Wednesday, June 5, 2019

Yani Risnawati, Bukan Remah-remah Rengginang

KOMPAS/ABDULLAH FIKRI ASHRI---Pekerja menata rengginang di rumah produksi Rengginang Kidal di Jalan Kapten Samadikun, Kota Cirebon, Jawa Barat, Rabu (19/5/2021). Usaha Rengginang Kidal dibuat oleh Yani Risnawati (51) yang menderita stroke sejak 2013 dan tangan serta kaki kanannya sulit digerakkan.

Dengan usaha rengginang, Yani Risnawati bangkit dari keterpurukan. Tidak hanya menolong diri sendiri, ia menyedekahkan inspirasinya bagi orang lain yang membutuhkan.

Yani Risnawati (51) sempat merasa hidupnya berakhir ketika terserang stroke. Tubuhnya terbujur di tempat tidur. Namun, rengginang membantu semangat dia untuk bangkit dari kerapuhan fisiknya.

Rabu (19/5/2021) siang itu, Yani sibuk menjalani pengambilan video untuk profil usahanya. Beberapa kali rekaman dihentikan karena terinterupsi suara knalpot motor yang melintas di depan rumahnya di Jalan Kapten Samadikun I, Kota Cirebon, Jawa Barat. Tinggal di permukiman padat penduduk, lorong menuju rumahnya hanya bisa dilalui satu mobil.

Pemilik unit usaha Rengginang Kidal ini cukup lancar memperkenalkan produknya, mulai dari rasa terasi, kencur, hingga daun jeruk. Di belakangnya, tampak banner berisi potret artis dengan rengginangnya. Ada Ferdy Hasan, Jeremy Teti, hingga Dewi Persik. Tercantum pula tulisan ”Rasakan bedanya, bedakan rasanya”.

Beberapa bulan sebelumnya, Yani juga diliput dua televisi nasional. Di kalangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) Cirebon, ia kerap diminta ikut pameran, termasuk ketika Gubernur Jabar Ridwan Kamil hadir di Cirebon, akhir April lalu.

Sewindu lalu, berbagai pencapaian itu hanya sebatas mimpi. Ibu dua anak ini terserang stroke pada 2013. Saat itu, ia dalam perjalanan dari Jakarta ke Cirebon menggunakan kereta api.

”Saya mau ke belakang (toilet), tetapi kenapa kaki saya enggak bisa digerakkan? Tangan kanan juga begitu. Akhirnya, saya pakai kursi roda,” kenangnya.

Konsultan kosmetik yang kerap ke luar kota itu harus terkurung di kamar ukuran 4 meter x 4 meter hampir setahun. Jangankan mengendarai mobil, berjalan pun tak sanggup.

”Saya enggak bisa apa-apa. Tidur, makan, dan buang air di kamar. Enggak ada gairah hidup lagi,” ujarnya.

KOMPAS/ABDULLAH FIKRI ASHRI---Yani Risnawati (51), pemilik Rengginang Kidal, saat diwawancarai di rumahnya di Jalan Kapten Samadikun, Kota Cirebon, Jawa Barat, Rabu (19/5/2021). Ibu dua anak ini membuat rengginang dengan tangan kiri karena tangan kanannya sulit digerakkan akibat stroke.

Berbagai cara sudah ia coba, mulai dari pengobatan medis, tradisional, hingga pijat. Suaminya sampai mengundurkan diri dari pekerjaan demi menemaninya. Namun, semuanya belum membuahkan hasil. Malah, uang tabungan mantan karyawan asuransi ini terkuras. Ibarat kata orang Cirebon, entok bebek entok ayam sekandang-kandange (habis semuanya).

Hingga suatu hari di tahun 2015, cucu satu-satunya bertanya. ”Omah, enggak bisa jalan, ya?” katanya menirukan ungkapan si cucu. Ia pun sadar masih memiliki cucu, anak, dan keluarga. Bergantung pada orang lain justru membuatnya kehilangan kemandirian.

Perlahan, ia belajar berjalan meski kerap jatuh. Kemauan kuat dan terapi membuatnya lebih baik. Namun, bagian kanan tubuhnya belum bisa berfungsi dengan baik. Tangan kanannya bengkok. Kaki kanannya pun pincang.

Akan tetapi, selalu ada jalan terang bagi mereka yang tidak mau menyerah. Awal 2018, ia diundang reuni SD Kebon Baru 4 Kota Cirebon. Sebagian temannya menyumbang uang jutaan rupiah untuk acara itu. Yani yang kehabisan duit untuk pengobatan strokenya pun bertekad menyediakan oleh-oleh khas Cirebon.

”Saat itu, di dapur adanya beras ketan. Jadi, saya buat rengginang saja,” ucapnya.

Tidak punya pengalaman, ia gagal dua kali membikin rengginang. Hingga percobaan berikutnya, Yani berhasil mengubah 5 kilogram beras ketan jadi rengginang hanya dengan tangan kirinya. Itu sebabnya, produknya bernama Rengginang Kidal.

