Sunday, October 8, 2017

Stefanus Arie, Sukses Bersama Kopi Celup Keberuntungan

Kopi, bagi sebagian orang merupakan doping alami, semacam mood booster –pendorong suasan hati—terutama untuk orang yang super sibuk dengan setumpuk aktivitas maupun pekerjaan.

Bahkan, bagi beberapa orang pecinta atau pecandu kopi, apabila dalam satu hari saja tidak minum kopi, serasa ada yang kurang dari dirinya, dan dampaknya biasanya tidak akan maksimal dalam mengaktualisasikan kemampuan dirinya.

Berawal dari kebiasaan pekerja yang mencintai kopi mendorong Stefanus Arie untuk menyediakan kopi sendiri dalam kemasan yang praktis dan enak guna menemaninya bekerja. Dan, pada akhirnya terciptalah bisnisnya saat ini yaitu kopi celup.

“Brand saya Kopi Celup Fortuna. Inspirasi awalnya dari kopi tarik Sumatra dan teh celup. Saya iseng-iseng mengganti isi teh dalam kemasan celup tadi dengan kopi saya sendiri. Dan enak juga ternyata,” ujarnya kepada Bisnis belum lama ini.

Dan, dari situlah dirinya terus berinovasi dengan kopi-kopi Indonesia dari berbagai penjuru nusantara, seiring kegemarannya berpetualang untuk menikmati kopi Indonesia, dari Sumatra hingga Papua.



Karena kebiasaannya itulah, singkat cerita, muncullah ide membisniskan kopi celup yang praktis dengan citarasa Indonesia. “Dengan pertimbangan, selain saya dapat menikmati kopi enak, juga bisa membantu orang Iain yang mempunyai keresahan yang sama dengan say itu,” pria asal Malang berusia 33 tahun yang suka memasak tersebut.

Bermula dari hobi berjalan-jalan keliling Indonesia, dirinya menemukan berbagai macam kopi lokal dengan citarasa dan cara penyajian yang unik.

“Di Sumatra ada kopi tarik yang disajikan secara atraktif dan unik, sedangkan di tempat yang lain menemukan kopi dengan citarasa yang sangat khas baik tingkat keasaman, kepahitan, dan aroma yang berbeda.”

Dari situlah, lanjutnya, dia mulai melakukan riset produk kecil-kecilan, mulai dari bahan-bahan, takaran, kemasan, cara penyajian, dan lainnnya,” tutur pria yang pernah mengenyam pendidikan di Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada tersebut.

Bermodalkan uang sekitar Rp 5 juta, Arie mulai membeli bermacam-macam kopi Indonesia, mulai dari kopi Aceh Gayo, Sidikalang, Lampung, Jawa Robusta, Toraja Kalosi hingga Papua.

Pemilihan nama Kopi Celup Fortuna didasari pada keberuntungan yang kerap menghampirinya. Arie sebagai pecinta kopi, merasa beruntung dilahirkan dan hidup di Indonesia, surga kopi dunia, hampir di semua daerah dari Aceh sampai Papua mempunyai kopi lokal yang memiliki citarasa khas. Seiring dengan itu, dirinya terinspirasi dari adagium ‘Fortuna Favet Fortibus’, yakni keberuntungan berpihak pada pemberani. “Kita akan akan selaiu beruntung jika kita berani menghadapi apa pun dalam hidup ini, kalau tidak, hasilnya akan setengah-setengah alias tidak beruntung, sehingga memutuskan untuk total menggeluti bisnis ini” ujarnya.

Saat memulai bisnis, dirinya tidak memedulikan ada atau tidak kompetitor produknya, hanya fokus menciptakan produk yang baik, berkualitas, dan orisinal 100% murni kopi.

Namun seiring waktu, ternyata Arie menemukan beberapa kompetitor yang mempunyai produk serupa sehingga menuntutnya untuk terus berinovasi.

“Di Indonesia, sepengetahuan saya tidak lebih dari lima, dan di dunia tidak lebih dari 10. Bahkan ada hal menarik saat saya menemukan salah satu produk kompetitor asing, ternyata menggunakan kopi Sumatra dalam salah satu produk andalannya,” tuturnya.

Arie, awalnya mengaku hanya menyasar pasar eksekutif muda yang menginginkan kopi dengan citarasa berkelas tapi tidak mau ribet naik turun gedung hanya untuk sekadar minum kopi. Namun, dalam perkembangannya, dia juga melihat kebutuhan ibu rumah tangga akan penyajian kopi dalam setiap acara arisan.

“Dengan kopi celup, kita bisa tetap ngopi enak di saat bekerja di kantor dan tidak harus pusing dengan pantry super minimalis. Ibu-ibu rumah tangga pun kini juga bisa menyajikan kopi secara praktis tanpa direpotkan menakar seberapa banyak kopi yang diperlukan,” tuturnya.

Kopi Celup Fortuna tersedia dalam dua kelas, yakni Fortuna Premium dan Classic. Fortuna Premium terdiri dari berbagai varian antara lain Aceh Gayo, Sumatra Mandaling, Java Ijen, Bali Kintamani, Flores Bajawa, Toraja Kalosi, Papua Wamena. Adapun Fortuna Classic, variannya Aceh, Medan,Jambi, Lampung, Jawa, Bali, Flores, toraja dan papua.

