”Sneakers”, Investasi Kekinian Generasi Milenial

SEKAR GANDHAWANGI UNTUK KOMPAS--Jakarta Sneakers Day 2019 digelar di Atrium Hall Senayan City, Jakarta Pusat pada 7-9 Februari 2019. Acara ini menjadi ajang jual-beli sepatu bagi para pecinta “sneakers” di Jakarta dan sekitarnya.

Sepatu berdesain unik, dan model terbatas, tak hanya menjadi alat untuk membentuk identitas diri. Bagi para pecintanya, sepatu tersebut juga menjadi barang investasi yang menjanjikan keuntungan yang lumayan.

Senyum kepuasan terpatri jelas di wajah sejumlah pengunjung Jakarta Sneakers Day (JSD) 2019. Harga jutaan rupiah dinilai sebanding dengan kecintaan mereka pada sepatu. Kantong belanjaan jadi hasil “perburuan” sepatu hari ini.


William Maxwell (24) menunjukkan sepatu Adidas Yeezy Boost 350 V2 miliknya dengan bangga. Pada seorang teman, ia mengatakan, sepatu itu baru saja dibeli dengan harga Rp 7,9 juta. Sang teman berdecak kagum sambil geleng-geleng kepala.

“Sepatu ini dibeli di Amerika Serikat oleh pemilik lamanya. Saya beli dari dia,” kata William di Jakarta, Sabtu (9/2/2019). Sepatu itu masih tersimpan rapi di dalam kardus yang ia tenteng.

William kemudian menjelaskan pentingnya menyimpan kardus sepatu ori (asli) setelah berbelanja. Kardus akan jadi bukti pendukung orisinalitas sepatu saat dijual kembali di masa depan. Bisa dibilang, ini prinsip dasar bisnis jual-beli sneakers “kelas berat”.

SEKAR GANDHAWANGI UNTUK KOMPAS--Jakarta Sneakers Day 2019 digelar di Atrium Hall Senayan City, Jakarta Pusat pada 7-9 Februari 2019. Acara ini menjadi ajang jual-beli sepatu bagi para pecinta “sneakers” di Jakarta dan sekitarnya.

Sudah 1,5 tahun William terjun sebagai reseller atau pengecer sepatu. Menurutnya, bisnis sepatu tergolong sangat prospektif. Dalam sebulan, ia bisa mendapatkan keuntungan rata-rata sebesar Rp 10 juta.

“Sneakers ini investasi yang menjanjikan dan nggak akan pernah mati. Keuntungan bulanan juga tergantung sepatu yang dijual. Misalnya gue beli sepatu seharga Rp 13-14 juta. Gue bisa jual lagi ke orang lain dengan harga Rp 17 juta. Soalnya, sepatu itu susah didapat di market,” kata William.

Kemampuan berbisnis sepatu mengantarnya sebagai penjual di salah satu gerai di JSD 2019, di Atrium Hall Senayan City, Jakarta Pusat, yang berlangsung 7-9 Februari 2019. Ada puluhan gerai yang berpartisipasi dengan menawarkan sepatu hasil produksi lokal, maupun internasional.

Sudah ada ratusan pasang sepatu yang berhasil dijual di gerai William. Pada hari pertama JSD 2019, ada 450 pasang sepatu terjual. Hari berikutnya, sebanyak 300 pasang sepatu berhasil dijual.

Sementara itu, hingga pukul 13.30 hari ini, ada 70 pasang sepatu yang terjual. Ia optimistis bisa menjual lebih dari 450 pasang sepatu hingga penghujung hari.

SEKAR GANDHAWANGI UNTUK KOMPAS--Jakarta Sneakers Day 2019 digelar di Atrium Hall Senayan City, Jakarta Pusat pada 7-9 Februari 2019. Acara ini menjadi ajang jual-beli sepatu bagi para pecinta “sneakers” di Jakarta dan sekitarnya.

Menurut William, alasannya satu, people are falling head over heels for sneakers. Kira-kira jika diartikan, ada orang yang rela mati-matian untuk sneakers yang disukai. Terutama, kata William, sepatu Vans Old Skool.

Menurut harga pasar, sepatu tersebut dijual seharga Rp 750.000. Bila membeli sepatu serupa dari pengecer, harganya bisa mencapai Rp 950.000.

“Tadi ada pembeli yang nyari Vans Old Skool ukuran 42. Tapi, yang ada tinggal ukuran 39. Sepatu itu akhirnya tetap dibeli dengan alasan, ‘siapa tahu nanti ada yang mau tukaran sepatu sama saya,’. Itu saking sukanya orang sama sepatu tadi,” kata William.

Investasi kreatif
Kecintaan milenial pada sneakers bisa dibilang bukan sekadar pemborosan. Ada peluang investasi yang bisa dimanfaatkan bagi mereka yang jeli, misalnya Yosep (17) dan Yoel (17).

Kedua pelajar SMA ini hobi mengoleksi sneakers sejak beberapa tahun lalu. Uang jajan pemberian orangtua rajin mereka tabung sebagai modal membeli sepatu. Ketika sepatu terbeli, mereka akan menjualnya lagi dengan harga yang lebih tinggi.