Tak dinyana, teman-teman reuni memintanya membuka usaha. Semangat hidupnya pun membuncah. Ia mulai mengurus aneka syarat UMKM, termasuk bergabung dengan Rumah Badan Usaha Milik Negara yang mendampingi UMKM.

KOMPAS/ABDULLAH FIKRI ASHRI---Pekerja mencetak rengginang di rumah produksi Rengginang Kidal di Jalan Kapten Samadikun, Kota Cirebon, Jawa Barat, Rabu (19/5/2021). Usaha Rengginang Kidal dibuat oleh Yani Risnawati (51) yang menderita stroke sejak 2013 dan tangan serta kaki kanannya sulit digerakkan.

”Kadang saya minder saat pelatihan. Yang lain nulis, saya cuma bisa mendengarkan,” katanya. Belum lagi, tatapan orang-orang yang seolah membicarakan caranya berjalan yang tidak biasa. Makan juga dengan tangan kiri hingga bentuk mulutnya yang mencong.

”Lama-lama saya terbiasa. Kalau ada yang lihatin, saya lihatin juga. Mungkin percaya diri saya sudah overdosis,” ucapnya diiringi tawa. Pengobatan fisioterapi tiga kali sepekan turut menebalkan mentalnya.

Yani tidak pernah ingin konsumen membeli produknya hanya karena kasihan. Oleh karena itu, ia memastikan, kualitas yang utama.

Misalnya, ia menggunakan bawang putih kating, beras ketan super, hingga kemasan plastik tebal. Cara menggorengnya pun satu per satu tanpa memakai minyak curah.

Hak atas kekayaan intelektual hingga label halal tercantum dalam produknya. Itu sebabnya, ia berani mematok harga Rp 35.000 per kemasan ukuran 250 gram. Bisa jadi harga itu lebih tinggi ketimbang produk serupa. Namun, dia memastikan semua sepadan dengan kerenyahan rengginang di mulut konsumen.

Keuletan Yani membangun jaringan kepada siapa saja turut membawa produknya ke mana-mana melalui penjualan daring. Mulai dari toko oleh-oleh, hotel, sejumlah artis, pejabat di Jabar dan Sumatera Utara, hingga Supermarket Expo di Kairo, Mesir, pertengahan April lalu.

Yani yang baru saja menjadi orangtua tunggal tidak hanya membantu perekonomian keluarga, tetapi juga mempekerjakan tiga tetangganya. Dalam sehari, mereka bisa membuat rengginang dari 10 kilogram beras ketan. Ini belum termasuk pesanan instansi atau perusahaan.

Berbagai capaian itu membuatnya lebih mensyukuri hidup. Tidak jarang ia berbagi rezeki dengan anak-anak kurang mampu di sekitar rumahnya. Ia juga diminta memotivasi pasien stroke lainnya di tempat fisioterapi hingga acara seminar.

”Meskipun tidak dibayar, saya merasa senang. Tidak semua harus dilihat dengan uang. Saya belajar ungkapan, sembuhkan sakitmu dengan sedekahmu,” katanya.

KOMPAS/ABDULLAH FIKRI ASHRI---Pekerja menata rengginang di rumah produksi Rengginang Kidal di Jalan Kapten Samadikun, Kota Cirebon, Jawa Barat, Rabu (19/5/2021). Usaha Rengginang Kidal dibuat oleh Yani Risnawati (51) yang menderita stroke sejak 2013 dan tangan serta kaki kanannya sulit digerakkan.

Sebagai penyintas stroke, mendengar seruan sabar dari orang lain sama sekali tidak meringankan pedihnya. Oleh karena itu, dukungan sesama penyintas sangat dibutuhkan.

Di kalangan pelaku UMKM, Yani dikenal aktif bekerja sama. Misalnya, saat ia menerima permintaan hamper dari perusahaan BUMN. Tidak ingin sendirian, ia mengajak pelaku UMKM lainnya.

Deni Andriyanto, pemilik Bandeng Sehati, salah satunya. ”Saya juga pernah diajak kolaborasi ke instansi-instansi. Beliau (Yani) cukup menginspirasi dan memotivasi bagi yang sehat dan sakit,” katanya.

Kini, Yani berharap bisa terus berkarya sembari menginspirasi lebih lama. Mengutip puisi Chairil Anwar, dia mengatakan ingin hidup seribu tahun lagi. Kalaupun tidak bisa, ia berharap anak cucunya meneruskan Rengginang Kidal dan memandang hidup bukan ”remah-remah” rengginang yang rapuh.

Yani Risnawati

Lahir: Ciamis, 23 Januari 1970

Pendidikan:

SDN Kebon Baru 4 Cirebon

SMPN 2 Cirebon

SMAN 8 Bandung

Profesi: Pemilik Rengginang Kidal

Oleh  ABDULLAH FIKRI ASHRI

Editor:  CORNELIUS HELMY HERLAMBANG

Sumber: Kompas, 24 Mei 2021

No comments:

Post a Comment