Monday, August 24, 2020

Sulastri dan Ruslan, Korban PHK yang Sukses Jadi Pengusaha

KOMPAS/DAHLIA IRAWATI---Ruslan Guntoro dan Sulastri, Jumat (24/7/2020), di tengah minuman sari alang-alang yang mereka kembangkan. Sebelum merintis usaha, suami-istri ini adalah korban PHK.

Terkena PHK tidak membuat pasangan suami istri Ruslan Guntoro dan Sulastri menyerah. Mereka merintis usaha dan berhasil. Selanjutnya, mereka mendorong orang lain menempuh jalan yang sama.

Pemutusan hubungan kerja (PHK) yang menimpa Ruslan Guntoro (64) dan Sulastri (59), tak membuat mereka terpuruk. Pasangan suami-istri itu berusaha bangkit lewat usaha minuman sari alang-alang. Ketika usaha mereka berbuah manis, mereka mengajak orang lain untuk menempuh jalan sebagai wirausahawan.

"Kelapa kalau tidak diperas tidak akan keluar santan. Begitu pun hidup, kalau tidak tertekan, kita tak akan kreatif dan berusaha maksimal." Petuah yang disampaikan oleh seorang bos pabrik tekstil di Kota Batu, Jawa Timur itu melekat dalam benak Ruslan dan Sulastri. Saat itu mereka berdua bekerja di pabrik tersebut.

Pada 2004, pabrik tekstil terbesar di Kota Batu itu bangkrut dan terpaksa melakukan PHK tanpa pesangon pada para karyawannya, termasuk Sulastri dan Ruslan. Mereka berdua berusaha tenang menghadapi kenyataan. Mereka mencoba mengingat lagi petuah yang disampaikan bosnya bahwa dalam posisi tertekan, kita akan berusaha maksimal.

Dalam kondisi tertekan, mereka berusaha memeras otak untuk mencari penghasilan baru. “Kami harus berjuang menghidupi enam anak yang semuanya sedang sekolah dan kuliah,” ujar Ruslan, di Kota Batu, Juli lalu, tentang kondisinya saat itu.

Mereka akhirnya mencoba merintis usaha minuman sari alang-alang sebagai gantungan hidup. Mereka terinspirasi oleh pengalaman masa kecil saat dibuatkan sari alang-alang sebagai obat panas dalam oleh nenek buyut mereka. “Alang-alang dulu dianggap sampah. Kami berpikir, apa sampah tidak bisa jadi emas? Itulah yang membuat kami melirik alang-alang,” tutur Sulastri.

Setelah beberapa kali uji coba, Sulastri menemukan cita rasa sari alang-alang yang tepat sebagai minuman ringan yang juga dipercaya memiliki khasiat untuk tubuh. Pelanggan pertama mereka tidak lain teman-teman dan para tetangga.

Pada 2007, Sulastri mengikuti pelatihan UMKM yang digelar Dinas Ketenagakerjaan Kota Batu agar usahanya berkembang. Peserta yang disasar untuk pelatihan tersebut memang eks pekerja pabrik tekstil yang terkena PHK. Untuk pelatihan itu, Sulastri membawa produk minuman sari alang-alang. Saat itulah, ia berkenalan dengan seorang dosen dari Universitas Brawijaya Malang.

Produk minuman alang-alang yang semula membuat Sulastri tidak percaya diri, rupanya menarik minat dosen tersebut. Sang dosen kemudian mengajak Sulastri dan Ruslan mengikuti kompetisi produk yang digelar Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Tak disangka mereka memenangi kompetisi itu dan menerima dana pembinaan yang mereka gunakan untuk membeli mesin produksi.

Usaha mereka terus berkembang. Kini mereka bisa menghabiskan 5 ton gula pasir dan 1 ton alang-alang dalam satu tahun untuk produksi minuman sari alang-alang. Alang-alang dipasok oleh petani kenalan mereka. Produk mereka dijual di toko-toko, tempat wisata, dan ditawarkan secara daring.