SEKAR GANDHAWANGI UNTUK KOMPAS--Yosep (kiri) dan Yoel (kanan), Sabtu, (9/2/2019).

Usaha mereka mulai membuahkan hasil. Kini, Yosep dan Yoel memiliki toko daring milik mereka masing-masing. Mereka memanfaatkan media sosial, yaitu Instagram, untuk berjualan.

Yoel mengatakan, ia menyisihkan uang jajannya secara konsisten untuk mengumpulkan modal. Dalam sebulan, ia biasanya mendapat uang saku sebesar Rp 600.000. Suatu waktu, ia meminta jatah uang saku untuk dua bulan kepada orangtuanya.

“Uangnya jadi modal beli sepatu buat dijual di ol shop (online shop atau toko daring). Olshop jadi cara saya untuk mandiri dan berinvestasi. Selain itu, olshop bikin kita jadi kreatif. Dunia kerja nanti kan juga butuh kreativitas,” kata Yoel.

Saat ditemui, Yoel dan Yosep pun sedang berjualan di JSD 2019. Keduanya membawa kotak sepatu, lengkap dengan sneakers di atasnya. Aksi Yosep dan Yoel rupanya lazim dilakukan pada acara ini. Ada puluhan pemuda lain yang berjualan dengan cara yang sama dengan Yosep dan Yoel.

Di tangan mereka, ada Adidas NMD Human Race X Pharrell Williams, Adidas Ultra Boost, dan Nike Vapormax. Masing-masing sepatu dijual dengan harga Rp 3,3 juta, Rp 2,5 juta, dan Rp 2 juta.

SEKAR GANDHAWANGI UNTUK KOMPAS--Adidas NMD Human Race X Pharrell Williams

Tidak hanya Yosep dan Yoel yang menyalurkan hobi nyepatu menjadi peluang bisnis. Di salah satu pintu Atrium Hall Senayan City, sekelompok anak muda tengah menawarkan sepatu-sepatunya pada seorang pria paruh baya.

Mereka asyik meladeni calon pembeli layaknya pedagang profesional. Tak jarang calon pembeli itu menawar dengan harga lebih rendah. Tawaran itu kemudian dibalas serempak dengan, “Yahhh, nggak bisa, om. Ini sudah paling murah,”.

Usaha kelompok pemuda itu tidak sia-sia. Sepasang sepatu Nike dagangan mereka akhirnya terjual ke pembeli lain. Dengan gestur profesional, salah satu dari mereka mengantar pembeli ke ATM terdekat. Sebab, mereka hanya melayani pembelian secara tunai. “Mari, saya antar ke ATM di sebelah sana,” katanya sambil mengulurkan tangan ke arah ATM.

SEKAR GANDHAWANGI UNTUK KOMPAS--Sejumlah pemuda sedang menjual sepatu miliknya kepada pembeli di acara Jakarta Sneakers Day, Sabtu (9/2/2019).

Harga diri
Walaupun harga sneakers “kelas berat” relatif mahal, tidak sedikit orang yang rela merogoh kocek dalam-dalam demi sepatu idaman. Semuanya dilakukan demi cinta, hobi, dan rasa bangga.

Selama mengunjungi JSD 2019, Nicko (22) memborong tiga pasang sepatu. Ia membeli dua pasang Adidas Human Race dan sepasang Nike Air jordan. Bahkan, ia sudah menyiapkan anggaran untuk belanja sepatu sejak awal.

“Tadi habis sekitar Rp 15 juta untuk tiga (pasang) sepatu. Saya sudah tahu harganya sejak lama, jadi sudah siapkan budget,” kata Nicko.

SEKAR GANDHAWANGI UNTUK KOMPAS--Nicko (22), salah satu pengunjung Jakarta Sneakers Day 2019 membeli tiga pasang sepatu, Sabtu (9/2/2019).

Ia mengatakan, sepatu-sepatu incarannya cukup sulit didapat di pasar. Biasanya, sepatu itu ia beli secara daring. Namun, ia lebih suka membeli sepatu secara langsung agar bisa memastikan keasliannya. Jadi, ia harus menunggu perhelatan festival sepatu untuk memperoleh sepatu idaman.

“Sepatu ini memang mahal, tapi nyaman dipakai. Ada perasaan bangga juga dengan memakai sneakers seperti ini. Rasanya orang-orang memerhatikan sepatu kita. Ada pride-nya,” kata Nicko dengan sumringah.

Hal serupa dikatakan pula oleh Reyhan (17) dan Hilmi (17). Keduanya mulai suka mengoleksi sneakers sejak melihat para pesohor menggunakannya di media sosial, misalnya Justin Bieber dan Kanye West. “Sepatunya good looking dan bikin jadi pingin ikutan (memakai sepatu). Rasanya keren,” kata Reyhan.

Selain sebagai media aktualisasi diri, sneakers menyimpan makna sebagai aset investasi. Harga jutaan rupiah bukan masalah bagi milenial yang hobi nyepatu. Jika hobi sejalan dengan peluang investasi, mengapa tidak dilakoni? (SEKAR GANDHAWANGI)--MADINA NUSRAT

Sumber: Kompas, 9 Februari 2019