Tuesday, October 17, 2017

Menjadi Pengusaha Tahan Banting

Kita sering kali kagum melihat orang yang sukses memimpin sebuah perusahaan. Apalagi, jika orang tersebut merupakan generasi pertama yang merintis usaha mulai dari nol hingga menjadi besar dan sukses.

Kesuksesan yang digenggam tentu bukanlah hadiah yang jatuh dari langit melainkan kegigihan, strategi, taktik, dan perjuangan hidup meraih impian yang tak pernah selesai. Para pengusaha yang telah sukses pasti telah melewati 1.001 rintangan, merasakan asam garam dan pahit getirnya dunia bisnis.

Mereka tentu saja bukan orang-orang yang gampang menyerah dengan keadaan. Sebut saja pengusaha senior sekelas Bob Sadino, yang memiliki jaringan usaha Kem Chick dan Kemfood, pengusaha kosmetik Martha Tilaar, pengusaha properti Ciputra, pengusaha industri hasil tembakau Budi Hartono hingga motivator bisnis Andre Wongso.

Mereka adalah orang-orang khusus yang seolah-olah dianugerahi semangat menyala-nyala dan mental sekeras baja untuk meraih kemakmuran hidup dalam waktu yang sangat panjang.


Namun, watak-watak dasar yang biasa dimiliki seorang pengusaha seperti impian besar, berani mengambil risiko, gigih dan pekerja keras, ternyata masih belum cukup.

Roger Hamilton dalam bukunya Wink and Grow Rich memberikan nasihat kepada kita bahwa pengusaha sukses juga harus mahir dan cerdik mengelola dan mengembangbiakkan kekayaannya dengan cara-cara sederhana tetapi efektif.

Pada saat yang sama, mereka dituntut harus bisa terus bertahan dan meminimalisasi resiko kegagalan dengan cara-cara yang praktis apabila terjadi perubahan-perubahan yang cukup drastis di dalam perkembangan bisnis seperti krisis ekonomi.

Dikisahkan dalam buku itu bahwa ada seorang bocah yang mencari tahu bagaiman seseorang bisa menjadi kaya. Ayah dari anak ini adalah tukang kayu yang bekerja dengan keras siang malam dan sangat keras sebagai tukang kayu. Namun, dengan bekerja sekeras itu, dia tidak semakin kaya.

Kekayaan, terangnya, justru bisa tercipta bila kita telah menemukan visi apa yang kita inginkan dalam hidup. Jika kita telah menemukan visi tersebut, langkah selanjutnya akan lebih terlihat jelas dan fokus terarah dengan pedoman. “Pikirkan, tuliskan, lakukan,tinjau kembali,” jelas Roger.

Kecerdikan & lnovasi
Untuk menjadi pebisnis tangguh, jelasnya, ini tak terlalu membutuhkan kecerdasan tetapi yang lebih penting adalah kecerdikan dan memperbanyak inovasi untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat. “Investasikanlah waktu dan uang lebih banyak, habiskanlah lebih sedikit,” jelasnya.

Jumlah kekayaan yang dimiliki setiap orang tentu berbeda. Setiap keran kekayaan yang dibuka risikonya akan terbuang dan habis percuma. Dengan menyisihkan untuk diinvestasikan lagi, maka kekayaan sang pengusaha dapat berkembang lebih pesat sehingga menghasilkan keran uang yang baru.

Tidak semua orang mempunyai uang banyak yang dapat dikumpulkan untuk diinvestasikan. Namun, setiap orang mempunyai kekayaan waktu yang sama yakni 24 jam per hari. “Jadi, mulailah juga menginvestasikan waktu lebih banyak. Waktu adalah aset yang paling berharga,” jelasnya.

Pada sisi lain, sering kali usaha yang ditekuni dan mendatangkan hasil menggiurkan memunculkan kerikil di sekeliling kita yang sewaktu-waktu dapat meruntuhkan usaha.

Pengusaha yang juga seorang motivator bisnis Muhaimin Iqbal mengatakan keberanian untuk menanggung kegagalan, bahkan pada saat seseorang sudah beberapa kali mengalami kegagalan merupakan hal umum dari riwayat hidup seorang pengusaha.

“Entrepreneurship merupakan keterampilan. Untuk membangunnya tidak cukup dengan membaca buku atau duduk di bangku kuliah, tetapi dengan mengasahnya. Mereka harus terjun langsung, merasakan jatuh bangun dan terus mencoba,” ujarnya.

Memiliki semangat dan mengasah jiwa wirausaha, lanjut Iqbal, merupakan fase paling dasar dalam menialankan keterampilan bisnis. Meski kita sudah memiliki usaha yang mapan dan berjalan dengan baik, bukan berarti langkah berikutnya akan mudah.

Ini masih dibutuhkan keterampilan tambahan, baik yang sifatnya teknis maupun manajerial. Dengan kata lain, saat usaha kita telah berjalan, bukan lantas kita berhenti belajar. Kemajuan teknologi membuat bisnis mutlak berkembang dinamis.

Iqbal menuturkan menjalankan sebuah bisnis perlu berdasarkan pada pemahaman dan pengalaman bahwa semua bekal yang pernah kita peroleh, baik di bangku pendidikan maupun pekerjaan sangat berbeda dengan pengalaman yang pernah dijalankan dalam hidup.

“Menjalankan bisnis benar -benar berbeda. Ada pengalaman hidup yang berguna dan bisa kita manfaatkan dalam menjalankan usaha, tetapi ada juga yang sama sekali tak berguna,” jelasnya. (Yusuf
Waluyo Jati) (arief.setiaji@bisnis.co.id)

Sumber: Edisi Minggu Bisnis Indonesia, 2 Desember 2012

No comments:

Post a Comment