan minuman bergizi. Peternak sapi perah pun terus berinovasi untuk memenuhi kebutuhan susu berkualitas yang permintaannya semakin menanjak. Apa saja inovasi yang dilakukan? 

Menjemput Omzet Rumahan


Pandemi penyakit Covid-19 yang disebabkan virus SARS-Cov2 tercatat melanda 209 negara. Statista menampilkan data per 8 April 2020, virus bermahkota itu sudah menginfeksi hampir 1,5 juta orang.Dampak ekonominya memang luar biasa. International Monetary Funds (IMF) mengatakan, Covid-19 mendorong dunia ke jurang resesi yang lebih buruk ketimbang krisis keuangan global. 

Menurut bos IMF Kristalina Georgieva, hampir 80 negara telah meminta bantuan kepada IMF untuk memerangi pandemi global tersebut. Pihaknya pun menyiapkan talangan senilai US$1 triliun untuk dipinjamkan (3/4).