Mereka dibantu oleh puluhan pekerja. Empat pekerja tetap, sianya pekerja yang dilibatkan saat order membeludak, misalnya, saat bulan puasa atau lebaran. “Tapi tahun ini, akibat pandemi, kami menghentikan produksi. Kami masih memiliki stok barang,” ujar Sulastri.

Perkumpulan

Tidak ingin sukses sendiri, Ruslan-Sulastri pun mengajak orang lain untuk ikut membuka usaha seperti mereka. Mereka mendirikan perkumpulan UMKM Guyub Rukun Agawe Santoso (GRAS). Asosiasi ini didirikan tahun 2007 untuk memberi pelatihan, berbagi pengalaman dan informasi pamrean, dan dukungan kepada warga yang mengembangkan usaha. GRAS juga mendirikan dan mengembangkan koperasi. Saat ini, ada 46 UMKM yang menjadi anggota GRAS.

KOMPAS/DAHLIA IRAWATI---Ruslan Guntoro dan Sulastri, di depan lokasi usahanya di Jalan Trunojoyo Gang 2, Nusa Indah, Kelurahan Songgokerto, Kota Batu, Jawa Timur, Senin (24/7/2020).

Mereka juga aktif dalam mengembangkan UMKM di desa di daerah Songgoriti, Kota Batu. Pasangan suami istri itu membangun kelompok desa Sanggamitra yang menyasar warga desa, termasuk pengangguran, yang berniat membangun UMKM dari nol. “Intinya mereka yang belum bisa apa-apa diajari untuk bisa menghasilkan produk dan menjualnya,” kata Sulastri.

Sulastri dan Ruslan, sebagai pelaku UMKM yang sudah memiliki pengalaman, menjadi pembuka jalan pelaku usaha baru ketika mereka ingin berkomunikasi dengan dinas dan perbankan. Sulastri dan Ruslan juga menunjukkan peluang pasar yang bisa diraih pelaku usaha baru. Saat ini, anggota Sanggamitra sekitar 50 orang. Mereka mengembangkan usaha keripik pisang, keripik singkong, yogurt, permen susu, stik kentang, katering, hingga jahit.

Sulastri juga aktif di berbagai komunitas lain seperti kelompok petani penanam bawang serta ikatan wanita pengusaha Kota Batu. “Saya hanya ingin berbagi ilmu agar mereka ikut membuka usaha seperti kami. Kami tidak ingin pengalaman kami di-PHK saat sedang butuh biaya untuk pendidikan semua anak, terjadi pada orang lain. Kalau pun terjadi, mereka tahu bahwa mereka bisa bangkit berusaha dengan dukungan semua pihak,” kata Sulastri.

Sulastri dan Ruslan sangat paham, selain tekad dan kemauan pribadi, untuk mengembangkan usaha butuh dukungan baik dari pemerintah, perbankan, atau orang sekitar. Itu sebabnya, keduanya ingin membangun ekosistem untuk mendukung pengembangan UMKM di Kota Batu.

Begitulah, terkena PHK tidak membuat pasangan suami istri asal Kota Batu tersebut menyerah pada hidup. “Saya merasakan bahwa, hikmah kena PHK adalah kami akhirnya mau serius mengembangkan usaha sendiri. Jika dahulu kami tidak kena PHK, mungkin kami akan terus menjadi pekerja yang selalu tergantung pada orang lain,” kata Ruslan.

Sulastri

Lahir: Kota Batu, Malang, 1961

Pendidikan: SDN Songgokerto 1, Kota Batu


Ruslan Guntoro

Lahir: Tulungagung, 1956

Pendidikan: SMP Pancasila Kalidawir, Tulungagung (sekarang SMPN 1 Kalidawir)

Status: pasangan suami istri

Anak: 6 orang

Cucu: 13 orang

Oleh  DAHLIA IRAWATI

Editor:  BUDI SUWARNA

Sumber: Kompas, 25 Agustus 2020

No comments:

Post a Comment