"Yang membedakan dua kelas itu adalah dari bahan bakunya, yakni Fortuna Premium terbuat dari kopi Arabica Single Origin, sedangkan Fortuna Classic merupakan campuran atau blend antara Arabika dan Robusta,” tuturnya.

Pihaknya sengaja mengakomodasi para penikmat kopi yang menginginkan citarasa kopi berbeda, ada yang suka kopi Arabika murni (terutama pasar luar negeri) dan juga yang blend.

“Untuk yang classic kami jual dengan kisaran Rp 20.000-Rp 30.000 setiap pack berisi 15 kantong kopi celup, dan yang premium sekitar Rp 40.000-Rp 50.000. Saat ini sistem pemasaran kami masih mengandalkan secara online di www.kopicelup.com dan titip jual ke beberapa toko oleh-oleh,” ujarnya.

Saat ini, meskipun perusahaannya masih berbentuk UMKM Mandiri bergerak dengan modal sendiri tanpa bantuan dan kerja sama dengan pihak lain telah mampu menembus pasar nasional, hanya dengan mempekerjakan enam tenaga produksi dan empat tenaga lepas.

“Kami ini hanya tukang bikin kopi rumahan yang mencoba membantu para penikmat kopi untuk mendapatkan kopi Indonesia yang berkualitas dengan cara yang lebih praktis. Kalau soal omzet, belum banyak. Puji Tuhan masih bisa menggerakkan roda perusahaan,” ujarnya tanpa bersedia menyebutkan omzetnya saat ini.

Baginya, bukan omzet yang terpenting, jaringan distribusi dan pasarlah yang paling penting karena dengan demikian produk akan terangkat dengan sendirinya. Persoalan ramai atau sepi itu seni bisnis.

“Untuk itu kita harus pantang menyerah dan bersiap dengan inovasi dan effort yang hebat, jauh melebihi kondisi yang ada, ” tuturnya. (redaksi@bisnis.co.id)

PUPUT ADY SUKARNO
----------------
Bercita-cita Go International

Meski produknya telah menjelajah seantero Indonesia, perjalanan bisnis Arie  yang juga lulusan SMU St Albertus Malang dan pernah bekerja sebagai Creative Director Kail Indonesia itu tidak tanpa hambatan atau tantangan.

Dirinya masih memiliki pekerjaan rumah yang tidak mudah yaitu terus memompa brand agar selalu muncul di permukaan.

“Umumnya orang berhenti pada jawaban standar, terkendaia permodalan. Mesklgun ada juga tantangan di sana. Bagi saya permodalan bukan yang terpenting, tapi yang utama bagi saya adalah mangedukasi konsumen,” tuturnya.

Menurutnya sebagai salah satu terobosan baru, Kopi Celup Fortuna, memang dinilai agak ‘nyeleneh’ bagi sebagian orang. Terutama mereka yang terbiasa minum kopi beserta ampasnya atau yang sering kita kenal kopi tubruk.

“Kopi Celup Fortuna menyajikan kopi tanpa ampas yang jauh lebih praktis tanpa mengurangi citarasa kopi yang berkelas. Namun, kembali ke selera, saya tidak bisa memaksa konsumen untuk minum kopi tanpa ampas secara langsung,” ujarnya.

Yang bisa dilakukannya adalah dengan terus mengarahkan konsumen pada pilihan kepraktisan. “Tapi, kalau konsumen mau naik turun gunung hanya untuk sekadar mendapatkan kopi enak ya monggo. Meski itu tidak praktis dan membuang banyak energi, baik tenaga, waktu dan juga uang,” ujarnya.

Kendala lain yang dirasakan adalah masalah pengadaan bahanbaku berkualitas. Dengan modal yang terbatas harus pintar-pintar memilih bahan baku yang berkualitas.

 ”Tidak semua kopi saya beli. Saya harus tahu proses pengolahannya juga. Saya tidak pernah membeli kopi dalam bentuk bubuk, kecuali saya tahu proses grinding nya. Mengapa? Karena kita tahu bahwa kopi bubuk yang ada di pasaran tidak semua 100% murni. Kadang ada yang menggunakan campuran lain berupa beras, jagung, kacang hijau, dan lainnya,” jelasnya.

Dirinya harus yakin betul kopi bahan yang dibeli tanpa campuran, dan lebih suka membeli kopi dalam bentuk biji yang sudah disangrai atau green bean sekalian.

Dia bercita-cita bias memperkenalkan kopi ini ke pasar dunia sebagai primadoan baru, bukan hanya kopi single origin yang selama ini sudah dikenal terleih dahulu melainkan juga kopi-kopi local lain di seluruh pelosok Nusantara dalam kemasan Kopi Celup Fortuna yang praktis dan berkelas.

“target ke depan ingin menggandeng kedutaan besar Indonesia i luar negeri untuk memperkenalkan cara baru minum kpi ini. Karena saya pernah ditawarin Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Ukraina, namun sayang tidak bisa ikut lantaran waktu yang sangat mepet kala itu," tuturnya.
Puput Adi Sukarno

Sumber: Bisnis Indonesia, No. 352 – 22 September 2013 TahunXXVIII/ No. 9549

No comments:

Post a Comment